Kesesuaian Iman dan Amal Saleh (Iman Ilmu Amal) - Yakusa Blog

Yakusa Blog

Mewujudkan Komunitas Intelektual Muslim

Monday 23 July 2018

Kesesuaian Iman dan Amal Saleh (Iman Ilmu Amal)



YakusaBlog- Sejak lahir kita telah ditanamkan keyakinan kepada Allah, dan kita percaya, artinya kita telah mengenal siapa Allah; kenal dan yakin, itulah Islam. Penyerahan dengan sepenuh hati. Artinya, segala perintah dan hukumNya kita taati; suruhanNya dikerjakan dan laranganNya di tinggalkan, dengan segenap kerelaan. Inilah Islam.


Iman dan Islam, percaya dan menyerah adalah dua kalimat yang tidak dapat tercerai selama-lamanya. Iman tidaklah cukup dengan percaya, persefsi kebanyakan orang mengenai Iman hanya sekedar percaya menurut saya itu hal yang fatal. Tidaklah sempurna percaya tanpa penyerahan bukti kita percaya kepadaNya, Allah. Tentu kita ikuti perintah adalah karena kita percaya. Kesimpulan dari keduanya ini kepercayaan dan penundukkan, itulah ia agama, Islam. Mengakui diri beriman padahal tidak mengikuti perintah, belumlah bernama mukmin. (QS. An- Nuur : 47)

Iman haruslah sami'na wa atho'na kesepaduan yang tidak terpisahkan di antara kepercayaan dan penyerahan, antara aqidah dan ibadah, antara pengakuan hati dan perbuatan, itulah agama yang benar, Islam.

Kemudian, dibuatlah kaidah bahwasanya agama Islam ialah agama yang diwahyukan Allah kepada nabi Muhammad saw. dengan perantara Jibril, termaktup di dalam Alquran dan ditafsirkan oleh hadist/sunnah. (QS. Al-Anbiya : 107)


Sekedar mengakui saja percaya kepada Allah, padahal tidak mengikuti perintahNya atau tidak menjalankan isi Alquran, atau tidak menuruti sunnah nabi, kalau pikiran mendalam, demikian bukanlah Iman lagi dan harusnya bukan Islam lagi. Ini pertanda bahwa pengakuan belum betul, kepercayaan belum duduk, artinya Iman belum ada, kalau iman belum ada niscaya Islam pun belum ada. (QS. Al-Hujarat : 14)

Kalau kita percaya kepada Allah, tentu kita cinta kepadaNya, tentulah kita sudi berkorban menuruti apa yang dikehendakiNya. Cinta yang tidak sudi berkorban, menurut yang terpakai di alam ini adalah cinta palsu. Apalagi terhadap Allah, niscaya itu adalah Iman yang palsu pula, Islam Palsu.

Kenangan kisah Iblis dalam berbagai riwayat mengatakan bahwasanya Iblis pada mulanya adalah penghulu segala malikat dengan nama “Azazil” karena ketaatannya. Dikisahkan dalam riwayat Dalam Kitab hadist Sholawatul kabul akhbar karangan Syaikh Taftazani bin Basyumi bahwa tidak ada lagi sejengkal bumi dan setempa langit yang disana Iblis belum pernah beribadah. Namun pada suatu masa ia diperintahkan menundukkan wajah, menghormati nabi Adam, sujud kepada nabi Adam, ia enggan dan membesarkan diri, maka kafirlah Iblis.

Sederhana saja pembangkangan iblis itu, tetapi sangat berat hukuman yang diterima dari Allah hingga anak cucu kita kelak sampai akhir jaman mengetahui kisah iblis kelak ia dikeluarkan dari disiplin Ilahi. Habis perkara, pengakuannya selama ini tentang keesaan Allah tidaklah berfaedah lagi. Karena, pengakuannya tidak diikuti dengan ketaatan ketika perintah itu datang.

Kalau kita pikirkan dan renungkan, agama ini dengan mendalam, tentu kita tidak akan dapat berpikir lain dari pada kesudahan yang seperti ini. Mengaku diri Islam, perintah tidak dikerjakan bahkan berbangga pula karena meninggalkan perintah. Mungkinkah dikatakan Islam? padahal Islam artinya taat dan menyerah.


Hubungan diantara Iman dengan Islam adalah perangai. Dalam hal budi, suatu budi pekerti yang baik hendaklah dilatihkan terus supaya menjadi perangai dan kebiasaan yang lebih baik. Kalau seorang telah mengakui pula percaya kepada Allah dan Rasul-rasulnya dengan tindakan budi pekerti dan perangai yang mendorong hal tersebut, niscaya dengan sendiri kepercayaan itu mendorongnya supaya mencari perbuatan-perbuatan yang diterima oleh Allah SAW. niscaya bersiap-siaplah, sebab kita telah percaya bahwa kelak kita akan berjumpa dengan Allah. In Shaa Allah.



Penulis: Muhammad Muqaffa (Instruktur HMI Medan)


No comments:

Post a Comment