YakusaBlog- Seseorang yang beriman kepada Allah Swt. adalah
orang yang kuat. Atau begitulah seharusnya. Kuat batin dan jiwanya, sehingga
dia tidak pernah gentar menghadapi hidup dengan berbagai percobaannya ini. Kekuatan
orang yang beriman diperoleh karena harapan kepada Allah Swt. Seseorang yang
beriman tidak akan mudah putus asa. Karena dia yakin bahwa Allah selalu
menyertainya.
Seperti yang difirmankan: “Dia (Allah) beserta kamu di mana pun kamu
berada, dan Allah Maha Teliti akan segala sesuatu yang kamu kerjakan.” (QS.
Al-Hadid:4) Dan dalam firman Allah yang lain disebutkan: “Maka kemanpun kamu menghadap, maka di sanalah wajah Allah.” (QS.
Al-Baqarah:115)
Oleh karena itu, dengan penuh sikap
menyandarkan diri (tawakkal) kepada
Allah, orang yang beriman yakin bahwa dia maju menghadapi tantangan hidup ini
tidak dengan sendiri, tapi ada Allah. Dan cukuplah Allah baginya, karena Allah
adalah sebaik-baiknya al-Wakil dan
tempat bersandar.
Jadi iman akan menghasilkan harapan. Maka tidak
adanya harapan adalah indikasi tidak adanya iman. Orang yang tidak
berpengharapan adalah orang yang tidak menaruh kepercayaan kepada Allah. Atau,
di balik orang yang tidak menaruh kepercayaan kepada Allah akan tidak mempunyai
harapan kepada-Nya.
Allah pun memperingatkan kita dalam Al-Qur’an,
melalui lisan Nabi Ya’qub ketika dia berpesan kepada anak-anaknya dalam mencari
Yusuf dan Bunyamin di Mesir: “Janganlah
kamu berputus asa dari kasih Allah, sebab sesungguhnya tidaklah berputus asa dari
kasih Allah kecuali kaum yang kafir.” (QS. Yusuf:87)
Oleh karena itu juga, salah satu keharusan
iman adalah sikap berbaik sangak kepada Allah. Kita harus berusaha
semampu-mampunya untuk mencari hikmah dari apa yang terjadi pada kita sebagai
kehendak Ilahi yang tidak akan hilang tanpa faedah. Ini memang tidak mudah
untuk kebanyakan orang. Apalagi kita sedang dirundung kesedihan, kita sering
hilang perspektif kasih Allah dan hikmah kehendak-Nya. Maka kita pun mulai
kehilangan sikap baik sangka kepada Allah, dan mungkin saja dalam hati kita
masuk bisikan syetan untuk mulai buruk sangka kepada Allah. Kebanyakan kita
sedikit banyaknya mengalami keadaan serupa, sering tanpa terasa karena halusnya
bisikan syetan tersebut.
Baca juga: Cara-Cara Mengenal Allah
Terkait hal demikian, Rasululllah Saw. Memberi
petunjuk kepada kita dengan mengajarkan wirid tasbih, tahmid, dan takbir. Tasbih
adalah ucapan Subhanallah,
artinya Maha Suci Allah. Ucapan ini dimaksudkan membebaskan diri kita dari
prasangka buruk kepada Allah. Bacaan dan makna tasbih ini membebaskan diri kita dari pandangan yang negatif dan
pesimis kepada Allah. Pandangan negatif dan pesimis ini adalah pangkal putus
harapan kepada-Nya.
Lalu kita teruskan membaca tahmid, yaitu dengan ucapan Alhamdulillah, yang artinya segala puji bagi Allah. Maksudnya, kita
menanamkan dalam diri kita persepsi yang positif dan optimis kepada Allah,
serta harapan kepada-Nya.
Selanjutnya yang ketiga, yaitu takbir dengan bacaan Allahu Akbar. Inilah pernyataan tekad
yang kuat untuk mengurangi lautan hidup dan menghadapi gelombangnya dengan
penuh keberanian. Karena kita yakin Allah yang Maha Besar bersama kita. Hanya
Allah yang Maha Besar, selain itu semuanya kecil. Dan kita pun hidup dengan
penuh tekad dan harapan kepada Allah. Inilah hidup beriman. Maka seorang yang
beriman harus terus berani hidup, bahkan kalau pun harus sendirian.[]
Sumber: Nurcholis Madjid dalam buku Pintu-Pintu Menuju Tuhan, hal: 13-15.
Ket.gbr: Net/Ilustrasi
Sumber gbr: https://www.deviantart.com/
No comments:
Post a Comment