YakusaBlog- Banyak sekali kader-kader HMI Cabang Medan yang mengatakan kepada saya bahwa memahami Nilai-Nilai Dasar Perjuangan Himpunan Mahasiswa Islam (NDP HMI) itu sangat berat dan sangat sulit, tidak menutup kemungkinan itu juga terjadi pada kader HMI dalam skala Nasional. Hal itu terbukti cukup banyak teman-teman kader HMI dari luar HMI Cabang Medan bertanya pada saya lewat media sosial online, seperti lewat Facebook.
Bahkan di
lingkungan HMI, muncul suatu pandangan bahwa hanya orang-orang (kader) tertentu
saja yang mampu memahaminya, dan juga muncul stigma bahwa hanya orang-orang
tertentu saja yang dapat menyampaikan materi NDP dalam training-training
formal HMI atau dalam diskusi-diskusi seputar NDP. Dari pandangan-pandangan itu
menjadi legenda dan malah menjadi mitos di kalangan HMI. Sehingga akibat dari
stigma-stigma atau anggapan-anggapan seperti itu menjadikan kader-kader HMI
malas untuk mengkaji NDP.
Padahal
tidaklah demikian, anggapan-anggapan yang keliru dan merugikan itu harus
disingkirkan. NDP HMI tidak boleh disakralkan, akan tetapi harus dianggap
sesuatu yang biasa dan ditempatkan posisinya sama dengan materi-materi training
lainnya ketika saat mengkajinya.
Tentunya
kita pahami bersama, untuk melakukan sesuatu kita harus punya persiapan.
Persiapan itu baik secara konsep maupun alat-alat yang memperlancar sesuatu
yang hendak kita kerjakan. Tidak mungkin seseorang bisa membaca suatu tulisan
kalau tidak mengenal nama simbol hurufnya dan tata cara membacanya. Begitu
jualah dengan mempelajari materi-materi training HMI, terkhususnya
ketika mengkaji NDP.
(Buku ini dapat Kawan-kawan miliki. Klik Disini)
Untuk
memahami NDP, kita harus terlebih dahulu menyiapkan sesuatu (dalam konteks
pengetahuan) sebagai modal, yang mana modal ini merupakan sesuatu agar
mempermudah kita memahami NDP. Karena memang, NDP itu disusun dengan bahasa
yang agak sulit dipahami, kemudian isi NDP (secara teks) merupakan kumpulan
nilai-nilai yang sifatnya universal dan padat makna. Jika meminjam istilah
Azhari Akmal Tarigan, bahwa NDP HMI itu adalah suatu kitab yang masih sifatnya matan.
Untuk itu dibutuhkan penjelasan-penjelasan terhadapnya, yang dikenal dengan
istilah syarah. Hal ini sudah menjadi hal yang lumrah dalam khazanah
pemikiran Islam.
Nah, hal-hal
apa sajakah yang harus harus dipersiapkan, dipelajari, dan diperlukan untuk
memecahkan mitos yang masih hidup di kalangan kader-kader HMI seperti yang kita
sebutkan di atas atau agar lebih mudah memahami NDP?
Senada dengan
yang kita sebutkan di atas tadi, menurut Azhari Akmal Tarigan (Pen-syarah
dan sekaligus Penceramah NDP tingkat Nasional) dalam bukunya yang berjudul NDPHMI; Teks, Interpretasi dan Kontekstualisasi (2018), NDP itu disusun dengan
bahasa yang padat makna dan bahkan cenderung sangat filosofis. Dirumuskan dengan
perenungan atas kontemplasi yang sangat mendalam, ditulis sangat serius dengan
dibuktikan pemilihan katanya (diksi) yang sangat cermat dalam teks NDP. Maka
dari itu NDP tidak bisa dipahami sambil lalu saja. Untuk itu secara teknis,
membacanya tidak bisa tergesa-gesa, apalagi dibaca tanpa totalitas diri.
Kemudian
(masih secara teknis) dalam menelaah NDP, akal dan kalbu harus hadir secara
bersama-sama. Tidak mengherankan, kata Akmal, siapa pun yang bergumul dengan
NDP dengan totalitas diri, maka akan merasakan bahwa dimensi rasionalitas dan
spritualitas hadir secara bersamaan dalam diri yang membaca atau mengkajinya.
Selanjutnya
menurut Azhari Akmal Tarigan, sebagaimana ia mengutip dari pendapatnya
Nurcholish Madjid (Cak Nur), hal-hal yang dibutuhkan untuk memahami NDP itu
adalah penguasaan filsafat dan logika
berpikir. Penguasaan filsafat sangat penting karena di dalam NDP pembaca (baca:
kita) diajak berpikir mendalam atau radikal sampai ke akar-akarnya. Karena dengan
pengetahuan filsafat, kita akan terbiasa berpikiran abstrak. Jika kader yang
tidak terbiasa berpikiran abstrak, dipastikan kesulitan memahami NDP. Walaupun
mendorong kita untuk mampu berpikir mendalam dan menangkap esensi atau hakikat
sesuatu, NDP tidaklah sama dengan buku filsafat.
Maka tidak
jarang kita temukan di beberapa HMI Cabang se-Nusantara, menjadikan “Pengantar
Filsafat” sebagai materi dalam training formal HMI seperti Latihan Kader
I (Basic Training) dan juga diskusi-diskusi rutin dengan tema tentang
“Filsafat” dan “Logika”. Bahkan ada juga yang membuat training non-formal
dengan tema tentang “Filsafat” dan “Logika”, seperti dilaksanakannya kegiatan
“Sekolah Logika”, “Sekolah Filsafat” dan istilah-sitilah lainnya.
Kemudian,
selain dari penguasaan filsafat dan logika dibutuhkan juga kekayaan atau
keluasan wawasan (pengetahuan) tentang Islam. Gunanya adalah agar lebih mudah
mencerna pada pembahasan-pembahasan tentang keislaman yang dibicarakan oleh
NDP. Karena di dalamnya menjelaskan tentang tauhid walaupun NDP tidak sama
dengan buku-buku keislaman lainnya dan tidak sama dengan kitab tauhid atau
kitab teologi.
Dan yang
terakhir menurut Azhari Akmal Tarigan, yang diperlukan agar lebih mudah
memahami NDP adalah memahami secara baik aspek kesejarahan dalam perumusan NDP
HMI. Memahami konteks historis dan latar belakang perumusan NDP sangat membantu
untuk apa NDP tersebut disusun dan apa yang menjadi tujuannya.
Baca juga: Sains Dalam Perspektif NDP HMI
Menambahi
apa-apa saja yang telah kita jelaskan di atas, penulis ingin menekankan kepada
kita semua yang hendak ingin mempelajari dan mendalami NDP, kita harus
menanamkan niat yang konsisten dan permanen untuk mengkaji NDP HMI. Diperlukan
ketekunan secara mendalam dan berkelanjutan untuk terus mempelajarinya. Dengan
meminjam bahasanya Azhari Akmal Tarigan, kita harus terus menggelorakan
kajian-kajian NDP HMI.[]
Penulis:
Ibnu Arsib
Instruktur
HMI Cabang Medan
No comments:
Post a Comment