44 Indikator Kemunduran dan Memudarnya HMI; Versi Agussalim Sitompul - Yakusa Blog

Yakusa Blog

Mewujudkan Komunitas Intelektual Muslim

Tuesday 9 May 2017

44 Indikator Kemunduran dan Memudarnya HMI; Versi Agussalim Sitompul



YakusaBlog- Berbagai pandangan kritis yang ditujukan kepada HMI, memperlihatkan banyaknya indikator-indikator kemunduran HMI yang secara empiris dapat dilihat dan dibuktikan. Pengalaman selama empat puluh dua tahun aktif di HMI (Agussalim Sitompul masuk HMI 15 September 1963-peny), melalui tiga zaman, yaitu zaman Orde Lama, zaman Orde Baru, dan zaman Reformasi, menemukan tidak kurang empat puluh empat indikator menurun, memudarnya gerak dan reputasi HMI. Yaitu:

1.       Menurunnya jumlah mahasiswa baru yang masuk HMI.

2.       HMI semakin jauh dari mahasiswa.

3.   Pola perkaderan Hmi yang dirancang pertengahan abad ke-20 sudah ketinggalan dan tidak sesuai lagi untuk memenuhi tuntutan zaman abad ke-21.

4.  HMI dan kader-kader penerus kurang mampu mengikuti jejak para pendahulunya yang memiliki pandangan visioner, sebagaimana dilakukan pemrakarsa pendiri HMI Lafran Pane dan para penerusnya.

5.        Kurang berfungsinya aparat HMI seperti Badko.

6.      Kurang berfungsinya Komisariat sebagai ujung tombak dalam rekrutmen anggota, pembinaan anggota, sebagai syarat kelanjutan kehidupan organisasi, yang mengambil basis di Perguruan Tinggi.

7.   Tidak terbentuknya Komisariat HMI di seluruh Perguruan Tinggi yang terdapat di suatu kota.

8.   Lemahnya manajemen organisasi HMI dan sudah ketinggalan zaman, tidak sesuai lagi dengan tuntutan kebutuhan kontemporer.

9.     Kurangnya pengetahuan, pemahaman, penghayatan, pengamalan ajaran agama Islam di kalangan anggota dan pengurus.

10.   Belum optimalnya pengetahuan, pemahaman, dan penghayatan anggota dan pengurus HMI di hampir semua tingkatan kepengurusan tentang khasanah-khasanah ke-HMI-an dan keorganisasian.

11.    Kurang berfungsinya lembaga-lembaga kekaryaan HMI.

12.  Peringatan Dies Natalis HMI setiap tahun tidak semarak lagi dengan berbagai acara, seperti kegiatan ilmiah, pengabdian kepada masyarakat, kegiatan kesenian, pameran, bazar dan lain-lain.

13.    Setiap acara-acara HMI sepi dari pengunjung.

14.    Memudarnyanya “tradisi intelektual HMI”.

15.   HMI tidak punya gagasan atau karya yang layak diketengahkan sebagai kontribusi untuk memecahkan berbagai problem yang muncul dalam masyarakat.

16.   HMI kehilangan basis intelektual di kampus-kampus eksklusif di negeri ini.

17.    Follow up perkaderan tidak berjalan sebagaimana mestinya.

18.  HMI jarang melakukan evaluasi terhadap perjalanan organisasi dengan segala aktivitas pada umumnya, maupun pelaksanaan program kerja pada khususnya secara proporsional, berencana dan kontinyu.

19.  Munculnya kegiatan-kegiatan mahasiswa di dalam dan di luar kampus (Seksi Kerokhanian mahasiswa Islam, Remaja Masjid, dsb).

20.  Menurunnya peran HMI dalam gerakan-gerakan mahasiswa di tingkat regional maupun nasional dalam merespon berbagai tantangan.

21.    Timbulnya organisasi mahasiswa Islam yang baru.

22.  Berlarut-larutnya penyelesaian masalah “domestik” HMI. Antara HMI DIPO dan HMI MPO, yang banyak menguras tenaga.

23.    Kehilangan panutan.

24. Senang membuat program, kurang mampu membuat agenda pelaksanaannya.

25.    Program dibuat tanpa target.

26.    HMI kehilangan strategi perjuangan.

27.    HMI terlalu banyak retorika daripada action.

28.  HMI kurang mampu mencetak kader dan pengurus yang bertipe problem solving, dan lebih cenderung mencetak kader yang bertipe solidarity making.

29.  HMI banyak terlibat dalam kegiatan politik, sehingga banyak menyedot perhatian, tenaga, pikiran, bahkan dana.

30.   HMI sebagai mata rantai gerakan pembaharuan di Indonesia, akhir-akhir ini tidak menampakkan lagi pemikiran-pemikirannya yang cemerlang untuk melakukan pembaharuan dalam berbagai pemikiran.

31. HMI cenderung menjadi organisasi massif, tidak diimbangi dengan perkaderan yang intensif sekaligus selektif.

32.    Daya kritis aktivis HMI menurun.

33.  Patut dikritik sebagai suatu kelemahan HMI adalah di bidang Dokrah (Dokumen dan Sejarah) yang langsung ditangani pengurus.

34.  HMI kehilangan nama (tuah), kekuatan batin (yang pernah dimilikinya).

35.  HMI kini kecil baik dari segi peranannya maupun kuantitas dan kualitas.

36.   Organisasi besar, modern seperti Hmi sangat disayangkan apabila tidak memiliki media yang representatif sebagai penghubung antar aparat, antar anggota dan perngurus serta untuk penyaluran ide, serta pemikiran.

37.    HMI tidak punya jaringan.

38.  HMI lambat, bahkan terlambat tidak dapat mengikuti perkembangan realitas sosial budaya yang berkembang sangat cepat.

39.  Perbuatan jelek yang dilakukan beberapa orang kader, anggota dan alumni HMI berdampak dan membawa akibat yang negatif pada semua kader HMI termasuk kader yang baik maupun alumni HMI.

40.  Ketika pemilihan Ketua Umum PB HMI berlangsung di Kongres HMI, nampak gejala terjadi main duit atau money politic yang sangat merusak moral dan akhlak kepemimpinan serta citra HMI di mata anggota dan masyarakat luas.

41.    HMI dan anggotanya tidak memiliki disiplin organisasi yang tinggi.

42.    Anggota, aktivis HMI terlalu berpikiran umum dan global.

43.   HMI tidak dapat memelihara dan mempertahankan serta meningkatkan keberhasilan yang pernah dicapai, sehingga apa yang pernah dicapai tersebut tidak dapat dikonsolidasikan sebagai modal perjuangan selanjutnya, bahkan hilang dan pupus dalam perjalanan sejarah.


44.  Karena faktor-faktor yang disebut di atas, HMI nyaris kehilangan jati diri, sehingga tidak mempunyai kepribadian yang utuh-pecah.

Jika diinventarisir berbagai indikasi kemunduran HMI tentu masih banyak yang dapat diketengahkan di sini. Masing-masing pengurus Komisariat, Cabang, Badko, Lembaga bahkan pucuk pimpinan tertinggi HMI yaitu PB HMI dapat menginventarisir indikasi-indikasi memudarnya HMI, sebagai bahan kajian dan evaluasi untuk mencari solusinya dengan tepat dan cepat, sehingga HMI dapat bangkit kembali.[IAR-peny]


Catatan: Tulisan di atas disadur dari buku 44 Indikator Kemunduran HMI, karya Agussalim Sitompul, yang ditebitkan oleh CV Misaka Galiza, Jakarta: 2008, hal: 80-108.


Baca juga artikel:
Kenapa Kita Ber-HMI? Ini Jawaban Kader-Kader dan Alumninya
Tipe-Tipe Buruk Kader HMI Kontemporer
HMI Rumah Kaum Intelektual Muda Islam
Kenapa HMI Perlu Ada ?

No comments:

Post a Comment