YakusaBlog- Berbagai pandangan kritis yang ditujukan kepada HMI, memperlihatkan banyaknya indikator-indikator kemunduran HMI yang secara empiris dapat dilihat dan dibuktikan. Pengalaman selama empat puluh dua tahun aktif di HMI (Agussalim Sitompul masuk HMI 15 September 1963-peny), melalui tiga zaman, yaitu zaman Orde Lama, zaman Orde Baru, dan zaman Reformasi, menemukan tidak kurang empat puluh empat indikator menurun, memudarnya gerak dan reputasi HMI. Yaitu:
1. Menurunnya jumlah mahasiswa baru yang
masuk HMI.
2. HMI semakin jauh dari mahasiswa.
3. Pola perkaderan Hmi yang dirancang
pertengahan abad ke-20 sudah ketinggalan dan tidak sesuai lagi untuk memenuhi
tuntutan zaman abad ke-21.
4. HMI dan kader-kader penerus kurang mampu
mengikuti jejak para pendahulunya yang memiliki pandangan visioner, sebagaimana
dilakukan pemrakarsa pendiri HMI Lafran Pane dan para penerusnya.
5. Kurang berfungsinya aparat HMI seperti
Badko.
6. Kurang berfungsinya Komisariat sebagai
ujung tombak dalam rekrutmen anggota, pembinaan anggota, sebagai syarat
kelanjutan kehidupan organisasi, yang mengambil basis di Perguruan Tinggi.
7. Tidak terbentuknya Komisariat HMI di
seluruh Perguruan Tinggi yang terdapat di suatu kota.
8. Lemahnya manajemen organisasi HMI dan
sudah ketinggalan zaman, tidak sesuai lagi dengan tuntutan kebutuhan
kontemporer.
9. Kurangnya pengetahuan, pemahaman,
penghayatan, pengamalan ajaran agama Islam di kalangan anggota dan pengurus.
10. Belum optimalnya pengetahuan, pemahaman,
dan penghayatan anggota dan pengurus HMI di hampir semua tingkatan kepengurusan
tentang khasanah-khasanah ke-HMI-an dan keorganisasian.
11. Kurang berfungsinya lembaga-lembaga
kekaryaan HMI.
12. Peringatan Dies Natalis HMI setiap tahun
tidak semarak lagi dengan berbagai acara, seperti kegiatan ilmiah, pengabdian
kepada masyarakat, kegiatan kesenian, pameran, bazar dan lain-lain.
13. Setiap acara-acara HMI sepi dari
pengunjung.
14. Memudarnyanya “tradisi intelektual HMI”.
15. HMI tidak punya gagasan atau karya yang
layak diketengahkan sebagai kontribusi untuk memecahkan berbagai problem yang
muncul dalam masyarakat.
16. HMI kehilangan basis intelektual di
kampus-kampus eksklusif di negeri ini.
17. Follow
up
perkaderan tidak berjalan sebagaimana mestinya.
18. HMI jarang melakukan evaluasi terhadap perjalanan
organisasi dengan segala aktivitas pada umumnya, maupun pelaksanaan program
kerja pada khususnya secara proporsional, berencana dan kontinyu.
19. Munculnya kegiatan-kegiatan mahasiswa di
dalam dan di luar kampus (Seksi Kerokhanian mahasiswa Islam, Remaja Masjid,
dsb).
20. Menurunnya peran HMI dalam
gerakan-gerakan mahasiswa di tingkat regional maupun nasional dalam merespon
berbagai tantangan.
21. Timbulnya organisasi mahasiswa Islam
yang baru.
22. Berlarut-larutnya penyelesaian masalah
“domestik” HMI. Antara HMI DIPO dan HMI MPO, yang banyak menguras tenaga.
23. Kehilangan panutan.
24. Senang membuat program, kurang mampu
membuat agenda pelaksanaannya.
25. Program dibuat tanpa target.
26. HMI kehilangan strategi perjuangan.
27. HMI terlalu banyak retorika daripada action.
28. HMI kurang mampu mencetak kader dan
pengurus yang bertipe problem solving,
dan lebih cenderung mencetak kader yang bertipe solidarity making.
29. HMI banyak terlibat dalam kegiatan
politik, sehingga banyak menyedot perhatian, tenaga, pikiran, bahkan dana.
30. HMI sebagai mata rantai gerakan
pembaharuan di Indonesia, akhir-akhir ini tidak menampakkan lagi
pemikiran-pemikirannya yang cemerlang untuk melakukan pembaharuan dalam
berbagai pemikiran.
31. HMI cenderung menjadi organisasi massif, tidak diimbangi dengan perkaderan
yang intensif sekaligus selektif.
32. Daya kritis aktivis HMI menurun.
33. Patut dikritik sebagai suatu kelemahan
HMI adalah di bidang Dokrah (Dokumen dan Sejarah) yang langsung ditangani
pengurus.
34. HMI kehilangan nama (tuah), kekuatan
batin (yang pernah dimilikinya).
35. HMI kini kecil baik dari segi peranannya
maupun kuantitas dan kualitas.
36. Organisasi besar, modern seperti Hmi
sangat disayangkan apabila tidak memiliki media yang representatif sebagai
penghubung antar aparat, antar anggota dan perngurus serta untuk penyaluran
ide, serta pemikiran.
37. HMI tidak punya jaringan.
38. HMI lambat, bahkan terlambat tidak dapat
mengikuti perkembangan realitas sosial budaya yang berkembang sangat cepat.
39. Perbuatan jelek yang dilakukan beberapa
orang kader, anggota dan alumni HMI berdampak dan membawa akibat yang negatif
pada semua kader HMI termasuk kader yang baik maupun alumni HMI.
40. Ketika pemilihan Ketua Umum PB HMI
berlangsung di Kongres HMI, nampak gejala terjadi main duit atau money politic yang sangat merusak moral
dan akhlak kepemimpinan serta citra HMI di mata anggota dan masyarakat luas.
41. HMI dan anggotanya tidak memiliki
disiplin organisasi yang tinggi.
42. Anggota, aktivis HMI terlalu berpikiran
umum dan global.
43. HMI tidak dapat memelihara dan
mempertahankan serta meningkatkan keberhasilan yang pernah dicapai, sehingga
apa yang pernah dicapai tersebut tidak dapat dikonsolidasikan sebagai modal
perjuangan selanjutnya, bahkan hilang dan pupus dalam perjalanan sejarah.
44. Karena faktor-faktor yang disebut di
atas, HMI nyaris kehilangan jati diri, sehingga tidak mempunyai kepribadian
yang utuh-pecah.
Jika diinventarisir berbagai
indikasi kemunduran HMI tentu masih banyak yang dapat diketengahkan di sini. Masing-masing
pengurus Komisariat, Cabang, Badko, Lembaga bahkan pucuk pimpinan tertinggi HMI
yaitu PB HMI dapat menginventarisir indikasi-indikasi memudarnya HMI, sebagai
bahan kajian dan evaluasi untuk mencari solusinya dengan tepat dan cepat,
sehingga HMI dapat bangkit kembali.[IAR-peny]
Catatan: Tulisan di atas disadur dari buku 44 Indikator Kemunduran HMI, karya Agussalim Sitompul, yang ditebitkan oleh CV Misaka Galiza, Jakarta: 2008, hal: 80-108.
Baca juga artikel:
Kenapa Kita Ber-HMI? Ini Jawaban Kader-Kader dan Alumninya
Tipe-Tipe Buruk Kader HMI Kontemporer
HMI Rumah Kaum Intelektual Muda Islam
Kenapa HMI Perlu Ada ?
Catatan: Tulisan di atas disadur dari buku 44 Indikator Kemunduran HMI, karya Agussalim Sitompul, yang ditebitkan oleh CV Misaka Galiza, Jakarta: 2008, hal: 80-108.
Baca juga artikel:
Kenapa Kita Ber-HMI? Ini Jawaban Kader-Kader dan Alumninya
Tipe-Tipe Buruk Kader HMI Kontemporer
HMI Rumah Kaum Intelektual Muda Islam
Kenapa HMI Perlu Ada ?
No comments:
Post a Comment