Kepribadian Kader Yang Lahir Dari HMI Lewat NDP - Yakusa Blog

Yakusa Blog

Mewujudkan Komunitas Intelektual Muslim

Sunday, 6 May 2018

Kepribadian Kader Yang Lahir Dari HMI Lewat NDP

YakusaBlog- Nilai-Nilai Dasar Perjuangan Himpunan Mahasiswa Islam (NDP HMI) merupakan bagian dari materi wajib di setiap tingkatan training formal HMI. Mulai dari tingkatan Latihan Kader I (Basic Training), Latihan Kader II (Intermediate Training) dan Latihan Kader III (Advance Training), bahkan menjadi sindikasi wajib ketika mengikuti Training Instruktur atau Senior Course (SC), materi NDP tidak boleh ditinggalkan. Materi NDP sangat penting bagi kader-kader HMI dalam memahami nilai-nilai dasar Islam, karena materi ini akan membentuk kepribadian, pola pikir dan pola sikap dalam berislam atau memahami nilai-nilai Islam yang universal.
Sebelum NDP HMI disusun oleh Nurcholish Madjid (Cak Nur), Endang Saifuddin Anshari dan Sakib Mahmud, kemudian disahkan pada Kongres HMI IX di Malang tahun 1969, nilai-nilai yang dirumuskan dalam NDP sudah berjalan. Sejak HMI didirikan oleh Lafran Pane, telah dirumuskan suatu “Kepribadian HMI” yang diletakkan sebagai esensi, yaitu dengan nama esensinya “Dasar Keseimbangan”.

Baca juga: Hal-Hal Yang Diperlukan Untuk Memahami NDP
Nah, seperti apakah kepribadian, karakter atau prototipe kader yang diinginkan HMI lewat mempelajari dan memahami NDP HMI?
Baik, dalam kesempatan kali ini saya akan membicarakannya dengan Anda. Pada pembahasan dalam tulisan ini, saya akan menjelaskan kepribadian, karakter atau prototipe kader yang diinginkan oleh HMI lewat mempelajari NDP menurut penulis utama teks NDP HMI, Nurcholis Madjid (Cak Nur) dan menurut pen-syarah dan atau Penceramah NDP HMI tingkat Nasional yang sudah menerbitkan banyak buku tentang NDP HMI, yaitu Azhari Akmal Tarigan. Tidak menutup kemungkinan dan bukan pula hendak bermaksud ingin menggurui. Sebagai Instruktur NDP HMI yang masih junior, saya akan mencoba menanggapi atau memberi sedikit banyak pendapat dan juga penjelasan terkait pembahasan kita ini.
Di atas tadi telah kita singgung bahwa sebelum NDP disusun bahwa telah ada nilai-nilai seperti yang terkandung di dalam NDP HMI, yang mana kita katakan tadi sebagai “Kepribadian HMI” dengan meletakkan salah satu esensinya, yaitu esensi “Dasar Keseimbangan.”  Cak Nur menjelaskan maksud dari “Dasar Keseimbangan” ini adalah keseimbangan antara tugas-tugas duniawi dan ukhrawi, antara kerja ilmu dan kerja iman, pemenuhan kewajiban intelektual dan ulama, sehingga merupakan suatu “Complete Integration” dan tak terpisahkan satu dari lainnya dalam suatu pribadi yang integral. (Agussalim Sitpmpul, 1997:35-36)
Kepribadian HMI yang dimaksud Cak Nur itu tidak berbeda dengan yang ada dalam teks NDP HMI. Di dalam teks NDP HMI pada Bab II: Dasar-Dasar Kemanusiaan, menggunakan istilah Insan Kamil. Maksud daripada kepibadian yang Insan Kamil pengertiannya sama dengan kepribadian HMI dengn esensinya “Dasar Keseimbangan”. Mari sejenak kita simak persamaan atau kesesuaian dan pahami sebagaimana yang tertulis dalam teks NDP pada Bab II:
“Seorang manusia yang sejati (insan kamil) ialah yang kegiatan mental dan fisik merupakan suatu keseluruhan. Kerja jasmani dan rohani bukanlah dua kenyataan yang terpisah. Malahan dia tidak mengenal perbedaan antara kerja dan kesenangan; kerja baginya adalah kesenangan, dan kesenangan ada dalam dan melalui kerja. Dia berkepribadian, merdeka, memiliki dirinya sendiri, menyatakan keluar corak perorangan dan mengembangkan kepribadian dan wataknya secara harmonis. Dia tidak mengenal perbedaan antara kehidupan individual dan kehidupan komunal, tidak membedakan antara dia sebagai perorangan dan sebagai anggota masyarakat. Hak dan kewajiban serta kegiatan-kegiatan untuk dirinya adalah juga sekaligus untuk sesama umat manusia. Baginya tidak ada pembagian dua (dikotomi) antara kegiatan-kegiatan rohani dan jasmani, pribadi dan masyarakat, agama dan politik dalam suatu kesatuan kerja yang tunggal pancaran niatnya, yaitu mencari kebaikan, keindahan dan kebenaran.”
Dalam sumber yang lain, dari hasil wawancara Ihsan Alief dan Hendro Prasetyo dengan Cak Nur, yang dimuat dalam surat kabar Suara Himpunan, No. 7, tahun III, 1985, hlm: 24-29, Cak Nur mengatakan:
“Kita menginginkan kader-kader yang lebih universalistik, tidak berpikir sektarian. Dalam istilah saya (Cak Nur-pen) lainnya adalah yang inklusivistik sikapnya terhadap Islam, bahkan kalau mampu terhadap dunia. Jangan seperti kelompok (ada di Indonesia) yang menyatakan kelompok lainnya “ahl annar”. Maka di HMI itu semua macam orang, ada anaknya NU bisa, anaknya Muhammadiyah bisa, anaknya Masyumi bisa, bahkan anaknya abangan yang paling abangan juga ada. Al-Qur’an banyak memuat pernyataan-pernyataan yang inklusivistik, dan Nabi Muhammad itukan “rahmatan lil ‘alamin”. Jadi, sesuai dengan pernyataan orang-orang Islam bahwa Islam adalah agama yang universal.” (Azhari Akmal Tarigan, 2018:306)
Dari pernyataan Cak Nur di atas, dapat kita tarik suatu kesimpulan bahwa kader-kader HMI yang telah mempelajari dan atau yang telah memahami NDP HMI akan berkepribadian atau juga bersikap terbuka terhadap berbagai macam golongan Islam dan organisasi-organisasi keislaman di Indonesa. Bahkan lebih luasnya terhadap semua golongan tanpa terkecuali, sebagaimana makna dari kata “bahkan kalau mampu terhadap dunia.
Selanjutnya dengan mempelajari dan memahami NDP HMI, kader-kader HMI akan bersikap universalistik dan tidak berpikir sektarian. Maksudnya tidak ada pemisahan dua (dikotomi) antara golongan-golongan Islam. Sedangkan maksud dari “tidak berpikir sektarian” adalah kader-kader HMI tidak ego dan menyatakan bahwa paham Islamnyalah yang paling benar di antara ajaran-ajaran Islam yang dipahami kader-kader HMI lainnya. Ia (kader) tidak berkutat (berdebat) dengan mazhab atau sifatnya yang fiqiyyah dan atau yang sifatnya syari’at, yang mana jika perdebatan-perdebatan tersebut tidak dikikis maka akan menimbulkan konflik di antara golongan-golongan Islam yang ada di masyarakat. Pengamalan yang sifatnya fiqiyyah atau syari’at dikembalikan masing-masing kepada kader HMI.
Kader-kader HMI yang mempelajari dan memahami NDP akan bertemu pada satu titik, jika meminjam istilah yang sering digunakan Cak Nur disebut dengan kalimatun sawa’ (titik temu), yaitu pada nilai-nilai agama Islam yang universal, dengan mencontoh nilai-nilai Islam  yang pernah dipraktikkan Nabi Muhammad Saw. sebagaimana kita ketahui bahwa beliau adalah rahmatan lil ‘alamin (rahmat begi seluruh alam).
Dari kepribadian yang kita terangkan di atas berdasarkan penjelasan dari Cak Nur, manfaat yang didapatkan dari mempelajari dan memahami NDP tersebut yaitu kader-kader HMI dapat masuk dan diterima dalam kalangan masyarakat Islam yang berbagai macam golongan organisasi keislamannya, bahkan lebih luas lagi dari itu. Kader-kader HMI tidak akan pernah bias atau menutup diri pada golongan masyarakat yang berlatar belakang organisasi Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Al-Washliyah dan organisasi keislaman lainnya. Bahkan juga kader-kader HMI tidak pernah menutup diri dari lintas etnik, suku, ras hingga agama sekalipun, baik dalam skala daerah, nasional dan internasional.
Selanjutnya, sangat menarik jika kita cermati dan pahami juga apa yang dikatakan oleh Pen-syarah dan sekaligus Penceramah NDP HMI tingkat Nasional di seluruh tingkatan training HMI, yaitu Azhari Akmal Tarigan, tentang kepribadian atau karakter kader yang diinginkan HMI lewat mempelajari NDP.
Dalam bukunya yang berjudul Nilai-Nilai Dasar Perjuangan HMI; Teks, Interpretasidan Kontekstualisasi. Buku ini baru diterbitkan oleh Simbiosa Rekatama Media, tahun  Maret 2018. Buku ini juga hasil edi revisi dari buku Islam Universal (2003) dan Islam Mazhab HMI: Tafsir Tema Besar Nilai-Nilai Dasar Perjuangan. Azhari Akmal Tarigan menuliskan:
“Siapapun yang membaca NDP dengan mata batinnya, insya Allah akan menemukan nilai-nilai dasar qurani yang jika dinternalisasikan ke dalam diri kader, hasilnya adalah kader-kader HMI yang luar biasa. Jika kita ingin menyebutnya sebagai karakter, karakter HMI yang terbentuk persis seperti yang terdapat di dalam lagu Hymne HMI.” (Azhari Akmal Tarigan, 2018:xvi)
Mencermati pendapat yang dikatan Azhari Akmal Tarigan di atas, dapat kita pahami bahwa kepribadian atau karakter kader yang membaca NDP akan sangat luar biasa. Nilai-nilai yang tertanam dalam diri seorang kader adalah nilai-nilai dasar Al-Qur’an. Kemudian, karakter yang terbentuk akan seperti yang terdapat di dalam lagu Hymne HMI, yaitu karakter kader yang bersykur, ikhlas, yakin, dan selalu berusaha untuk meraih tujuan. Nampaknya dia (Azhari Akmal Tarigan) menghubungkan makna filosofis dari lagu Hymne HMI yang selalu bergema dalam kegiatan-kegiatan HMI.
Selanjutnya, beliau berpendapat bahwa dengan mempelajari dan memahami NDP HMI yang dihubungkan makna filosofis Hymne HMI, kader-kader akan senantiasa mengharap hidayah dan taufik dari Allah Swt. Kemudian menjunjung tinggi syi’ar Islam, turut (mengikuti) Al-Qur’an dan Hadits. Karakter kader yang selalu berharap keberkahan dari Allah Swt dan senantiasa memohon kekuatan dari Allah Swt. lewat do’anya, serta istiqomah dalam perjuangan keummatan.

Baca juga: Empat Inti NDP HMI Menurut Azhari Akmal Tarigan
Azhari Akmal Tarigan memberikan suatu harapan, jika kader HMI memiliki kepribadian atau karakter-karakter yang kita bicarakan di atas, bisa dibayangkan betapa indah dan baiknya masa depan bangsa ini. Kader-kader bangsa (kader-kader HMI) dengan dibekali kepribadian atau karakter yang kuat itu akan menjadi pemimpin-pemimpin dalam berbagai bidang di masyarakat, baik di pemerintahan maupun di laur pemerintahan. Insya Allah perubahan yang substantif akan terjadi pada bangsa ini. Harapan demikian menjadi penutup pembahasan kita dalam tulisan sederhana ini.[]

Penulis: Ibnu Arsib
Instruktur HMI Cabang Medan

No comments:

Post a Comment