YakusaBlog- Nilai-Nilai
Dasar Perjuangan Himpunan Mahasiswa Islam (NDP HMI) merupakan bagian dari
materi wajib di setiap tingkatan training formal HMI. Mulai dari
tingkatan Latihan Kader I (Basic Training), Latihan Kader II (Intermediate
Training) dan Latihan Kader III (Advance Training), bahkan menjadi
sindikasi wajib ketika mengikuti Training Instruktur atau Senior
Course (SC), materi NDP tidak boleh ditinggalkan. Materi NDP sangat penting
bagi kader-kader HMI dalam memahami nilai-nilai dasar Islam, karena materi ini
akan membentuk kepribadian, pola pikir dan pola sikap dalam berislam atau
memahami nilai-nilai Islam yang universal.
Sebelum NDP
HMI disusun oleh Nurcholish Madjid (Cak Nur), Endang Saifuddin Anshari dan
Sakib Mahmud, kemudian disahkan pada Kongres HMI IX di Malang tahun 1969,
nilai-nilai yang dirumuskan dalam NDP sudah berjalan. Sejak HMI didirikan oleh
Lafran Pane, telah dirumuskan suatu “Kepribadian HMI” yang diletakkan sebagai
esensi, yaitu dengan nama esensinya “Dasar Keseimbangan”.
Baca juga: Hal-Hal Yang Diperlukan Untuk Memahami NDP
Baca juga: Hal-Hal Yang Diperlukan Untuk Memahami NDP
Nah, seperti
apakah kepribadian, karakter atau prototipe kader yang diinginkan HMI lewat
mempelajari dan memahami NDP HMI?
Baik, dalam
kesempatan kali ini saya akan membicarakannya dengan Anda. Pada pembahasan dalam
tulisan ini, saya akan menjelaskan kepribadian, karakter atau prototipe kader
yang diinginkan oleh HMI lewat mempelajari NDP menurut penulis utama teks NDP
HMI, Nurcholis Madjid (Cak Nur) dan menurut pen-syarah dan atau
Penceramah NDP HMI tingkat Nasional yang sudah menerbitkan banyak buku tentang
NDP HMI, yaitu Azhari Akmal Tarigan. Tidak menutup kemungkinan dan bukan pula
hendak bermaksud ingin menggurui. Sebagai Instruktur NDP HMI yang masih junior,
saya akan mencoba menanggapi atau memberi sedikit banyak pendapat dan juga
penjelasan terkait pembahasan kita ini.
Di atas tadi
telah kita singgung bahwa sebelum NDP disusun bahwa telah ada nilai-nilai
seperti yang terkandung di dalam NDP HMI, yang mana kita katakan tadi sebagai
“Kepribadian HMI” dengan meletakkan salah satu esensinya, yaitu esensi “Dasar
Keseimbangan.” Cak Nur menjelaskan maksud
dari “Dasar Keseimbangan” ini adalah keseimbangan antara tugas-tugas duniawi
dan ukhrawi, antara kerja ilmu dan kerja iman, pemenuhan kewajiban intelektual
dan ulama, sehingga merupakan suatu “Complete Integration” dan tak
terpisahkan satu dari lainnya dalam suatu pribadi yang integral. (Agussalim
Sitpmpul, 1997:35-36)
Kepribadian
HMI yang dimaksud Cak Nur itu tidak berbeda dengan yang ada dalam teks NDP HMI.
Di dalam teks NDP HMI pada Bab II: Dasar-Dasar Kemanusiaan, menggunakan
istilah Insan Kamil. Maksud daripada kepibadian yang Insan Kamil
pengertiannya sama dengan kepribadian HMI dengn esensinya “Dasar Keseimbangan”.
Mari sejenak kita simak persamaan atau kesesuaian dan pahami sebagaimana yang
tertulis dalam teks NDP pada Bab II:
“Seorang
manusia yang sejati (insan kamil) ialah yang kegiatan mental dan fisik
merupakan suatu keseluruhan. Kerja jasmani dan rohani bukanlah dua kenyataan
yang terpisah. Malahan dia tidak mengenal perbedaan antara kerja dan
kesenangan; kerja baginya adalah kesenangan, dan kesenangan ada dalam dan
melalui kerja. Dia berkepribadian, merdeka, memiliki dirinya sendiri,
menyatakan keluar corak perorangan dan mengembangkan kepribadian dan wataknya
secara harmonis. Dia tidak mengenal perbedaan antara kehidupan individual dan
kehidupan komunal, tidak membedakan antara dia sebagai perorangan dan sebagai
anggota masyarakat. Hak dan kewajiban serta kegiatan-kegiatan untuk dirinya
adalah juga sekaligus untuk sesama umat manusia. Baginya tidak ada pembagian
dua (dikotomi) antara kegiatan-kegiatan rohani dan jasmani, pribadi dan
masyarakat, agama dan politik dalam suatu kesatuan kerja yang tunggal pancaran
niatnya, yaitu mencari kebaikan, keindahan dan kebenaran.”
Dalam sumber
yang lain, dari hasil wawancara Ihsan Alief dan Hendro Prasetyo dengan Cak Nur,
yang dimuat dalam surat kabar Suara Himpunan, No. 7, tahun III, 1985,
hlm: 24-29, Cak Nur mengatakan:
“Kita
menginginkan kader-kader yang lebih universalistik, tidak berpikir sektarian.
Dalam istilah saya (Cak Nur-pen) lainnya adalah yang inklusivistik
sikapnya terhadap Islam, bahkan kalau mampu terhadap dunia. Jangan seperti
kelompok (ada di Indonesia) yang menyatakan kelompok lainnya “ahl annar”.
Maka di HMI itu semua macam orang, ada anaknya NU bisa, anaknya Muhammadiyah
bisa, anaknya Masyumi bisa, bahkan anaknya abangan yang paling abangan juga
ada. Al-Qur’an banyak memuat pernyataan-pernyataan yang inklusivistik, dan Nabi
Muhammad itukan “rahmatan lil ‘alamin”. Jadi, sesuai dengan pernyataan
orang-orang Islam bahwa Islam adalah agama yang universal.” (Azhari
Akmal Tarigan, 2018:306)
Dari
pernyataan Cak Nur di atas, dapat kita tarik suatu kesimpulan bahwa kader-kader
HMI yang telah mempelajari dan atau yang telah memahami NDP HMI akan
berkepribadian atau juga bersikap terbuka terhadap berbagai macam golongan
Islam dan organisasi-organisasi keislaman di Indonesa. Bahkan lebih luasnya
terhadap semua golongan tanpa terkecuali, sebagaimana makna dari kata “bahkan
kalau mampu terhadap dunia.”
Selanjutnya
dengan mempelajari dan memahami NDP HMI, kader-kader HMI akan bersikap
universalistik dan tidak berpikir sektarian. Maksudnya tidak ada pemisahan dua
(dikotomi) antara golongan-golongan Islam. Sedangkan maksud dari “tidak
berpikir sektarian” adalah kader-kader HMI tidak ego dan menyatakan bahwa
paham Islamnyalah yang paling benar di antara ajaran-ajaran Islam yang dipahami
kader-kader HMI lainnya. Ia (kader) tidak berkutat (berdebat) dengan mazhab
atau sifatnya yang fiqiyyah dan atau yang sifatnya syari’at, yang
mana jika perdebatan-perdebatan tersebut tidak dikikis maka akan menimbulkan
konflik di antara golongan-golongan Islam yang ada di masyarakat. Pengamalan
yang sifatnya fiqiyyah atau syari’at dikembalikan masing-masing
kepada kader HMI.
Kader-kader
HMI yang mempelajari dan memahami NDP akan bertemu pada satu titik, jika
meminjam istilah yang sering digunakan Cak Nur disebut dengan kalimatun
sawa’ (titik temu), yaitu pada nilai-nilai agama Islam yang universal,
dengan mencontoh nilai-nilai Islam yang
pernah dipraktikkan Nabi Muhammad Saw. sebagaimana kita ketahui bahwa beliau
adalah rahmatan lil ‘alamin (rahmat begi seluruh alam).
Dari kepribadian
yang kita terangkan di atas berdasarkan penjelasan dari Cak Nur, manfaat yang
didapatkan dari mempelajari dan memahami NDP tersebut yaitu kader-kader HMI
dapat masuk dan diterima dalam kalangan masyarakat Islam yang berbagai macam
golongan organisasi keislamannya, bahkan lebih luas lagi dari itu. Kader-kader
HMI tidak akan pernah bias atau menutup diri pada golongan masyarakat yang
berlatar belakang organisasi Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Al-Washliyah
dan organisasi keislaman lainnya. Bahkan juga kader-kader HMI tidak pernah
menutup diri dari lintas etnik, suku, ras hingga agama sekalipun, baik dalam
skala daerah, nasional dan internasional.
Selanjutnya,
sangat menarik jika kita cermati dan pahami juga apa yang dikatakan oleh Pen-syarah
dan sekaligus Penceramah NDP HMI tingkat Nasional di seluruh tingkatan training
HMI, yaitu Azhari Akmal Tarigan, tentang kepribadian atau karakter kader yang
diinginkan HMI lewat mempelajari NDP.
Dalam
bukunya yang berjudul Nilai-Nilai Dasar Perjuangan HMI; Teks, Interpretasidan Kontekstualisasi. Buku ini baru diterbitkan oleh Simbiosa Rekatama
Media, tahun Maret 2018. Buku ini juga
hasil edi revisi dari buku Islam Universal (2003) dan Islam Mazhab
HMI: Tafsir Tema Besar Nilai-Nilai Dasar Perjuangan. Azhari Akmal Tarigan
menuliskan:
“Siapapun
yang membaca NDP dengan mata batinnya, insya Allah akan menemukan
nilai-nilai dasar qurani yang jika dinternalisasikan ke dalam diri kader,
hasilnya adalah kader-kader HMI yang luar biasa. Jika kita ingin menyebutnya sebagai
karakter, karakter HMI yang terbentuk persis seperti yang terdapat di dalam
lagu Hymne HMI.” (Azhari Akmal Tarigan, 2018:xvi)
Mencermati
pendapat yang dikatan Azhari Akmal Tarigan di atas, dapat kita pahami bahwa
kepribadian atau karakter kader yang membaca NDP akan sangat luar biasa.
Nilai-nilai yang tertanam dalam diri seorang kader adalah nilai-nilai dasar
Al-Qur’an. Kemudian, karakter yang terbentuk akan seperti yang terdapat di
dalam lagu Hymne HMI, yaitu karakter kader yang bersykur, ikhlas, yakin,
dan selalu berusaha untuk meraih tujuan. Nampaknya dia (Azhari Akmal Tarigan)
menghubungkan makna filosofis dari lagu Hymne HMI yang selalu bergema
dalam kegiatan-kegiatan HMI.
Selanjutnya,
beliau berpendapat bahwa dengan mempelajari dan memahami NDP HMI yang
dihubungkan makna filosofis Hymne HMI, kader-kader akan senantiasa
mengharap hidayah dan taufik dari Allah Swt. Kemudian menjunjung tinggi syi’ar
Islam, turut (mengikuti) Al-Qur’an dan Hadits. Karakter kader yang selalu
berharap keberkahan dari Allah Swt dan senantiasa memohon kekuatan dari Allah
Swt. lewat do’anya, serta istiqomah dalam perjuangan keummatan.
Baca juga: Empat Inti NDP HMI Menurut Azhari Akmal Tarigan
Baca juga: Empat Inti NDP HMI Menurut Azhari Akmal Tarigan
Azhari Akmal
Tarigan memberikan suatu harapan, jika kader HMI memiliki kepribadian atau karakter-karakter
yang kita bicarakan di atas, bisa dibayangkan betapa indah dan baiknya masa
depan bangsa ini. Kader-kader bangsa (kader-kader HMI) dengan dibekali
kepribadian atau karakter yang kuat itu akan menjadi pemimpin-pemimpin dalam
berbagai bidang di masyarakat, baik di pemerintahan maupun di laur
pemerintahan. Insya Allah perubahan yang substantif akan terjadi pada
bangsa ini. Harapan demikian menjadi penutup pembahasan kita dalam tulisan
sederhana ini.[]
Penulis:
Ibnu Arsib
Instruktur
HMI Cabang Medan
No comments:
Post a Comment