Definisi Dan Sejarah Singkat Logika - Yakusa Blog

Yakusa Blog

Mewujudkan Komunitas Intelektual Muslim

Sunday, 15 April 2018

Definisi Dan Sejarah Singkat Logika


YakusaBlog- Meskipun disadari, definisi tidak pernah dapat menampilkan dengan sempurna pengertian sesuatu yang dikandungnya, disamping setiap orang selalu berbeda gaya dalam mendefinisikan suatu masalah, pada setiap penyelidikan permulaan suatu ilmu sudah lazim dibuka dengan pembicaraan definisinya. Kebijaksanaan ini ditempuh, mengingat bahwa dalam keanekaragaman itu terdapat persamaan-persamaan prinsip yang dapat mengantarkan kepada garis besar masalah, medan gerak dan batas dari ilmu yang hendak diselidiki. Sudah barang tentu pengertian yang diantar oleh definisi tidak sejelas yang didapat setelah akhir penyelidikan. Karena itu definisi yang bertugas sebagai pembuka pintu tidak mengandung bahaya selama kita memandangnya sebagai tempat pengenalan sementara yang dapat digeser ke arah kesempurnaan lebih lanjut.
‘Logik’ adalah bahasa Latin berasal dari kata ‘Logos’ yang berarti perkataan atau sabda.[1] Istilah lain yang digunakan sebagai gantinya adalah Mantiq, kata Arab yang diambil dari kata kerja nataqa yang berarti berkata atau berucap.[2]
Dalam bahasa sehari-hari, kita sering mendengar ungkapan serupa: alasannya tigak logis, argumentasinya logis, kabar itu tidak logis. Yang dimaksud dengan logis adalah masuk akal, dan tidak logis adalah sebaliknya.


Dalam buku Logic and Language of Education, mantiq disebut sebagai “penyelidikan tentang dasar-dasar dan metode-metode berpikir benar,[3] sedangkan dalam kamus Munjid disebut sebagai “Hukum yang memelihara hati nurani dari kesalahan dalam berpikir.”[4] Prof. Thaib Thahir A. Mu’in membatasi dengan “Ilmu untuk menggerakkan pikiran kepada jalan yang lurus dalam memperoleh suatu kebenaran.”[5] Sedangkan Irving M. Copi menyatakan, “Logika adalah ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah.”[6]
Kata ‘Logika’ rupa-rupanya dipergunakan pertama kali oleh Zeno dan Citium. Kaum Sofis, Socrates dan Plato harus dicatat sebagai perintis lahirnya Logika. Logika lahir sebagai ilmu atas jasa Aristoteles, Theprostus dan kaum Stoa.[7]
Aristoteles meninggalkan enam buah buku yang oleh murid-muridnya diberi nama (judul) Organon. Buku tersebut adalah Categoriae (mengenai pengertian-pengertian), De Interpretatiae (mengenai putusan-putusan), Analitica Priora (tentang silogisme), Analitica Posteriora (mengenai pembuktian), Topika (mengenai berdebat) dan De Sophisticis Elenchis (mengenai kesalahan-kesalahan berpikir). Theoprostus mengembangkan Logika Aristoteles ini, sedangkan kaum Stoa mengajukan bentuk-bentuk berpikir yang sistematis. Buku-buku inilah yang menjadi dasar Logika Tradisional.[8]
Pada masa penerjemahan ilmu-ilmu Yunani ke dalam dunia Arab yang dimulai pada abad II Hijriah, Logika merupakan bagian yang amat menarik minat kaum Muslimin. Selanjutnya, Logika dipelajari secara meriah dalam kalangan luas, menimbulkan pelbagai pendapatan dalam hubungannya dengan masalah agama. Ibnu Salih dan Imam Nawawi menghukumi haram mempelajari Matiq sampai mendalam. Al-Ghazali menganjurkan dan menganggap baik, sedangkan menurut Jumhur Ulama membolehkan bagi orang-orang yang cukup akalnya dan kokoh imannya.[9]
Filosof al-Kindi, mempelajari dan menyelidiki Logika Yunani secara khusus dan studi ini dilakukan lebih mendalam oleh al-Farabi. Ia mengadakan penyelidikan mendalam atas lafal dan menguji kaidah-kaidah Matiq dalam proposisi-proposisi kehidupan sehari-hari untuk membuktikan benar salahnya, merupakan suatu tindakan yang belum pernah dilakukan sebelumnya.[10]
Selanjutnya, Logika mengalami masa dekandensinya (merosot atau mundur) yang panjang. Logika menjadi sangat dangkal dan sederhana sekali. Masa itu dipergunakan buku-buku Logika seperti Isagoge dari Porphirius, Fon Sciente dari John Damascenus, buku-buku komentar Logika dari Bothius, buku sistematisasi Logika dari Thomas Aquinas, kesemuanya mengembangkan Logika Aristoteles.
Pada abad XIII sampai dengan abad XV, tampillah Petrus Hispanus, Roger Bacon, Raymundus Lullus dan Wilhelm Ocham mengetengahkan Logika yang berbeda sekali dengan metode Aristoteles, yang kemudian kita kenal dengan Logika Modern. Raymundus Lullus mengemukakan metode baru Logika yang disebut Ars Magna, semacam aljabar pengertian dengan maksud membuktikan kebenaran-kebenaran tertinggi.
Penemuan-penemuan baru pada abad XVII dan XVIII, ketika Francis Bacon mengembangkan metode induktif, ia menyusun buku Novum Organum Scientiarum. W. Leibnitz menyusun logika aljabar untuk membikin sederhana pekerjaan akal serta memberi kepastian. Immanuel Kant menemukan Logika Transendental (Logika yang menyelidiki bentuk-bentuk pemikiran yang mengatasi batas pengalaman).
Pada abad XIX, Logika dipandang sebagai sekedar peristiwa psikologis dan metodis seperti yang diajarkan oleh W. Wund, J. Dewey dan M. Baldwin.
Nama-nama seperti George Boole, Bertrand Russel dan G. Frege harus dicatat sebagai tokoh yang banyak berjasa dalam kehidupan Logika Modern.[11][]

Sumber bacaan: Drs. H. Mundiri, Logika, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2008, hlm. 1-4.

Sumber Gbr: https://www.deviantart.com




[1] K. Prent C. M., J. Adisubrata, dan W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Latin-Indonesia, Yayasan Kanisius, Semarang, 1969, hlm. 501.
[2] Ahmad Warson Munawir, al-Munawir, Kamus Arab-Indonesia, Yogyakarta, 1984, hlm. 1531.
[3] George F. Kneller, Logic & Language of Education, New York, 1966, hlm. 13.
[4] Louis Ma’lul, Munjid, Cet. Ke-26, Beirut, 1973, hlm. 816.
[5] Thaib Thahir A. Mu’in, Ilmu Mantiq, Widjaya, Jakarta, 1966, hlm. 16.
[6] Irving M. Copi, Introduction to Logic, fifth edition, Macmillan Publishing Co,. New York, 1978, hlm. 3.
[7] Bertrand Russel, History of Western Philosphy, London, George Allen & Unwin, Cet. VII, 1974, hlm. 206.
[8] Richard B. Angel, Reasoning and Logic, Century Crafts, New York, 1964, hlm. 41.
[9] A. Hanafi, Pengantar Filsafat Islam, Jakarta, Bulan Bintang, 1976, hlm. 3-5.
[10] Ibid, hlm. 29-30.
[11] Tentang ilmu (science), lihat Herbert J. Muller, Science and Criticism, Nw York, Yale University Press, 1943, hlm. 63-68.

No comments:

Post a Comment