YakusaBlog- Dalam
tulisan saya sebelumnya, yang berjudul Jangan Menjadi Kader Semangka,
saya menjelaskan bahwa ada beberapa kader yang luarnya hijau (HMI) tapi dalam
pemikirannya merah (terkontaminasi aliran Komunis), dan hal ini sudah sering
kita temukan. Perlu diketahui bahwasanya bukan hanya virus-virus itu saja yang
menginfeksi kader-kader HMI. Akan tetapi, ada juga aliran-aliran pemikiran atau
doktrin yang terselubung secara halus yang masuk ke dalam rumah HMI.
Mempengaruhi pemikiran kader-kader HMI dan merekrut kader-kader HMI secara
diam-diam kemudian mengarahkan kader-kader HMI ke dalam tujuan mereka,
terlebih-lebih mengarakah kepada target besar mereka, yaitu politik kekuasaan lokal
dan nasional (internal dan eksternal).
Hal itu saya
melihat di dalam HMI Cabang Medan. Saya melihat bagaimana mereka memasukkan
aliran-aliran terselubung mereka dalam perkaderan HMI Cabang Medan. Dan itu
sudah sangat masif pergerakannya. Bukankah di HMI sudah mempunyai aliran
pemikirannya sendiri yang berdasarkan Islam (Al-Qur’an dan Hadits) dan
mempunyai tujuannya sendiri sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 4 Anggaran
Dasar HMI (AD HMI).
Saya melihat
HMI menjadi ladang basah mereka untuk merekrut dan menanamkan pemikiran mereka
yang dibungkus dengan “Islam”. Anehnya, saya melihat Islam hanya dijadikan alat
saja, akan tetapi untuk mencapai kekuasaan di HMI, baik itu bidang Struktural
HMI maupun non-struktural HMI, mereka melanggar etika-etika keislaman. Pendek
katanya, mereka menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya. Mengklaim
bahwa diluar kelompok mereka adalah orang awam.
Saya melihat
para pelaku-pelakunya jika ditelusuri ke atas, maka akan berhenti di puncaknya.
Di mana struktur puncak mereka ini adalah seorang politisi tingkat nasional.
Yang hari ini mereka memkampanyekan sesuatu yang lagi viral di Media Sosial,
yaitu seperti jargon “#2019gantipresiden”. Ada kampanye gelap yang mereka
masukkan ke dalam pemikiran kader-kader HMI Cabang Medan.
Saya bukan
anti dengan jargon itu (pro Jokowi), dan bukan pula setuju atas jargon itu (pro
Prabowo). Akan tetapi, isu-isu tidak pantas dibawa ke dalam HMI, apalagi
kader-kader HMI yang sedang berproses. Tarikan tujuan politik nasional dan
daerahnya sangat kuat. Bukankah HMI ini sifatnya Independen? Setiap kader-kader
tidak boleh terlibat dalam keadaan politik atau terjun dalam mensukseskan salah
satu tokoh politik. Artinya, kelompok-kelompok yang membawa aliran-aliran
terselubung itu tidak memahami independensi HMI lagi.
Nah, lantas
bagaimanakah cara kita sebagai seorang kader HMI, khususnya kader-kader HMI
Cabang Medan untuk meng-counter (melawan atau menangkis) dan juga
memfilter (menyaring) aliran-aliran yang mereka bawa? Dan bagaimana jikalau
sudah masuk ke dalam kelompok mereka apalagi sudah di Ba’iyat (disumpah)
menjadi misonaris-misionaris mereka?
Jika yang
sudah masuk di dalamnya dan sudah terlibat di pengajian-pengajiannya, terlebih
dahulu Anda kritisi ajaran-ajaran mereka yang dibungkus dengan Islam itu. Lihat
praktik-praktik yang mereka lakukan, apakah mencoreng Independensi HMI atau
tidak. Ingat, HMI tidak mengenal eksklusivisme (tertutup), akan tetapi kelompok
itu sangan eksklusiv (tertutup dan terselubung), jika itu terlihat maka
tinggalkanlah. Apakah ajarannya sesuai dengan apa yang diajarkan oleh HMI,
menyimpang tidak dengan Islam atau tidak. Singkat katanya pada Anda yang telah
diangkat derajatnya di kelompok itu, harus selalu kritisi, jangan langsung
menerima sesuatu. Kita harus menjaga nilai-nilai Islam yang sifatnya universal
di HMI. Karena di HMI kita berbeda latang belakang kelurga dalam ormas Islam.
Selanjutnya
bagaimana dengan kader-kader HMI Cabang Medan yang lain? Setiap Pengurus
Komisariat harus menjaga adik-adiknya setelah selesai Latihan Kader I. Biasaya
orang yang mereka rekrut itu setelah baru-baru selesai LK I di HMI Cabang
Medan. Sungguh kejam kelakuan mereka ini, orang yang niatnya ingin ber-HMI,
tapi mereka memasukkan misi mereka ke HMI. Bukankah misi HMI telah ada? Dan
misi HMI inilah yang terus kita pertahankan. Tujuannya bukan untuk kepentingan
politik kekuasaan lokal dan nasional (secara internal dan eksternal), tapi misi
HMI sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal 4 AD HMI, “Terbinanya insan
akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan Islam dan bertanggungjawab atas
terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah Swt.”[]
Penulis:
Ibnu Arsib
Instruktur
HMI Cabang Medan
Ket.gbr: Gedung Insan Cita-Sekretariat HMI Cabang Medan
No comments:
Post a Comment