YakusaBlog-Secara
konstitusional (Anggaran Dasar, selanjutnya disingkat AD) Himpunan Mahasiswa
Islam (HMI) pada pasal 9 disebutkan bahwa, “HMI berperan sebagai organisasi
perjuangan.” Artinya, setiap aktivitas HMI merupakan suatu perjuangan
kader-kader HMI dalam kehidupan sehari-hari.
Nah, sering
muncul suatu pertanyaan, apakah yang diperjuangkan oleh HMI (baik secara
organisasi maupun kader-kader HMI) dari awal berdirinya hingga sampai saat ini?
Dalam
tulisan sederhana ini, terlebih dahulu saya membatasi bahwa tidak akan membahas
secara panjang apa yang diperjuangkan oleh HMI atau kader-kader HMI. Secara
singkat saya menjelaskannya dengan padat.
Jika kita
membicarakan apa yang diperjuangkan HMI dari sejak didirikan oleh Lafran Pane
beserta kawan-kawannya, pada 5 Februari 1947 M (dua tahun setelah kemerdekaan
Indonesia) hingga saat ini, tentunya setiap fase-fase HMI pasti berbeda. Karena
setiap zaman berbeda kondisi dan tuntutan zaman. Akan tetapi, walau berbeda
zaman dan kondisinya, secara esensinya tidak pernah lepas dari tujuan-tujuan
HMI. Yang mana tujuan HMI pun berubah sejak didirikannya hingga saat ini.
Baca juga: Apakah Out Put Konkrit Dari NDP HMI?
Baca juga: Apakah Out Put Konkrit Dari NDP HMI?
Kondisi yang
dihadapi oleh HMI dari masa ke masa berbeda beda. Jika kita melihat kebelakang,
peran HMI sebagai organisasi perjuangan tidak lepas dari tujuan awal
didirikannya organisasi ini. Artinya, setiap perjuangannya HMI bermuara atau
mensukseskan apa yang menjadi tujuan HMI. HMI sebagai organisasi yang dinamis
harus terus bisa bertahan dalam setiap tantangan yang dihadapinya. Untuk itulah
perjuangan harus dapat dimaknai dalam ber-HMI, sehingga ia terus menjadi
semangat. Walau berbeda zaman dan kondisinya, ghirah perjuangan harus
terus ada dalam diri setiap kader HMI.
Selanjutnya,
jika kita mendalami makna dari kata ‘Perjuangan’ dalam peran HMI, seperti yang
disebutkan dalam pasal 9 AD HMI, maka kita akan terus mencintai, mengharumkan
nama baik organisasi dan selalu setia pada HMI. Kita pun akan dapat melukan
kerja-kerja ikhlas dalam berorganisasi.
Perlu sangat
kita ketahui bahwa yang namanya berjuang itu tidak enak, tidak nyaman, ada yang
dikorbankan, penuh ujian dan tantangan, sakit, membutuhkan tenaga dan pikiran.
Yang namanya berjuang harus siap lapar, kurang tidur, siap lelah dan hal-hal
yang tidak enak menurut persfektif orang banyak.
Baca juga: HMI-Ku Sayang, HMI-Ku Malang
Baca juga: HMI-Ku Sayang, HMI-Ku Malang
Tokoh-tokoh
HMI di setiap fase telah menunjukkan bagaimana perjuangan HMI itu. Misalnya,
kita lihat perjuangan para pendiri HMI, sosok Lafran Pane menjadi tokoh sentral
dan perjuangannya sungguh luar biasa. Perjuangan HMI pada awal-awal berdirinya
langsung menghadapi penjajah dan kelompok-kelompok komunis yang mencoba
mengganggu stabilitas kemerdekaan yang masih baru. Selanjutnya, jika kita lihat
bagaimana sejarah perjuangan HMI pada tahun 1960-an, yang mana HMI mengalami
tekanan dan fitnah. HMI hampir saja dibubarkan dan komunis selalu menyerang
HMI. Akan tetapi semangat perjuangan kader-kader HMI tetap masih hidup.
Walaupun nyawa menjadi taruhannya, kader-kader HMI pada masa itu tetap
berjuang. Semata-mata berjuang demi organisasi (HMI), agama (Islam), negara dan
bangsa (ummat).
Akan tetapi,
jika di HMI kita ingin mencari kenyamanan, kesuksesan materil dan non-materil,
mencari eksistensialisme, mengamankan perut, jabatan kekuasaan, mengamankan
kantong, mengharapkan gaji atau penghasilan, dan hanya mencari enak atau
kesenangan, itu namanya HMI bukan organisasi perjuangan. Alangkah lebih
baiknya, kita keluar dari HMI dan mencari organisasi yang menampung niat-niat
jahat itu. Niat-niat yang tidak bisa menjaga independensi dan idealismenya
mahasiswa itu.
Untuk itu
setiap kita harus meluruskan niat dalam ber-HMI. Ahmad Wahib pernah berkata
bahwa HMI ini harus dijadikan lembaga pendidikan dan pembelajaran. Maka dari
itu, menurut saya perjuangan kita harus dalam dunia pendidikan, baik secara
pendidikan formal dan non-formal. Hal ini juga senada dengan Tujuan HMI yang
disebutkan dalam pasal 4 AD HMI. HMI bukan organisasi partai politik atau sayap
partai politik. Artinya, kerja-kerja di HMI tidak seperti asas-asas kerja di
suatu lembaga politik yang hari ini terkesan buruk. HMI adalah organisasi
kader, bukan organisasi massa.
Ber-HMI
bukan semata-mata berorganisasi. Bagi saya, ber-HMI adalah suatu pekerjaan baik
(amal sholeh) yang begitu kompleks (lengkap), baik secara teori dan praktik.
Pekerjaan baik itu tidak lepas dari sebagaimana Status HMI sebagai organisasi
Mahasiswa. Kita mengetahui bahwa mahaiswa itu berperan dan berfungsi sebagai
agen perubahan, pengontrol kondisi masyarakat, generasi penerus bangsa,
duta-duta pembaharu dan tugas-tugas mulia lainnya. Untuk mewujudkan itu
tentunya tidak mudah. Dalam proses praktiknya, kita akan menghadapi sesuatu apa
yang saya jelaskan bahwa makna perjuangan itu penuh ujian dan tantangan yang
harus dihadapi, posisi kitapun berada di luar garis zona nyaman manusia secara
umum.
Maka dari
itu, kader-kader HMI harus siap mental menghadapi zona-zona tantangan itu.
Inilah pentingnya setiap kader HMI terus menambah keimanan dan keilmuannya
sebagai benteng atau alat dalam perjuangan. Sesuatu yang baik kita kerjakan
akan membuahkan hasil yang baik pula. Dalam perjuangan di HMI ini, kita harus
bersikap ikhlas, tanpa pamrih. Orang bijak lestari berkata, “tidak ada
perjuangan yang sia-sia.” Perjuangan HMI jangan pernah berhenti, sebab guru-guru kita mengajarkan jangan sesekali menghitung hasil perjuangan, tapi mesti dinilai adalah proses perjuangannya.
Baca juga: Memerdekakan Diri Dari tuhan
Baca juga: Memerdekakan Diri Dari tuhan
Sebagai penyemangat
perjuangan kita, mari kita renungkan dalam hati dan pikiran, tentang makna dari
Hymne HMI yang kita nyanyikan setiap pembukaan kegiatan-kegiatan formal
atau non-formal HMI, “Besyukur dan Ikhlas/Himpunan Mahasiswa Islam/Yakin
usaha sampai/Untuk kemajuan/Hidayah dan taufik/Bahagia HMI. Berdo’a dan
ikrar/Menjunjung tinggi syiar Islam/Turut Al-Qur’an Hadits/Jalan keselamatan/Ya
Allah berkati/Bahagia HMI.”[]
Penulis:
Ibnu Arsib
Instruktur
HMI Cabang Medan
No comments:
Post a Comment