Konfercab HMI Cabang Ambon 2019: Momentum Adu Gagasan Para Kandidat - Yakusa Blog

Yakusa Blog

Mewujudkan Komunitas Intelektual Muslim

Monday, 11 March 2019

Konfercab HMI Cabang Ambon 2019: Momentum Adu Gagasan Para Kandidat


YakusaBlog- Perkembangan dinamika demokrasi dikalangan Mahasiswa yang terlembaga dalam bentuk organisasi kemahasiswaan dewasa ini semakin menarik untuk disimak. Begitu juga dengan dinamika demokrasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di tingkat HMI Cabang, yang sangat erat dikenal dengan istilah Konferensi Cabang (Konfercab). Nah, menjelang waktu dekat ini, HMI Cabang Ambon akan melakukan Konfercab sebagai ruang untuk berdemokrasi.
Konfercab pada dasarnya dilaksanakan atas amanah Konstitusi yang tujuannya adalah, pertama dari aspek teknis yakni mengevaluasi kinerja Pengurus HMI Cabang selama satu periode dalam bentuk "Meminta Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ)" (Lihat Pasal 13 ayat 6a ART HMI), dan kedua dari aspek kepemimpinan (secara politik) yakni memilih Ketua Umum dalam bentuk Formature (Pasal 13 ayat 6c ART HMI) sebagai bentuk regenerasi di tingkatan HMI Cabang. Akan tetapi, sebelum menghasilkan regenerasi yang dipilih dalam bentuk Formateur, proyeksi harus juga rumuskan oleh seluruh peserta yang berhadir dalam Konfercab.
Selain Konfercab merupakan forum pengambilan keputusan tertinggi di tingkat HMI Cabang (Pasal 13 ayat 2 ART HMI), yang harus dipahami juga Konfercab adalah forum untuk seluruh Kader HMI tingkatan cabang bisa berdialektika dalam menakar masa depan cabang secara struktural dan kultural. Karena sejatinya HMI harus dimaknai sebagai organisasi strategis dan organisasi gerakan yang bersifat ideologis.
Menilik beberapa fenomena yang terjadi belakangan ini, khususnya pada momentum perpolitikan HMI dari Kongres, Musda, Konfercab, Muskom sampai Rapat Anggota Komisariat (RAK) maka kesimpulan yang dapat kita tarik adalah kita hanya fokus pada aspek struktural saja. Artinya kita hanya melaksanakan Konfercab dengan tujuan untuk mencari siapa yang akan menjadi Ketua Umum. Sehingga kualitas berdemokrasi di HMI mengalami penurunan. Rapat tahunan itu pun kurang fokus pada substansinya.
Mestinya dalam diskursus keber-HMI-an, kita hari ini harus ada satu kerangka baru yang terbentuk lewat refleksi para kader, dan Konfercab kali ini adalah ruangnya. Ditegaskan sekali lagi, harus di sadari betul adalah Konfercab itu bukan hanya ajang untuk cari Ketua Umum saja. Tapi, jauh dari itu, Konfercab harus dimaknai sebagai momentum untuk merasionalisasikan akal sehat. Jadi ada adu argumen di sana.
Lalu apa yang harus dilakukan? Hemat saya, riilnya adalah: Pertama, peserta harus memaknai dan memahami tugas, tanggung jawab, dan fungsinya dalam berkonfercab. Kedua, panitia sebagai penyelenggara nantinya harus mengemas ini, kalau judul yang diatas harus dieksekusi yakni buat semacam debat kandidat.
Mengadu gagasan kandidat ini kenapa harus menjadi prioritas di Konfercab kali ini? Dengan alasan, karena tidak sedikit kader HMI yang berproses di struktural mulai dari tingkat Pengurus Besar (PB), Badko, Korkom,  Cabang sampai ke tingkat terbawah - Komisariat, itu miskin gagasan.
Apapun gagasan-gagasan yang terlahir dari semua kandidat nantinya itu dikembalikan ke masing-masing. Tapi minimal gagasan-gagasan yang nanti tersampaikan harus bisa menyentuh sesuatu yang sifatnya paling substansi dan sarat makna dalam berhimpunan.
Refleksi Kader: HMI Membangun
Sebuah refleksi terhadap tradisi dan gerakan HMI semestinya dilakukan guna melahirkan kembali embrio yang potensial untuk tumbuh menjadi organsasi yang progres menyikapi problem-problem kebangsaan hari ini. Secara historis HMI didirikan untuk menyelesaikan problematika keumatan (keindonesiaan-keislaman). Sehingga tiada alasan bagi HMI sebagai sebuah organisasi perjuangan untuk melakukan perubahan, pembaharuan dengan membangun Sumber Daya Manusia (SDM).
A.    HMI Membangun Akal Sehat.
Konsistensi HMI untuk mengawal perubahan, pembaharuan serta pembangunan bangsa dibuktikan dengan banyaknya tokoh-tokoh intelektual dan politik yang lahir dari rahim HMI, ini tentunya memberikan konstribusi besar terhadap perubahan di masyarakat dan struktur pemerintahan Indonesia. Tentu ini manifestasi yang harus terawat dengan baik di HMI, karena sejatinya membangun akal pikir harus berlangsung secara masif dan tradisi ini perlu dipertahankan.
B.     HMI Membangun Civil Society.
Adam Ferguson (1776), filsuf asal Skotlandia, yang memahami civil society sebagai, sebuah visi etis dalam kehidupan bermasyarakat. HMI merupakan salah satu elemen civil society di tanah nusantara ini yang harus senantiasa membangun gerakan yang ingklusif, progressif dan militan untuk melakukan konsolidasi kekuatan.
Baca juga: Merawat Kapal Tua
HMI merupakan lembaga yang sangat strategis dalam melakukan perbaikan ditengah kondisi bangsa yang abnormal. Menjawab tantangan bangsa hari ini perlu konsolidasi yang mantap dari HMI baik secara internal maupun eksternal dalam rangka membangun civil society.
C.     HMI Membangun Masa Depan.
HMI mempunyai sejarah baik terhadap proses perjalanan berbangsa dan bernegara ini. Oleh karena itu dalam menatap dan membangun masa depan HMI, tentu HMI secara organisasi telah siap. Namun yang masih perlu dipertanyakan adalah kesiapan HMI dalam membangun masa depan secara etis yang kemudian hal ini dikembalikan ke masing-masing kader HMI.
Kader HMI yang juga berperan sebagai kader umat dan kader bangsa harus punya gagasan besar dalam menakar masa depan keumatan dan kebangsaan secara progres.
Masa Depan HMI Cabang Ambon
Dalam lembaran sejarah kalau kita buka sejarah itu yakni yang tertera dalam Hindia Poetra edisi Maret 1923, ada beberapa pernyataan dasar-dasar Perhimpunan Indonesia yang berbunyi:
1.    Masa depan bangsa Indonesia hanya semata-semata yang dalam pembentukan struktur pemerintahan sendiri dapat dipertanggungjawabkan oleh bangsa Indonesia.
2.    Untuk mencapai itu setiap orang menurut kemampuan serta menurut kekuatan serta kecakapannya diusahakan tanpa bantuan pihak manapun.
3.    Untuk mencapai tujuan bersama itu semua unsur atau lapisan rakyat perlu kerja sama seerat-eratnya.
Tentu secara kritis saya ingin membawa pernyataan ini dalam konteks keber-HMI-an kita bahwa:
1.    Harus ada pertanggungjawaban HMI secara struktural nantinya terhadap masa depan HMI itu sendiri-sendiri.
2.    Untuk mencapai masa depan itu setiap orang (kader) terutama seorang pemimpin wajib mempunyai kecakapan secara mandiri. Mandiri yang dimaksud adalah tidak bergantung pada orang lain apalagi senior.
3.    Untuk mencapai tujuan bersama itu juga seluruh kader HMI terkhususnya Cabang Ambon dapat bekerja secara bersama.
Menutupi narasi sederhana ini, paling tidak yang harus tersampaikan pada momentum Konfercab ini adalah HMI Cabang Ambon bisa menjadi platform untuk HMI se-Indonesia secara umum dan HMI se-Mal-Malut secara khusus dalam menjalankan proses berdemokrasi.[]

Penulis: Nardi Maruapey (Kader HMI Cabang Ambon).

Ket.gbr: Ilustration
Sbr.gbr: Nardi Maruapey


No comments:

Post a Comment