YakusaBlog- Perkembangan
dinamika demokrasi dikalangan Mahasiswa yang terlembaga dalam bentuk organisasi
kemahasiswaan dewasa ini semakin menarik untuk disimak. Begitu juga dengan
dinamika demokrasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di tingkat HMI Cabang, yang sangat erat
dikenal dengan istilah Konferensi
Cabang (Konfercab). Nah, menjelang
waktu dekat ini, HMI
Cabang Ambon akan melakukan Konfercab sebagai ruang untuk berdemokrasi.
Konfercab
pada dasarnya dilaksanakan atas amanah Konstitusi yang tujuannya adalah,
pertama dari aspek teknis yakni mengevaluasi kinerja Pengurus HMI Cabang selama
satu periode dalam bentuk "Meminta Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ)"
(Lihat Pasal 13 ayat 6a ART HMI), dan kedua dari aspek kepemimpinan (secara
politik) yakni memilih Ketua Umum dalam bentuk Formature (Pasal 13 ayat 6c ART
HMI) sebagai bentuk regenerasi di tingkatan HMI Cabang. Akan tetapi, sebelum
menghasilkan regenerasi yang dipilih dalam bentuk Formateur, proyeksi harus
juga rumuskan oleh seluruh peserta yang berhadir dalam Konfercab.
Baca juga: Ketika Kohati Mandul
Selain
Konfercab merupakan
forum pengambilan keputusan tertinggi di tingkat HMI Cabang (Pasal 13 ayat 2 ART HMI), yang
harus dipahami juga Konfercab
adalah forum untuk seluruh Kader
HMI tingkatan cabang bisa berdialektika dalam menakar masa depan cabang secara
struktural dan kultural. Karena sejatinya HMI harus dimaknai sebagai organisasi
strategis dan organisasi gerakan
yang bersifat ideologis.
Menilik
beberapa fenomena yang terjadi belakangan ini,
khususnya pada momentum perpolitikan HMI dari Kongres, Musda, Konfercab, Muskom sampai Rapat Anggota
Komisariat (RAK)
maka kesimpulan yang dapat kita tarik adalah kita hanya fokus pada aspek
struktural saja. Artinya kita hanya melaksanakan Konfercab dengan tujuan untuk mencari
siapa yang akan menjadi Ketua Umum. Sehingga kualitas berdemokrasi di HMI
mengalami penurunan. Rapat tahunan
itu pun kurang fokus pada substansinya.
Mestinya
dalam diskursus keber-HMI-an, kita hari ini harus
ada satu kerangka baru yang terbentuk lewat refleksi para kader, dan Konfercab
kali ini adalah ruangnya. Ditegaskan sekali lagi, harus di sadari betul adalah Konfercab itu bukan
hanya ajang untuk cari Ketua Umum saja.
Tapi, jauh dari itu, Konfercab harus dimaknai sebagai momentum
untuk merasionalisasikan akal sehat. Jadi ada adu argumen di sana.
Lalu
apa yang harus dilakukan? Hemat saya, riilnya adalah: Pertama, peserta harus memaknai dan memahami tugas, tanggung jawab,
dan fungsinya dalam berkonfercab. Kedua, panitia sebagai penyelenggara nantinya
harus mengemas ini, kalau judul yang diatas harus dieksekusi yakni buat semacam
debat kandidat.
Baca juga: Maaf Kanda, Aku Tak Bisa Jadi Timses!
Mengadu
gagasan kandidat ini kenapa harus menjadi prioritas di Konfercab kali ini? Dengan alasan, karena tidak sedikit kader HMI yang
berproses di struktural mulai dari tingkat Pengurus Besar (PB), Badko, Korkom, Cabang sampai ke tingkat terbawah - Komisariat, itu miskin gagasan.
Apapun
gagasan-gagasan yang terlahir dari semua kandidat nantinya itu dikembalikan ke
masing-masing. Tapi minimal gagasan-gagasan yang nanti tersampaikan harus bisa
menyentuh sesuatu yang sifatnya paling substansi dan sarat makna dalam
berhimpunan.
Refleksi Kader: HMI
Membangun
Sebuah
refleksi terhadap tradisi dan gerakan HMI semestinya dilakukan guna melahirkan
kembali embrio yang potensial untuk tumbuh menjadi organsasi yang progres
menyikapi problem-problem kebangsaan hari ini. Secara historis HMI
didirikan untuk menyelesaikan problematika keumatan (keindonesiaan-keislaman).
Sehingga tiada alasan bagi HMI sebagai sebuah organisasi perjuangan untuk
melakukan perubahan, pembaharuan dengan membangun Sumber Daya Manusia (SDM).
A.
HMI Membangun Akal
Sehat.
Konsistensi
HMI untuk mengawal perubahan, pembaharuan serta pembangunan bangsa dibuktikan
dengan banyaknya tokoh-tokoh intelektual dan politik yang lahir dari rahim HMI,
ini tentunya memberikan konstribusi besar terhadap perubahan di masyarakat dan
struktur pemerintahan Indonesia.
Tentu ini manifestasi yang harus terawat dengan baik di HMI, karena sejatinya
membangun akal pikir harus berlangsung secara masif dan tradisi ini perlu dipertahankan.
B.
HMI Membangun Civil Society.
Adam
Ferguson (1776), filsuf asal Skotlandia, yang memahami civil society sebagai, sebuah visi etis dalam
kehidupan bermasyarakat. HMI merupakan salah satu elemen civil society di tanah
nusantara ini yang harus senantiasa membangun gerakan yang ingklusif,
progressif dan militan untuk melakukan konsolidasi kekuatan.
Baca juga: Merawat Kapal Tua
HMI
merupakan lembaga yang sangat strategis dalam melakukan perbaikan ditengah
kondisi bangsa yang abnormal. Menjawab tantangan bangsa hari ini perlu konsolidasi
yang mantap dari HMI baik secara internal maupun eksternal dalam rangka
membangun civil society.
C.
HMI Membangun Masa
Depan.
HMI
mempunyai sejarah baik terhadap proses perjalanan berbangsa dan bernegara ini.
Oleh karena itu dalam menatap dan
membangun masa depan HMI, tentu HMI secara organisasi telah siap. Namun yang
masih perlu dipertanyakan adalah kesiapan HMI dalam membangun masa depan secara
etis yang kemudian hal ini dikembalikan ke masing-masing kader HMI.
Kader
HMI yang juga berperan sebagai kader umat dan kader bangsa harus punya gagasan
besar dalam menakar masa depan keumatan dan kebangsaan secara progres.
Masa Depan HMI Cabang Ambon
Dalam
lembaran sejarah kalau kita buka sejarah itu yakni yang tertera dalam Hindia
Poetra edisi Maret 1923, ada beberapa pernyataan dasar-dasar Perhimpunan
Indonesia yang berbunyi:
1. Masa
depan bangsa Indonesia hanya semata-semata yang dalam pembentukan struktur
pemerintahan sendiri dapat dipertanggungjawabkan oleh bangsa Indonesia.
2. Untuk
mencapai itu setiap orang menurut kemampuan serta menurut kekuatan serta
kecakapannya diusahakan tanpa bantuan pihak manapun.
3. Untuk
mencapai tujuan bersama itu semua unsur atau lapisan rakyat perlu kerja sama
seerat-eratnya.
Tentu
secara kritis saya ingin membawa pernyataan ini dalam konteks keber-HMI-an kita bahwa:
1.
Harus ada
pertanggungjawaban HMI secara struktural nantinya terhadap masa depan HMI itu
sendiri-sendiri.
2.
Untuk mencapai masa
depan itu setiap orang (kader) terutama seorang pemimpin wajib mempunyai
kecakapan secara mandiri. Mandiri yang dimaksud adalah tidak bergantung pada
orang lain apalagi senior.
3.
Untuk mencapai tujuan
bersama itu juga seluruh kader HMI terkhususnya Cabang Ambon dapat bekerja
secara bersama.
Baca juga: Di TIM Membangun TIM
Menutupi
narasi sederhana ini, paling tidak yang harus tersampaikan pada momentum
Konfercab ini adalah HMI Cabang Ambon bisa menjadi platform untuk HMI se-Indonesia secara umum dan HMI se-Mal-Malut
secara khusus dalam menjalankan proses berdemokrasi.[]
Penulis: Nardi Maruapey (Kader HMI Cabang Ambon).
Ket.gbr: Ilustration
Sbr.gbr: Nardi Maruapey
No comments:
Post a Comment