YakusaBlog- Akhir-akhir
ini ombak laut pun begitu keras. Badai laut pun menghantam Kapal Tua yang
sedang berlayar membawa Amri, teman-temannya dan ratusan ribu para penumpang. Berlayar
dari pulau ke pulau yang ada di Indonesia ini, bahkan telah berlayar hingga ke negeri
asing. Kapal Tua itu mempunyai pelabuhan hampir di setiap daratan Indonesia bahkan sudah berlabuh ke negeri asing.
Angin laut terus berderu-deru. Badai tak pernah letih menghantam dan terus
mengguncang Kapal Tua. Tidak sedikit para penumpang pun dimabuk laut. Ada yang
tak tahan dengan ombak laut sehingga terdampar dari dari kapal ke laut. Hanya para
penumpang yang sabar dan semangat serta yang memegang tuguh aturan di Kapal Tua
itu lah yang dapat terus bertahan, walau dalam goncangan ombak laut. Dan Amri,
teman-temannya dan beberapa penumpang yang terus dapat bertahan.
Amri
dan teman-temannya, sebagai penumpang Kapal Tua itu berkomitmen memegang teguh
kunci-kunci yang telah dibuat oleh para pembuat Kapal Tua itu, dan juga oleh
para pendahu-pendahulu mereka. Bukan hanya menjaga diri agar tidak terjatuh ke
laut, tapi mereka juga terus merawat Kapal Tua yang mereka tumpangi itu agar
tetap baik-baik saja.
Di
dalam Kapal Tua itu, ternyata ada sekelompok penumpang yang sengaja menghancurkan
kapal yang sedang mereka tumpangi itu, dengan tujuan mendapatkan kepentinganya,
serta kepentingan kelompoknya.
Baca juga Cerpen: Marx Masuk HMI
Ternyata
bukan ombak laut saja yang ingin menghampaskan Kapal Tua itu. Sekelompok orang
yang disebutkan tadi tidak mau merawat Kapal Tua itu dengan ikhlas untuk
kepentingan bersama dan orang banyak. Akibat perbuatan buruk sekelumit orang
tersebut mengancam keselamatan Kapal Tua yang berisi ratus ribuan penumpang,
seperti Amari dan teman-temannya Amri.
Amri
dan teman-temannya yang semisi ingin menyelamatkan Kapal Tua, serta bersama
para penumpang yang baik. Mereka terus menambali kapal apabila terjadi suatu
kerusakan kapal akibat ombak laut yang kejam, serta dari perbuatan yang dzalim.
Seluruh tenaga dan pikiran, mereka habiska untuk merawat Kapal Tua yang sudah
menghantarkan ratus ribuan penumpang selama tujuh puluh tahun lebih, semenjak
Kapal Tua itu berlayar. Telah berganti Nahkoda, petugas-petugas kapal dan juga
penumpangnya sepanjang kapal itu berlayar.
Saat
ini, garis retak lebih terlihat nampak di Kapal Tua itu. Bekas retakan kapal
yang telah dijahit belum hilang, sudah terjadi retakan baru lagi. Air laut,
sedikit demi sedikit beradu masuk memenuhi bagian bawah kapal. Seluruh petugas
membersihkan air yang masuk, tidak terlepas juga Amri dan teman-temannya ikut
membantu para petugas kapal setiap air laut masuk.
Amri
dan teman-temannya berkomitmen akan terus menjawa atau merawat kapal itu walau
sudah tua. Mereka lakukan hal demikian karena suatu tanggungjawab dan juga
merupakan suatu kewajiban untuk selalu merawatnya. Kapal Tua itu telah banyak
memberi manfaat kepada siapa pun yang menumpanginya, dan hebatnya kepada setiap
orang walau tidak menumpanginya.
“Jangan
tanyakan apa yang telah kapal ini berikan kepada kita. Tapi, tanyakan apa yang
kita berikan kepada kapal ini.” Kata Amri pada teman-temannya saat ia melihat
beberapa temannya putus semangat. Nampak juga, kata-kata itu diamendemennya
dari kata-kata John F. Kennedy, Presiden Amerika Serikat ke-35.
“Sampai
kapan kita harus begini?” Tanya salah satu temannya dengan putus asa.
“Ya,
sampai kita tiada.” Jawab Amri tegas.
“Dapatkah
kita melawan badai ombak laut ini?” Tanya temannya yang lain pada Amri.
“Badai
tidak datang setiap saat. Nah, sebelum badai mengguncang Kapal Tua ini, kita
semua harus memperbaiki apa yang telah rusak dan mempersiapkan diri agar Kapal
Tua ini dapat kita jaga. Perawatan terus menerus sangat diperlukan oleh Kapal
Tua ini.” Salah satunya temannya bernama Aidil menjawab.
“Benar
sekali.” Kata Amri menanggapi. “Aku setuju apa yang dikatakan oleh teman kita
tadi.” Lanjutnya.
“Lalu
bagaimana kalau yang merusak-rusak kapal ini dari dalam?” Tanya seorang
penumpang.
“Kita
harus menjelaskan dan mengingatkan pada mereka supaya saling menjaga dan
merawat kapal ini.” Jawab Aidil.
“Jika
tetap saja ada yang mencoba merusaknya?” Tanya penumpang itu lagi.
“Itu
artinya, kita semua yang masih peduli akan kapal ini, maka harus melawannya.”
Tegas Amri sambil mengangkat kepalan tangan kiri.
“Kepada
setiap penumpang yang baru, yang datang silih berganti, harus dijelaskan pada
mereka. Harus dilakukan pemberitahuan saling menjaga dan menaati aturan-aturan
di Kapal Tua ini. Bukan begitu, Amri?” Tanya Aidil pada Amri memastikan
pernyataannya.
“Ya,
aku sepakat dengan apa yang dikatan Aidil.” Jawab Amri menguatkan pernyataan
Aidil.
Di
saat mereka membicarakan hal di atas, tiba-tiba saja Kapal Tua itu bergoyang
lagi. Badai ternyata datang lagi menghantam kapal yang mereka tumpangi itu.
Nahkoda pun mengatur gerak kapal itu agar bisa bertahan dari serangan badai
ombak laut. Angina bertiup kencang dibalut udara yang dingin. Beberapa kali,
air laut tumpah ke dalam kapal. Para penumpang begitu khawatir akan ketahanan
kapal yang merak tumpangi itu.
Baca juga Cerpen: Semangka HMI
Hampir
setangah jam lebih, badai pun berlalu. Akan tetapi, tiba-tiba saja bagian bawah
kapal dan dinding kapal bocor lagi. Air laut beradu masuk dari bagian yang
bocor. Kapal bocor bukan karena faktor alami akibat hentakan badai, tapi suatu
lubang yang disengaja oleh tangan-tangan jahat.
Penumpang
berhamburan karena air laut yang beradu masuk lewat bagian kapal yang
dibocorkan oleh orang-orang yang tidak diketahui. Dengan sigap dan penuh
semangat, Amri dan teman-temannya, serta para penumpang yang peduli pada Kapal
Tua itu, menambali bagia-bagian kapal yang dibocorkan.
Air
laut yang masuk ke dalam kapal itu pun berhenti. Badai pun kembali beristirahat.
Nahkoda dan para petugas kapal merasa tenang karena kapal tidak lagi
bergoyang-goyang. Amri dan para penumpang lainnya mulai tenang, kecuali ada
sekelompok orang yang tidak suka jika terjadi ketenangan di dalam Kapal Tua
itu. Menemukan mereka sangat susah karena sekelompok orang jahat itu memakai jubah
yang sama.
“Pengumuman…
Pengumuman.” Suara dari seorang Nahkoda membuat pengumuman. “Siapa pun
selanjutnya menjadi Nahkoda Kapal Tua ini, harus benar-benar menjaga dan
merawat kapal ini, agar Kapal Tua ini tidak hancur dan selamat para
penumpangnya.” Lanjut Nahkoda itu lewat alat pengeras suara yang ada di kapal
tersebut, sehingga didengar oleh seluruh penumpang dan petugas kapal.
“Untuk
seluruh yang ada di sini dan seluruh penumpang yang akan masuk ke dalam Kapal
Tua ini, kita punya tanggungjawab untuk terus menjaga dan merawat kapal ini.”
Suara Aidil begitu keras hingga terdengar sampai ke seluruh daratan Indonesia.
“Dam,
siapa pun yang menaiki atau berada di dalam Kapal Tua ini, wajib mengikuti
aturan-aturan yang berlaku di Kapal Tua ini. Tidak boleh berbuat sesuka hati
dan tidak boleh hanya mementingkan dirinya sendiri.” Terdengar suara Amri ke
seluruh pulau yang ada di Indonesia hingga sampai ke negeri asing yang telah
dilewati Kapal Tua itu.
Baca juga Cerpen: Bidadari Nyasar Di HMI
Kapal
itu pun dengan tenang berlayar di laut Indonesia hingga negeri asing. Kapal Tua
it uterus menghantarkan para penumpang menuju tujuan dengan selamat. Walau menjadi
Kapal Tua, tapi tetap diminati banyak orang, dari dahulu, saat ini dan hingga
nanti. Kapal Tua, teruslah berlayar dengan gagah tangguh![]
Penulis:
Ibnu Arsib (Bukan siapa-siapa, hanya manusia biasa)
Ket.gbr: Ilustration
Sbr.gbr: Fb Muslim Ritonga
NB: Apabila ada kesamaan nama, kami mohon maaf, bukan karena unsur kesengajaan.
No comments:
Post a Comment