Merawat Kapal Tua - Yakusa Blog

Yakusa Blog

Mewujudkan Komunitas Intelektual Muslim

Tuesday 19 February 2019

Merawat Kapal Tua


YakusaBlog- Akhir-akhir ini ombak laut pun begitu keras. Badai laut pun menghantam Kapal Tua yang sedang berlayar membawa Amri, teman-temannya dan ratusan ribu para penumpang. Berlayar dari pulau ke pulau yang ada di Indonesia ini, bahkan telah berlayar hingga ke negeri asing. Kapal Tua itu mempunyai pelabuhan hampir di setiap daratan Indonesia bahkan sudah berlabuh ke negeri asing.
Angin laut terus berderu-deru. Badai tak pernah letih menghantam dan terus mengguncang Kapal Tua. Tidak sedikit para penumpang pun dimabuk laut. Ada yang tak tahan dengan ombak laut sehingga terdampar dari dari kapal ke laut. Hanya para penumpang yang sabar dan semangat serta yang memegang tuguh aturan di Kapal Tua itu lah yang dapat terus bertahan, walau dalam goncangan ombak laut. Dan Amri, teman-temannya dan beberapa penumpang yang terus dapat bertahan.
Amri dan teman-temannya, sebagai penumpang Kapal Tua itu berkomitmen memegang teguh kunci-kunci yang telah dibuat oleh para pembuat Kapal Tua itu, dan juga oleh para pendahu-pendahulu mereka. Bukan hanya menjaga diri agar tidak terjatuh ke laut, tapi mereka juga terus merawat Kapal Tua yang mereka tumpangi itu agar tetap baik-baik saja.
Di dalam Kapal Tua itu, ternyata ada sekelompok penumpang yang sengaja menghancurkan kapal yang sedang mereka tumpangi itu, dengan tujuan mendapatkan kepentinganya, serta kepentingan kelompoknya.
Baca juga Cerpen: Marx Masuk HMI
Ternyata bukan ombak laut saja yang ingin menghampaskan Kapal Tua itu. Sekelompok orang yang disebutkan tadi tidak mau merawat Kapal Tua itu dengan ikhlas untuk kepentingan bersama dan orang banyak. Akibat perbuatan buruk sekelumit orang tersebut mengancam keselamatan Kapal Tua yang berisi ratus ribuan penumpang, seperti Amari dan teman-temannya Amri.
Amri dan teman-temannya yang semisi ingin menyelamatkan Kapal Tua, serta bersama para penumpang yang baik. Mereka terus menambali kapal apabila terjadi suatu kerusakan kapal akibat ombak laut yang kejam, serta dari perbuatan yang dzalim. Seluruh tenaga dan pikiran, mereka habiska untuk merawat Kapal Tua yang sudah menghantarkan ratus ribuan penumpang selama tujuh puluh tahun lebih, semenjak Kapal Tua itu berlayar. Telah berganti Nahkoda, petugas-petugas kapal dan juga penumpangnya sepanjang kapal itu berlayar.
Saat ini, garis retak lebih terlihat nampak di Kapal Tua itu. Bekas retakan kapal yang telah dijahit belum hilang, sudah terjadi retakan baru lagi. Air laut, sedikit demi sedikit beradu masuk memenuhi bagian bawah kapal. Seluruh petugas membersihkan air yang masuk, tidak terlepas juga Amri dan teman-temannya ikut membantu para petugas kapal setiap air laut masuk.
Amri dan teman-temannya berkomitmen akan terus menjawa atau merawat kapal itu walau sudah tua. Mereka lakukan hal demikian karena suatu tanggungjawab dan juga merupakan suatu kewajiban untuk selalu merawatnya. Kapal Tua itu telah banyak memberi manfaat kepada siapa pun yang menumpanginya, dan hebatnya kepada setiap orang walau tidak menumpanginya.
“Jangan tanyakan apa yang telah kapal ini berikan kepada kita. Tapi, tanyakan apa yang kita berikan kepada kapal ini.” Kata Amri pada teman-temannya saat ia melihat beberapa temannya putus semangat. Nampak juga, kata-kata itu diamendemennya dari kata-kata John F. Kennedy, Presiden Amerika Serikat ke-35.
“Sampai kapan kita harus begini?” Tanya salah satu temannya dengan putus asa.
“Ya, sampai kita tiada.” Jawab Amri tegas.
“Dapatkah kita melawan badai ombak laut ini?” Tanya temannya yang lain pada Amri.
“Badai tidak datang setiap saat. Nah, sebelum badai mengguncang Kapal Tua ini, kita semua harus memperbaiki apa yang telah rusak dan mempersiapkan diri agar Kapal Tua ini dapat kita jaga. Perawatan terus menerus sangat diperlukan oleh Kapal Tua ini.” Salah satunya temannya bernama Aidil menjawab.
“Benar sekali.” Kata Amri menanggapi. “Aku setuju apa yang dikatakan oleh teman kita tadi.” Lanjutnya.
“Lalu bagaimana kalau yang merusak-rusak kapal ini dari dalam?” Tanya seorang penumpang.
“Kita harus menjelaskan dan mengingatkan pada mereka supaya saling menjaga dan merawat kapal ini.” Jawab Aidil.
“Jika tetap saja ada yang mencoba merusaknya?” Tanya penumpang itu lagi.
“Itu artinya, kita semua yang masih peduli akan kapal ini, maka harus melawannya.” Tegas Amri sambil mengangkat kepalan tangan kiri.
“Kepada setiap penumpang yang baru, yang datang silih berganti, harus dijelaskan pada mereka. Harus dilakukan pemberitahuan saling menjaga dan menaati aturan-aturan di Kapal Tua ini. Bukan begitu, Amri?” Tanya Aidil pada Amri memastikan pernyataannya.
“Ya, aku sepakat dengan apa yang dikatan Aidil.” Jawab Amri menguatkan pernyataan Aidil.
Di saat mereka membicarakan hal di atas, tiba-tiba saja Kapal Tua itu bergoyang lagi. Badai ternyata datang lagi menghantam kapal yang mereka tumpangi itu. Nahkoda pun mengatur gerak kapal itu agar bisa bertahan dari serangan badai ombak laut. Angina bertiup kencang dibalut udara yang dingin. Beberapa kali, air laut tumpah ke dalam kapal. Para penumpang begitu khawatir akan ketahanan kapal yang merak tumpangi itu.
Baca juga Cerpen: Semangka HMI
Hampir setangah jam lebih, badai pun berlalu. Akan tetapi, tiba-tiba saja bagian bawah kapal dan dinding kapal bocor lagi. Air laut beradu masuk dari bagian yang bocor. Kapal bocor bukan karena faktor alami akibat hentakan badai, tapi suatu lubang yang disengaja oleh tangan-tangan jahat.
Penumpang berhamburan karena air laut yang beradu masuk lewat bagian kapal yang dibocorkan oleh orang-orang yang tidak diketahui. Dengan sigap dan penuh semangat, Amri dan teman-temannya, serta para penumpang yang peduli pada Kapal Tua itu, menambali bagia-bagian kapal yang dibocorkan.
Air laut yang masuk ke dalam kapal itu pun berhenti. Badai pun kembali beristirahat. Nahkoda dan para petugas kapal merasa tenang karena kapal tidak lagi bergoyang-goyang. Amri dan para penumpang lainnya mulai tenang, kecuali ada sekelompok orang yang tidak suka jika terjadi ketenangan di dalam Kapal Tua itu. Menemukan mereka sangat susah karena sekelompok orang jahat itu memakai jubah yang sama.
“Pengumuman… Pengumuman.” Suara dari seorang Nahkoda membuat pengumuman. “Siapa pun selanjutnya menjadi Nahkoda Kapal Tua ini, harus benar-benar menjaga dan merawat kapal ini, agar Kapal Tua ini tidak hancur dan selamat para penumpangnya.” Lanjut Nahkoda itu lewat alat pengeras suara yang ada di kapal tersebut, sehingga didengar oleh seluruh penumpang dan petugas kapal.
“Untuk seluruh yang ada di sini dan seluruh penumpang yang akan masuk ke dalam Kapal Tua ini, kita punya tanggungjawab untuk terus menjaga dan merawat kapal ini.” Suara Aidil begitu keras hingga terdengar sampai ke seluruh daratan Indonesia.
“Dam, siapa pun yang menaiki atau berada di dalam Kapal Tua ini, wajib mengikuti aturan-aturan yang berlaku di Kapal Tua ini. Tidak boleh berbuat sesuka hati dan tidak boleh hanya mementingkan dirinya sendiri.” Terdengar suara Amri ke seluruh pulau yang ada di Indonesia hingga sampai ke negeri asing yang telah dilewati Kapal Tua itu.
Baca juga Cerpen: Bidadari Nyasar Di HMI
Kapal itu pun dengan tenang berlayar di laut Indonesia hingga negeri asing. Kapal Tua it uterus menghantarkan para penumpang menuju tujuan dengan selamat. Walau menjadi Kapal Tua, tapi tetap diminati banyak orang, dari dahulu, saat ini dan hingga nanti. Kapal Tua, teruslah berlayar dengan gagah tangguh![]

Penulis: Ibnu Arsib (Bukan siapa-siapa, hanya manusia biasa)


Ket.gbr: Ilustration
Sbr.gbr: Fb Muslim Ritonga
NB: Apabila ada kesamaan nama, kami mohon maaf, bukan karena unsur kesengajaan.

No comments:

Post a Comment