YakusaBlog- Awal
Juli adalah hari Ulang Tahun Kota Medan. Saat ini Kota Medan telah berusia 428
tahun. Suatu usia mendekati lima abad. Kota Medan adalah kota yang beragam
suku, ada Melayu, Jawa, Batak Toba, Mandailing, Minang, Karo, Aceh dan juga
Tamil. Terdiri beragam agama, ada Islam, Nasrani, Budha, Hindu, dan Konghucu.
Walau berbeda suku dan agama, hidup warga Kota Medan terjalin akur dan damai
hingga saat ini.
Untuk
memperingati ulang tahun Kota Medan, Pemerintah Kota Medan pun melaksanakan
berbagai macam kegiatan dan pertandingan. Warga Kota Medan, lintas usia dan
lintas organisasi ikut meramaikan serta mensukseskan. Dari berbagai cabang kegiatan
dan pertandingan, Pemarintah Kota membuat berbagai macam pertandingan untuk
organisasi kemahasiswaan yang ada di Medan. Seluruh organisasi kemahasiswaan pun,
dengan antusias mengukuti pertandingan, seperti pertandingan olah raga, seni
dan juga bidang keilmuan. Masing-masing cabang organisasi kemahasiswaan
mendaftarkan dan mengirimkan delegasi setiap cabang pertandingan yang diikuti.
Bonar,
Fajar, Fahmi, Andre, Fauji, Fandi, Abi, Husein, Batara, Zulmustakim, Irwan dan
Robi, adalah kader-kader HMI Cabang Medan yang diturunkan untuk mengikuti
pertandingan olahraga cabang futsal.
Sebulan
rutin mereka latihan untuk mempersiapkan diri untuk pertandingan menghadapi tim
dari organisasi kemahasiswaan yang lain. Untuk tim pertama yang turun main
adalah Bonar sebagai penjaga gawang, Irwan dan Andre sebagai pertahanan, Husein
sebagai pembagi bola, dan Batara sosok yang diandalkan untuk mengoyak-ngoyak
gawang lawan.
Permain
mereka begitu sportif, tidak ada lempar kursi, tidak ada lempar minuman, dan
tidak ada intrupsi-intrupsi cengeng. Dinamika yang mereka bangun berjalan
dengan lancar menuju tujuan supaya mendapatkan tujuan, yaitu menang. Tidak ada
dinamika-dinamika tolol yang membuat pertandingan membosankan, yang membuat
suasana tidak berarti. Tidak ada lobi-lobi supaya mendaptkan kemenangan karena
ini menjaga marwah organisasi di depan seluruh mata yang menonton.
Dalam
debut pertama, mereka berhasil mengalahkan lawan dengan skor yang tipis. Hampir
saja mereka imbang. Di menit-menit terakhir, Andre sebagai pertahanan
memberanikan diri maju ke depan untuk mengoyak jala gawang lawan. Gol pertama
mereka diciptakan oleh Batara. Skor pun menjadi 2:1, kemenangan atas Batara dan
kawan-kawan.
Para
pendukung dari HMI, begitu bersemangat memberikan dukungan dan sorak-sorak
semangat. Tidak ada provokasi yang membuat pertandingan rusuh. Tidak ada SMS
supaya mereka walkout. Tidak ada
rencana-rencana membawa pertandingan ke lapangan lain. Semua berjalan lancar
dan sportif di lapangan yang telah ditentukan. Kalah dan menang itu biasa dalam
pertandingan. Pertandingan adalah suatu langkah untuk menyolidkan dan
mengakrabkan pertemanan antar organisasi.
“Semangka
HMI….” Teriak Batara dan kawan-kawan saat memulai pertandingan kedua setelah
dua hari mencapai kemenangan.
Para
pendukung dari HMI pun ikut bersorak membarikan semangat. “Semangka HMI…”
Seorang pendukung dari HMI bersorak. “Semangka HMI…Semangka HMI…” yang lain juga
ikut berteriak mengucapkannya.
Para
pendukung lawan mereka tersenyum dan ada yang tertawa mendengar saat para
pendukung Batara dan kawan-kawan mengatakan ‘Semangka HMI’.
“Hei,
semangka HMI itu apa maksudnya?” Tanya seorang kader HMI dari barisan pendukung
kepada temannya.
“Entah.
Nggak tahu aku.” Jawabnya. “Tanya aja sama Bang Batara!” Lanjutnya.
Peluit
pun berbunyi. Para pemain maulai menggeser bola dari kaki ke kaki. Kalau dari
kanan ke kanan, itu namanya main volli. Dari pihak lawan yang bernomor 10
menunjukkan skil-nya, sehingga mendapatkan pujian dari pendukungnya dan deruan
tepuk tangan.
Irwan
tidak mau kalah, walau menjadi Bek pertahanan, ia mematahkan skill yang
bernomor 10 tadi dengan skill yang mantap juga. Ia merebut bola dari nomor 10
ketika mendekati gawangnya Bonar dengan santai seperti sedang latihan. Sontak para
pendukung dari HMI bertepuk tangan, dan ada yang terkejut terheran-heran.
Skill
dan ketelitian harus memang dimiliki oleh setiap pemain. Jika skill dan
ketelitian tidak ada, maka akan menimbulkan kekecewaan bagi teman-teman dan
juga para pendukung. Posisi yang dipercayakan harus dipertanggungjawabkan,
harus amanah dan bukan hanya sekedar menempati posisi tapi tidak ada yang
diperbuat.
Hingga
turun minum, skor masih kosong-kosong. Saat turun minum, Beny, yang menjadi
pelatih mereka mencoba memberikan beberapa arahan dan juga motivasi. Satu per
satu, anak asuhnya ia berikan suatu trobosan baru sebagaimana startegi yang
sudah dipelajari saat latihan. Batara dan kawan-kawan menganguk-angguk tanda
mereka paham.
“Oke.
Teman-teman semua. Dalam babak pertama kita belum mendapatkan satu pun gol.
Masing-masing gawang masih perawan. Belum ada telur yang pecah. Nah, sesuai
yang kita pelajari dalam latihan, kalian harus menerapkannya.” Kata Beny.
Menunggu
peluit dibunyikan, untuk memulai pertandingan babak kedua, para penonton ada
yang sibuk dengan hp-nya dan ada yang sibuk membahas beberapa hal menarik yang
ditunjukkan oleh pemain. Tidak ada komentar yang saling menjelekkan. Tidak ada
isu-isu yang saling menjatuhkan dan saling menghujat. Semua memberikan tanggapan
positif dan dukungan. Tidak perlu melapor kepada alumni-alumni HMI supaya
mendapatkan gol.
“Nah,
teman-teman.” Kata Beny sambil menyibak rambut gondrongnya menyisipkan ke daun
telinganya. “Husein dan Batara sekarang menyerang berdua dan Andre harus siap
capek untuk membagi bola. Dan Irwan harus focus jangan sampai terlewati oleh
lawan.” Suatu langkah yang cukup berani apa yang dikatakan Beny.
“Apa
tidak berbahaya dengan meninggalkan Irwan sendiri di belakang?” Tanya Andre.
“Menurutku
tidak, asal nanti kau cepat membantu. Kau di sini dituntut lebih kerja ekstra.”
Jawab Beny kepada Andre.
“Agak
bahaya itu soalnya.” Andre menanggapi lagi.
“Tidak
ada yang bahaya dan tidak ada yang tidak bisa diselesaikan kalau kita
bekerjasama. Tanggungjawab tim ini bukan tanggungjawab satu orang. Tim ini
bukan milik seorang saja. Aku pikir kalian pasti paham itu. Tidak ada waktu
untuk kita berdiskusi di sini. Taktik ini kita lakukan hanya sekitar lima menit
saja. Setelah itu kembali sesuai taktik yang kita bicarakan tadi.” Cetus Beny.
Para
pemain terdiam. Tidak ada instrupsi klarifikasi, informasi dan tanpa ketukan
palu kesepakatan.
“Kau
siap menjawa gawang agar tetap perawan kan, Bonar.” Tanya Beny menantang pada
Bonar.
“Siap.”
Jawab Bonar tegas dan penuh semangat.
“Oke
kalau begitu. Bersiap-siaplah.” Kata Beny. “Dan untuk pemain cadangan, kalian
perhatikan baik-baik permaian ini, karena kalian akan diturunkan juga jika
situasinya memungkinkan.” Lanjut Beny pada pemain cadangan. “Semanka untuk kita
semua” Tutup Beny sambil mengepalkan tangan kanannya.
Pemain
cadangan tidak ada yang protes dan keberatan. Dengan mencapai tujuan dan
kesolitan tim, mereka harus mendengarkan pelatih mereka. Tidak ada mereka
menelfon atau mengadu kepada senior-senior atau alumni supaya segera diturunkan
kelapangan. Mereka juga tidak haus lapangan apalagi haus jabatan. Dengan adanya
mereka sebagai pemain cadangan sudah memberikan kontribusi kepada tim yang
telah dipercayakan oleh kader-kader HMI Cabang Medan. Mereka terus memberikan
motivasi dan dukungan. Bukan menjelek-jelekkan apalagi saling menghujat serta
tidak saling menjatuhkan.
Waktu
babak kedua telah mulai. Masing-masing pemain masuk ke lapangan. “Semangka HMI…”
terdengar lagi teriakan semangat dari Batara dan kawan-kawan setelah berdoa
bersama.
“Semangka…semangka…semangka…”
para pendukung HMI bersorak ria memberikan dukungan.
Semangat
dan permainan cantik Batara dan kawan-kawan pun membuahkan hasil. Akhirnya mereka
menang tipis 5 menit sebelum berakhir pertandingan. Kali ini yang mencetak gol
adalah Husein. Ia menjadi bintang pertandingan kali itu, walau tidak mendapat
sebagai Ketua Bidang di HMI. Membuat bangga kader-kader HMI atau HMI tidak
harus mendapat jabatan tinggi. Husein menunjukkan dengan permainannya yang
cantik.
Kemenangan demi kemenangan pun mereka capai, hingga sampailah mereka menuju final memperebutkan juara. Mereka
kandas dan tidak mendapatkan juara satu setelah kalah dalam adu penalti. Pertandingan-pertandingan
yang mereka lewati sangat mereka nikmati dengan penuh semangat dan tidak
pantang menyerah. Walau tidak menjadi juara 1, tapi mereka berhasil memberikan
kebanggaan pada pendukung-pendukung mereka.
“Semangka
HMI…” Teriak Batara kemudian diikuti teman-temannya. “Semangat Kader HMI…
Semangka HMI… Semangat Kader HMI…” Teriak Batara lagi dan ikutir oleh
teman-temannya lagi.
“Oh,
semangka HMI itu maksudnya Semangat Kader HMI ya…” Kata salah satu penonton
yang awalnya bertanya apa maksudnya ‘Semangka HMI’. Pendukung yang satu itu,
seorang kader HMI-Wati tidak pernah absen untuk menonton pertandingan Batara
dan Kawan-kawan. Mungkin ia salah satu fans dari Tim HMI Cabang Medan itu. Fans
berat, dunia-akhirat.
“Semangka…
Semangat Kanda…!” Teriak HMI-Wati tadi tanpa sadar. Dan tiba-tiba saja yang
lain ikut mengatakannya.
Seluruhnya
tersenyum bahagia dan bangga. Saling berpelukan dan saling memberikan semangat
walau tidak juara. Juara tidak terlalu penting, dibanding menyalin
persaudaraan. Jabatan tidak terlalu penting dibanding persahabatan. Tepuk
tangan bergemuruh untuk seluruh yang hadir di lapangan itu. Semangka untuk seluruh kader HMI dan selamat kepada
Batara dan kawan-kawan![]
Penulis:
Ibnu Arsib (Bukan siapa-siapa, hanya manusia biasa)
Ket.gbr: Ilustration
Nb: Cerita ini adalah fiksi, apabila ada kesamaan di dalamnya, penulis mohon maaf karena bukan unsur kesengajaan.
No comments:
Post a Comment