Semangka HMI - Yakusa Blog

Yakusa Blog

Mewujudkan Komunitas Intelektual Muslim

Friday, 15 February 2019

Semangka HMI


YakusaBlog- Awal Juli adalah hari Ulang Tahun Kota Medan. Saat ini Kota Medan telah berusia 428 tahun. Suatu usia mendekati lima abad. Kota Medan adalah kota yang beragam suku, ada Melayu, Jawa, Batak Toba, Mandailing, Minang, Karo, Aceh dan juga Tamil. Terdiri beragam agama, ada Islam, Nasrani, Budha, Hindu, dan Konghucu. Walau berbeda suku dan agama, hidup warga Kota Medan terjalin akur dan damai hingga saat ini.
Untuk memperingati ulang tahun Kota Medan, Pemerintah Kota Medan pun melaksanakan berbagai macam kegiatan dan pertandingan. Warga Kota Medan, lintas usia dan lintas organisasi ikut meramaikan serta mensukseskan. Dari berbagai cabang kegiatan dan pertandingan, Pemarintah Kota membuat berbagai macam pertandingan untuk organisasi kemahasiswaan yang ada di Medan. Seluruh organisasi kemahasiswaan pun, dengan antusias mengukuti pertandingan, seperti pertandingan olah raga, seni dan juga bidang keilmuan. Masing-masing cabang organisasi kemahasiswaan mendaftarkan dan mengirimkan delegasi setiap cabang pertandingan yang diikuti.
Bonar, Fajar, Fahmi, Andre, Fauji, Fandi, Abi, Husein, Batara, Zulmustakim, Irwan dan Robi, adalah kader-kader HMI Cabang Medan yang diturunkan untuk mengikuti pertandingan olahraga cabang futsal.
Sebulan rutin mereka latihan untuk mempersiapkan diri untuk pertandingan menghadapi tim dari organisasi kemahasiswaan yang lain. Untuk tim pertama yang turun main adalah Bonar sebagai penjaga gawang, Irwan dan Andre sebagai pertahanan, Husein sebagai pembagi bola, dan Batara sosok yang diandalkan untuk mengoyak-ngoyak gawang lawan.
Permain mereka begitu sportif, tidak ada lempar kursi, tidak ada lempar minuman, dan tidak ada intrupsi-intrupsi cengeng. Dinamika yang mereka bangun berjalan dengan lancar menuju tujuan supaya mendapatkan tujuan, yaitu menang. Tidak ada dinamika-dinamika tolol yang membuat pertandingan membosankan, yang membuat suasana tidak berarti. Tidak ada lobi-lobi supaya mendaptkan kemenangan karena ini menjaga marwah organisasi di depan seluruh mata yang menonton.
Dalam debut pertama, mereka berhasil mengalahkan lawan dengan skor yang tipis. Hampir saja mereka imbang. Di menit-menit terakhir, Andre sebagai pertahanan memberanikan diri maju ke depan untuk mengoyak jala gawang lawan. Gol pertama mereka diciptakan oleh Batara. Skor pun menjadi 2:1, kemenangan atas Batara dan kawan-kawan.
Para pendukung dari HMI, begitu bersemangat memberikan dukungan dan sorak-sorak semangat. Tidak ada provokasi yang membuat pertandingan rusuh. Tidak ada SMS supaya mereka walkout. Tidak ada rencana-rencana membawa pertandingan ke lapangan lain. Semua berjalan lancar dan sportif di lapangan yang telah ditentukan. Kalah dan menang itu biasa dalam pertandingan. Pertandingan adalah suatu langkah untuk menyolidkan dan mengakrabkan pertemanan antar organisasi.
“Semangka HMI….” Teriak Batara dan kawan-kawan saat memulai pertandingan kedua setelah dua hari mencapai kemenangan.
Para pendukung dari HMI pun ikut bersorak membarikan semangat. “Semangka HMI…” Seorang pendukung dari HMI bersorak. “Semangka HMI…Semangka HMI…” yang lain juga ikut berteriak mengucapkannya.
Para pendukung lawan mereka tersenyum dan ada yang tertawa mendengar saat para pendukung Batara dan kawan-kawan mengatakan ‘Semangka HMI’.
“Hei, semangka HMI itu apa maksudnya?” Tanya seorang kader HMI dari barisan pendukung kepada temannya.
“Entah. Nggak tahu aku.” Jawabnya. “Tanya aja sama Bang Batara!” Lanjutnya.
Peluit pun berbunyi. Para pemain maulai menggeser bola dari kaki ke kaki. Kalau dari kanan ke kanan, itu namanya main volli. Dari pihak lawan yang bernomor 10 menunjukkan skil-nya, sehingga mendapatkan pujian dari pendukungnya dan deruan tepuk tangan.
Irwan tidak mau kalah, walau menjadi Bek pertahanan, ia mematahkan skill yang bernomor 10 tadi dengan skill yang mantap juga. Ia merebut bola dari nomor 10 ketika mendekati gawangnya Bonar dengan santai seperti sedang latihan. Sontak para pendukung dari HMI bertepuk tangan, dan ada yang terkejut terheran-heran.
Skill dan ketelitian harus memang dimiliki oleh setiap pemain. Jika skill dan ketelitian tidak ada, maka akan menimbulkan kekecewaan bagi teman-teman dan juga para pendukung. Posisi yang dipercayakan harus dipertanggungjawabkan, harus amanah dan bukan hanya sekedar menempati posisi tapi tidak ada yang diperbuat.
Hingga turun minum, skor masih kosong-kosong. Saat turun minum, Beny, yang menjadi pelatih mereka mencoba memberikan beberapa arahan dan juga motivasi. Satu per satu, anak asuhnya ia berikan suatu trobosan baru sebagaimana startegi yang sudah dipelajari saat latihan. Batara dan kawan-kawan menganguk-angguk tanda mereka paham.
“Oke. Teman-teman semua. Dalam babak pertama kita belum mendapatkan satu pun gol. Masing-masing gawang masih perawan. Belum ada telur yang pecah. Nah, sesuai yang kita pelajari dalam latihan, kalian harus menerapkannya.” Kata Beny.
Menunggu peluit dibunyikan, untuk memulai pertandingan babak kedua, para penonton ada yang sibuk dengan hp-nya dan ada yang sibuk membahas beberapa hal menarik yang ditunjukkan oleh pemain. Tidak ada komentar yang saling menjelekkan. Tidak ada isu-isu yang saling menjatuhkan dan saling menghujat. Semua memberikan tanggapan positif dan dukungan. Tidak perlu melapor kepada alumni-alumni HMI supaya mendapatkan gol.
“Nah, teman-teman.” Kata Beny sambil menyibak rambut gondrongnya menyisipkan ke daun telinganya. “Husein dan Batara sekarang menyerang berdua dan Andre harus siap capek untuk membagi bola. Dan Irwan harus focus jangan sampai terlewati oleh lawan.” Suatu langkah yang cukup berani apa yang dikatakan Beny.
“Apa tidak berbahaya dengan meninggalkan Irwan sendiri di belakang?” Tanya Andre.
“Menurutku tidak, asal nanti kau cepat membantu. Kau di sini dituntut lebih kerja ekstra.” Jawab Beny kepada Andre.
“Agak bahaya itu soalnya.” Andre menanggapi lagi.
“Tidak ada yang bahaya dan tidak ada yang tidak bisa diselesaikan kalau kita bekerjasama. Tanggungjawab tim ini bukan tanggungjawab satu orang. Tim ini bukan milik seorang saja. Aku pikir kalian pasti paham itu. Tidak ada waktu untuk kita berdiskusi di sini. Taktik ini kita lakukan hanya sekitar lima menit saja. Setelah itu kembali sesuai taktik yang kita bicarakan tadi.” Cetus Beny.
Para pemain terdiam. Tidak ada instrupsi klarifikasi, informasi dan tanpa ketukan palu kesepakatan.
“Kau siap menjawa gawang agar tetap perawan kan, Bonar.” Tanya Beny menantang pada Bonar.
“Siap.” Jawab Bonar tegas dan penuh semangat.
“Oke kalau begitu. Bersiap-siaplah.” Kata Beny. “Dan untuk pemain cadangan, kalian perhatikan baik-baik permaian ini, karena kalian akan diturunkan juga jika situasinya memungkinkan.” Lanjut Beny pada pemain cadangan. “Semanka untuk kita semua” Tutup Beny sambil mengepalkan tangan kanannya.
Pemain cadangan tidak ada yang protes dan keberatan. Dengan mencapai tujuan dan kesolitan tim, mereka harus mendengarkan pelatih mereka. Tidak ada mereka menelfon atau mengadu kepada senior-senior atau alumni supaya segera diturunkan kelapangan. Mereka juga tidak haus lapangan apalagi haus jabatan. Dengan adanya mereka sebagai pemain cadangan sudah memberikan kontribusi kepada tim yang telah dipercayakan oleh kader-kader HMI Cabang Medan. Mereka terus memberikan motivasi dan dukungan. Bukan menjelek-jelekkan apalagi saling menghujat serta tidak saling menjatuhkan.
Waktu babak kedua telah mulai. Masing-masing pemain masuk ke lapangan. “Semangka HMI…” terdengar lagi teriakan semangat dari Batara dan kawan-kawan setelah berdoa bersama.
“Semangka…semangka…semangka…” para pendukung HMI bersorak ria memberikan dukungan.
Semangat dan permainan cantik Batara dan kawan-kawan pun membuahkan hasil. Akhirnya mereka menang tipis 5 menit sebelum berakhir pertandingan. Kali ini yang mencetak gol adalah Husein. Ia menjadi bintang pertandingan kali itu, walau tidak mendapat sebagai Ketua Bidang di HMI. Membuat bangga kader-kader HMI atau HMI tidak harus mendapat jabatan tinggi. Husein menunjukkan dengan permainannya yang cantik.
Kemenangan demi kemenangan pun mereka capai, hingga sampailah mereka menuju final memperebutkan juara. Mereka kandas dan tidak mendapatkan juara satu setelah kalah dalam adu penalti. Pertandingan-pertandingan yang mereka lewati sangat mereka nikmati dengan penuh semangat dan tidak pantang menyerah. Walau tidak menjadi juara 1, tapi mereka berhasil memberikan kebanggaan pada pendukung-pendukung mereka.
“Semangka HMI…” Teriak Batara kemudian diikuti teman-temannya. “Semangat Kader HMI… Semangka HMI… Semangat Kader HMI…” Teriak Batara lagi dan ikutir oleh teman-temannya lagi.
“Oh, semangka HMI itu maksudnya Semangat Kader HMI ya…” Kata salah satu penonton yang awalnya bertanya apa maksudnya ‘Semangka HMI’. Pendukung yang satu itu, seorang kader HMI-Wati tidak pernah absen untuk menonton pertandingan Batara dan Kawan-kawan. Mungkin ia salah satu fans dari Tim HMI Cabang Medan itu. Fans berat, dunia-akhirat.
“Semangka… Semangat Kanda…!” Teriak HMI-Wati tadi tanpa sadar. Dan tiba-tiba saja yang lain ikut mengatakannya.
Seluruhnya tersenyum bahagia dan bangga. Saling berpelukan dan saling memberikan semangat walau tidak juara. Juara tidak terlalu penting, dibanding menyalin persaudaraan. Jabatan tidak terlalu penting dibanding persahabatan. Tepuk tangan bergemuruh untuk seluruh yang hadir di lapangan itu. Semangka untuk seluruh kader HMI dan selamat kepada Batara dan kawan-kawan![]
 Baca juga Cerpen: Bidadari Nyasar Di HMI

Penulis: Ibnu Arsib (Bukan siapa-siapa, hanya manusia biasa)


Ket.gbr: Ilustration
Nb: Cerita ini adalah fiksi, apabila ada kesamaan di dalamnya, penulis mohon maaf karena bukan unsur kesengajaan.

No comments:

Post a Comment