YakusaBlog- Sudah
empat bulan kurang lebih, Jannah direkomendasikan oleh Pengurus Kohati
Komisariat-nya menjadi Pengurus Kohati HMI Cabang Medan, akan tetapi ia belum
pernah sekali pun beraktivitas di Kohati Cabang Medan. Bukan hanya dirinya,
teman-temannya yang direkomendasikan oleh Pengurus Kohati Komisariat
masing-masing juga bernasib seperti Jannah.
Bukan
mereka tidak mau aktif, akan tetapi entah mengapa Kohati Cabang Medan tidak
lagi terlihat wajahnya yang indah. Entah kemana rimbanya, sehingga Sekretariat
Kohati Cabang Medan pun penuh dengan rimba lumut, penuh sarang laba-laba dan
dipenuhi abu vulkanik hasil letusan dinamika yang tidak sehat.
Aktivitasnya
tidak lagi terlihat seaktif sebelumnya. Jannah dan teman-temannya merasakan
suatu kegersangan. Kohati tidak lagi menjadi bunga yang selalu mekar memberikan
keharuman yang menyegarkan. Ia hanya
tanaman hias yang tak menghasil pemandangan yang indah nan menyejukkan. Keharumannya
tidak lagi terpancarkan ke seluruh mata angin kebahagiaan. Demikian ketika Kohati telah mandul.
Baca juga: Di TIM Membangun TIM
Tidak
ada yang bisa dijawab oleh Jannah dan teman-temannya saat ditanyakan mengapa
mereka belum beraktivitas. Terkadang, ada beberapa Kader HMI-Wati bertanya pada
mereka, “Kak, Kohati Cabang Medan kapan mengadakan LKK?”
Pertanyaan
itu bagai petir menyambar seluruh tubuh indah mereka. Pertanyaan itu bagai
jarum jahit yang menjahit rapat mulut mereka dengan penuh darah. Jika bisa
seperti Kura-Kura betina, mereka sudah menyembunyikan kepala mereka.
“Mungkin
dalam waktu dekat.” Hanya demikian jawaban harapan yang bisa mereka jawab
dengan senyuman manis yang penuh dengan keterpaksaan, akan tetapi beraroma rasa
malu.
“Kak,
kenapa Kohati di Cabang kita sekarang jarang mengadakan diskusi keperempuanan seperti Kohati-Kohati di Cabang lain?” Demikian pertanyaannya lagi, muncul dari
adik-adik mereka penuh wajah kepolosan.
Ingin
rasanya Jannah dan teman-temannya menutup telinga. Atau ketika mereka ke Jln.
Adinegoro No. 15, Sekretariat mereka, mereka memakai headset yang disembunyikan di balik jilbab indah mereka. Terkadang,
mereka malu juga hanya sekedar berkunjung ke Cabang. Bahkan ada yang sama
sekali tidak pernah datang atau apalah.
“Apa
sih yang membuat Kohati kita saat ini tidak aktif?” Tanya Ria pada Jannah saat
mereka sedang menghadiri kegiatan seminar keperempuanan yang dilaksanakan oleh
salah satu Kohati Komisariat yang ada di sekawasan HMI Cabang Medan.
“Mana aku tahu.” Jawab Jannah imut. “Kau kan pengurus juga.” Jannah melemparkan senyuman.
“Bagaimana
mau dikatakan sebagai pengurus, SK aja sampai sekarang nggak keluar-keluar.”
Balas Ria.
“Wah,
kalau itu aku tak tahu. Aku aja lagi nunggu itu.” Jawab Ria lembut. “Tanya aja
langsung sama Ketui!”
“Di
grup WA Ketui-Ketui Kohati Komisariat, udah ada yang pernah nanya itu. Tapi, ah
nggak tahu lah, sampai sekarang belum ada dapat jawaban.”
“Hahahaa…”
Jannah tertawa.
“Kok
ketawa kau?” Tanya Ria dengan sedikit kesal pada temannya, Jannah.
“Daripada
sedih. Nangis mikiri itu.” Lagi-lagi Jannah memasang wajah imut. “Ah, nggak
kerjaan lah.”
“Sebagai
seorang kader kan kita harus mikiri itu.”
Baca juga: Melati Yang Melawan
“Tanya
aja sama Pengurus Cabang Medan, ada nggak mereka mikiri ini.” Jawab Jannah
judes.
“Sebentar
lagi kan udah habis periode.” Kata Ria.
“Terus
mau di apakan?” Tanya Jannah. “Bagaimana kita bisa bersikap, kalau kita belum
mendapat SK.” Ia menanggapi sendiri pernyataannya.
“Jadi
kalau masih belum aktif atau seperti kondisi saat ini, bagaimana dong?”
Sekarang Ria bertanya.
“Entah
lah.”
“Ah,
jawabanmu nggak diplomatis.” Kata Ria.
“Ya,
paling Kohatinya di karateker.” Jannah menyambung perkataan sebelumnya. “Tadi
aku belum selesai ngomong.” Lanjutnya.
“Jika
terus seperti ini, bagaimana fungsi Kohati bisa berjalan di HMI Cabang Medan.”
Ria berkata kesal.
“Emang,
fungsi Kohati itu apa?” Tanya Jannah.
“Kau
mau ngetes-ngetes aku ini ceritanya?”
“Bukan
mau ngetes, supaya lebih ingat lagi.” Kata Jannah. “Kalau kita terus mengingat
ini, pasti tidak terjadi seperti keadaan sekarang. Di Kohati saat ini kan,
hanya banyak numpang nama. Amanah tidak dijalankan. Dan bla… bla… bli… blu…”
Lanjutnya dengan gerakan tangan yang ayu.
“Iya,
ya…” Ria setuju dengan Jannah.
Jannah
dan Ria menghadiri kegiatan tersebut tidak tahu apakah sebagai Pengurus Kohati
Cabang Medan atau hanya sekedar undangan sebagai senior di Kohati Komisariatnya
Ria.
“Kak…,
kak…” Tiba-tiba saja seorang HMI-Wati, juniornya Ria menghampiri mereka dengan
manja. Mereka saling bersalaman dan cipika-cipiki.
(Cium Pipi Kanan-Cium Pipi Kiri).
“Dari
mana, Dek?” Tanya Ria.
“Oh,
tadi nelfon Ketua Umum Kohati HMI Cabang Medan.” Jawab Rina, juniornya Ria.
“Gimana,
udah ngobrol?” Tanya Jannah.
“Nggak
masuk, Kak. Nomornya tak aktif.”
“Ooo…”
“Kakak
ada nomornya yang lain?”
“Nggak
ada tuh, Dek.” Jawab Ria.
“Kalau
Kak Jannah, ada?”
“Sama,
Kakak juga nggak ada.”
Rina
pun mengajak mereka masuk ke dalam ruangan kegiatan. Di dalam Kader-kader
HMI-Wati dari berbagai Kohati Komisariat telah berkumpul. Antusiasme mereka
sangat tinggi. Keaktifan mereka membuat kegiatan begitu subur. Sungguh sangat
berbeda dengan kakak-kakak mereka di Kohati HMI Cabang Medan.
“Ria,
seharusnya Kohati Komisariat boleh buat LKK, cocok nggak menurutmu?” Jannah
bertanya pada Ria.
“Melihat
situasi sekarang Kohati Cabang Medan, udah halal itu dikerjakan.” Kata Ria,
kemudian ia tertawa dengan jawabannya sendiri.
“Lihat,
di HMI Cabang Medan, HMI-Wati terus bertambah.” Kata Jannah. “Mengalir deras
bagai Sungai Dua Rasa. Seharusnya LKK kan harus deras juga.” Jannah sambil mengambil air miniral.
“Di
mana tuh, Sungai Dua Rasa?”
“Di
daerah Deli Serdang.” Jawabnya Judes.
“Nah,
jika Kohati Cabang Medan tidak aktif, maka peran Kohati sebagaimana dalam Pedoman
Dasar Kohati akan susah terealisasi.” Jannah melanjutkan kata-katanya lagi.
“Benar
itu…” Ria setuju dengan maksud Jannah.
Saat
mereka sedang asyik ngobrol sambil mengikuti Rina, tiba-tiba saja mereka
dikejutkan suara Sarah, teman sewaktu satu forum di LKK. Sarah mengajak duduk
di sampingnya. Jannah dan Ria pun manut saja.
(Mau dan nurut). Mereka pun Cipika-cipiki
lagi.
Baca juga: Bidadri Nyasar Di HMI
“Ngomongin
apa sih, dari tadi kutengok serius kali?” Tanya Sarah penasaran.
“Oh,
nggak. Tadi kita lagi ngomongin kondisi Kohati Cabang Medan yang lagi mandul.” Jawab Ria.
“Maksudnya?”
Sarah makin penasaran lagi. “Siapa yang mandul?” Lanjutnya.
“Kohatinya
loh, bukan HMI-Watinya.”
“Ooo…,
hahahaa…” Sarah tertawa paham. “Aku pikir bukan di Cabang kita aja. Di Cabang
lain, pasti ada yang mandul juga.” Kata Sarah.
“Ya,
bisa jadi.” Kata Ria.
“Jadi
menurut klen bagaimana solusinya?”
tanya Sarah. (Klen maksudnya adalah
kalian). “Terkhususnya di Kohati Cabang kita.” Sarah menatap kedua wajah
temannya.
Jannah
dan Ria saling bertatapan. “Menurutku, Pengurus HMI Cabang Medan harus mengambil sikap
atas keadaan sekarang. Kohati-kohati Komisariat, yang mana sebagai pemilik
suara di Muskoh tingkat Cabang, harus mengambil sikap juga.” Jawab Jannah.
“Kalau
menurutmu bagaimana, Ria?” Pertanyaan itu tertuju pada Ria dari Sarah.
“Apa
yang dikatakan Jannah itu aku sependapat.” Ria setuju apa yang dikatakan
temannya barusan. “Secara umumnnya, untuk Kohati yang ada di Indonesia ini,
harus benar-benar menjalankan amanah yang dipercayakan kepadanya. Harus aktif,
benar-benar aktif. Supaya tidak mandul.” Jawab Ria lebih lanjut.
Baca juga: Karena Di HMI Kita Berdua
Obrolan
mereka pun terpaksa ditutup karena kegiatan segera dilaksanakan. Masing-masing
sudah mempersiapkan diri. Mc sudah
naik ke podium. Suara-suara pun tenggelam kecuali suara yang membawakan
kegiatan.[]
Penulis:
Ibnu Arsib (Bukan siapa-siapa, hanya manusia biasa).
Ket.gbr: Ilustration
Sbr.gbr: https://pngimage.net/
Nb: Apabila ada kesamaan nama, kami mohon maaf, hal itu merupakan bukan unsur kesengajaan.
No comments:
Post a Comment