Ketika Kohati Mandul - Yakusa Blog

Yakusa Blog

Mewujudkan Komunitas Intelektual Muslim

Sunday 10 March 2019

Ketika Kohati Mandul


YakusaBlog- Sudah empat bulan kurang lebih, Jannah direkomendasikan oleh Pengurus Kohati Komisariat-nya menjadi Pengurus Kohati HMI Cabang Medan, akan tetapi ia belum pernah sekali pun beraktivitas di Kohati Cabang Medan. Bukan hanya dirinya, teman-temannya yang direkomendasikan oleh Pengurus Kohati Komisariat masing-masing juga bernasib seperti Jannah.
Bukan mereka tidak mau aktif, akan tetapi entah mengapa Kohati Cabang Medan tidak lagi terlihat wajahnya yang indah. Entah kemana rimbanya, sehingga Sekretariat Kohati Cabang Medan pun penuh dengan rimba lumut, penuh sarang laba-laba dan dipenuhi abu vulkanik hasil letusan dinamika yang tidak sehat.
Aktivitasnya tidak lagi terlihat seaktif sebelumnya. Jannah dan teman-temannya merasakan suatu kegersangan. Kohati tidak lagi menjadi bunga yang selalu mekar memberikan keharuman yang  menyegarkan. Ia hanya tanaman hias yang tak menghasil pemandangan yang indah nan menyejukkan. Keharumannya tidak lagi terpancarkan ke seluruh mata angin kebahagiaan. Demikian ketika Kohati telah mandul.
Tidak ada yang bisa dijawab oleh Jannah dan teman-temannya saat ditanyakan mengapa mereka belum beraktivitas. Terkadang, ada beberapa Kader HMI-Wati bertanya pada mereka, “Kak, Kohati Cabang Medan kapan mengadakan LKK?”
Pertanyaan itu bagai petir menyambar seluruh tubuh indah mereka. Pertanyaan itu bagai jarum jahit yang menjahit rapat mulut mereka dengan penuh darah. Jika bisa seperti Kura-Kura betina, mereka sudah menyembunyikan kepala mereka.
“Mungkin dalam waktu dekat.” Hanya demikian jawaban harapan yang bisa mereka jawab dengan senyuman manis yang penuh dengan keterpaksaan, akan tetapi beraroma rasa malu.
“Kak, kenapa Kohati di Cabang kita sekarang jarang mengadakan diskusi keperempuanan seperti Kohati-Kohati di Cabang lain?” Demikian pertanyaannya lagi, muncul dari adik-adik mereka penuh wajah kepolosan.
Ingin rasanya Jannah dan teman-temannya menutup telinga. Atau ketika mereka ke Jln. Adinegoro No. 15, Sekretariat mereka, mereka memakai headset yang disembunyikan di balik jilbab indah mereka. Terkadang, mereka malu juga hanya sekedar berkunjung ke Cabang. Bahkan ada yang sama sekali tidak pernah datang atau apalah.
“Apa sih yang membuat Kohati kita saat ini tidak aktif?” Tanya Ria pada Jannah saat mereka sedang menghadiri kegiatan seminar keperempuanan yang dilaksanakan oleh salah satu Kohati Komisariat yang ada di sekawasan HMI Cabang Medan.
“Mana aku tahu.” Jawab Jannah imut. “Kau kan pengurus juga.” Jannah melemparkan senyuman.
“Bagaimana mau dikatakan sebagai pengurus, SK aja sampai sekarang nggak keluar-keluar.” Balas Ria.
“Wah, kalau itu aku tak tahu. Aku aja lagi nunggu itu.” Jawab Ria lembut. “Tanya aja langsung sama Ketui!”
“Di grup WA Ketui-Ketui Kohati Komisariat, udah ada yang pernah nanya itu. Tapi, ah nggak tahu lah, sampai sekarang belum ada dapat jawaban.”
“Hahahaa…” Jannah tertawa.
“Kok ketawa kau?” Tanya Ria dengan sedikit kesal pada temannya, Jannah.
“Daripada sedih. Nangis mikiri itu.” Lagi-lagi Jannah memasang wajah imut. “Ah, nggak kerjaan lah.”
“Sebagai seorang kader kan kita harus mikiri itu.”
“Tanya aja sama Pengurus Cabang Medan, ada nggak mereka mikiri ini.” Jawab Jannah judes.
“Sebentar lagi kan udah habis periode.” Kata Ria.
“Terus mau di apakan?” Tanya Jannah. “Bagaimana kita bisa bersikap, kalau kita belum mendapat SK.” Ia menanggapi sendiri pernyataannya.
“Jadi kalau masih belum aktif atau seperti kondisi saat ini, bagaimana dong?” Sekarang Ria bertanya.
“Entah lah.”
“Ah, jawabanmu nggak diplomatis.” Kata Ria.
“Ya, paling Kohatinya di karateker.” Jannah menyambung perkataan sebelumnya. “Tadi aku belum selesai ngomong.” Lanjutnya.
“Jika terus seperti ini, bagaimana fungsi Kohati bisa berjalan di HMI Cabang Medan.” Ria berkata kesal.
“Emang, fungsi Kohati itu apa?” Tanya Jannah.
“Kau mau ngetes-ngetes aku ini ceritanya?”
“Bukan mau ngetes, supaya lebih ingat lagi.” Kata Jannah. “Kalau kita terus mengingat ini, pasti tidak terjadi seperti keadaan sekarang. Di Kohati saat ini kan, hanya banyak numpang nama. Amanah tidak dijalankan. Dan bla… bla… bli… blu…” Lanjutnya dengan gerakan tangan yang ayu.
“Iya, ya…” Ria setuju dengan Jannah.
Jannah dan Ria menghadiri kegiatan tersebut tidak tahu apakah sebagai Pengurus Kohati Cabang Medan atau hanya sekedar undangan sebagai senior di Kohati Komisariatnya Ria.
“Kak…, kak…” Tiba-tiba saja seorang HMI-Wati, juniornya Ria menghampiri mereka dengan manja. Mereka saling bersalaman dan cipika-cipiki. (Cium Pipi Kanan-Cium Pipi Kiri).
“Dari mana, Dek?” Tanya Ria.
“Oh, tadi nelfon Ketua Umum Kohati HMI Cabang Medan.” Jawab Rina, juniornya Ria.
“Gimana, udah ngobrol?” Tanya Jannah.
“Nggak masuk, Kak. Nomornya tak aktif.”
“Ooo…”
“Kakak ada nomornya yang lain?”
“Nggak ada tuh, Dek.” Jawab Ria.
“Kalau Kak Jannah, ada?”
“Sama, Kakak juga nggak ada.”
Rina pun mengajak mereka masuk ke dalam ruangan kegiatan. Di dalam Kader-kader HMI-Wati dari berbagai Kohati Komisariat telah berkumpul. Antusiasme mereka sangat tinggi. Keaktifan mereka membuat kegiatan begitu subur. Sungguh sangat berbeda dengan kakak-kakak mereka di Kohati HMI Cabang Medan.
“Ria, seharusnya Kohati Komisariat boleh buat LKK, cocok nggak menurutmu?” Jannah bertanya pada Ria.
“Melihat situasi sekarang Kohati Cabang Medan, udah halal itu dikerjakan.” Kata Ria, kemudian ia tertawa dengan jawabannya sendiri.
“Lihat, di HMI Cabang Medan, HMI-Wati terus bertambah.” Kata Jannah. “Mengalir deras bagai Sungai Dua Rasa. Seharusnya LKK kan harus deras juga.” Jannah sambil mengambil air miniral.
“Di mana tuh, Sungai Dua Rasa?”
“Di daerah Deli Serdang.” Jawabnya Judes.
“Nah, jika Kohati Cabang Medan tidak aktif, maka peran Kohati sebagaimana dalam Pedoman Dasar Kohati akan susah terealisasi.” Jannah melanjutkan kata-katanya lagi.
“Benar itu…” Ria setuju dengan maksud Jannah.
Saat mereka sedang asyik ngobrol sambil mengikuti Rina, tiba-tiba saja mereka dikejutkan suara Sarah, teman sewaktu satu forum di LKK. Sarah mengajak duduk di sampingnya. Jannah dan Ria pun manut saja. (Mau dan nurut). Mereka pun Cipika-cipiki lagi.
“Ngomongin apa sih, dari tadi kutengok serius kali?” Tanya Sarah penasaran.
“Oh, nggak. Tadi kita lagi ngomongin kondisi Kohati Cabang Medan yang lagi mandul.” Jawab Ria.
“Maksudnya?” Sarah makin penasaran lagi. “Siapa yang mandul?” Lanjutnya.
“Kohatinya loh, bukan HMI-Watinya.”
“Ooo…, hahahaa…” Sarah tertawa paham. “Aku pikir bukan di Cabang kita aja. Di Cabang lain, pasti ada yang mandul juga.” Kata Sarah.
“Ya, bisa jadi.” Kata Ria.
“Jadi menurut klen bagaimana solusinya?” tanya Sarah. (Klen maksudnya adalah kalian). “Terkhususnya di Kohati Cabang kita.” Sarah menatap kedua wajah temannya.
Jannah dan Ria saling bertatapan. “Menurutku, Pengurus HMI Cabang Medan harus mengambil sikap atas keadaan sekarang. Kohati-kohati Komisariat, yang mana sebagai pemilik suara di Muskoh tingkat Cabang, harus mengambil sikap juga.” Jawab Jannah.
“Kalau menurutmu bagaimana, Ria?” Pertanyaan itu tertuju pada Ria dari Sarah.
“Apa yang dikatakan Jannah itu aku sependapat.” Ria setuju apa yang dikatakan temannya barusan. “Secara umumnnya, untuk Kohati yang ada di Indonesia ini, harus benar-benar menjalankan amanah yang dipercayakan kepadanya. Harus aktif, benar-benar aktif. Supaya tidak mandul.” Jawab Ria lebih lanjut.
Obrolan mereka pun terpaksa ditutup karena kegiatan segera dilaksanakan. Masing-masing sudah mempersiapkan diri. Mc sudah naik ke podium. Suara-suara pun tenggelam kecuali suara yang membawakan kegiatan.[]

Penulis: Ibnu Arsib (Bukan siapa-siapa, hanya manusia biasa).


Ket.gbr: Ilustration
Sbr.gbr: https://pngimage.net/
Nb: Apabila ada kesamaan nama, kami mohon maaf, hal itu merupakan bukan unsur kesengajaan.

No comments:

Post a Comment