YakusaBlog- Hari
ini, tepatnya Selasa, 5 Februari 2019, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI),
organisasi yang sangat kita cintai dan banggakan, genap berusia tujuh puluh dua
tahun. Suatu usia yang bisa dikatakan sudah sangat tua. Jika diibaratkan ini
kepada manusia, secara fisiknya bisa dikatakan tua renta. Tapi, Alhamdulillah, HMI yang sudah banyak “makan
asam-garam”, menghadapi dinamika internal dan eksternal sejak berdirinya 5
Februari 1947 (dua tahun setelah kemerdekaan), HMI tetap eksis dalam dunia
organisasi kemahasiswaan.
Di
usianya yang ketujuh puluh dua tahun ini, HMI terus mencatat sejarahnya sendiri
lewat kader-kadernya yang terus beregenarasi. Suatu kebanggaan – tanpa menepuk
dada, HMI menjadi organisasi mahasiswa tertua dan terbesar yang ada di
Indonesia saat ini. Kontribusi pada tanah pertiwi ini sudah banyak yang
mengakui. Akan tetapi, bukan berarti tidak terjadi konflik atau dinamika di
dalamnya. Alhamdulillah, dengan
kedewasaan seluruh pihak, baik kader-kader hingga Alumni HMI, konflik itu dapat
dikikis walau tidak habis.
Tentu
sangat banyak sekali puji-pujian pada HMI jika satu per satu kita bicarakan. Ada
kekhawatiran terkesan euphoria sampai muncul menepuk dada terlalu lama dari
Saya jika terus-terusan memuji baiknya HMI. Padahal, hari ini, di usia tujuh
puluh dua tuhun, kapal kita ini (HMI) mengalami suatu “kebocoran”. Alangkah lebih
baiknya, menurut Saya, tulisan ini difokuskan sedikit memberikan evaluasi
konstruktif atas konflik yang terjadi di HMI masa kini. Konflik yang terjadi
mulai dari tingkat Komisariat hingga PB HMI. Baik itu konflik yang kecil maupun
konflik dalam skala besar.
Konflik
yang berkepanjangan di tubuh HMI, dapat membuat semangat kader-kader hingga
alumni menurun. Untuk itu, dalam kesempatan ini, suatu yang patut kita sikapi
adalah bagaimana HMI harus lepas dari konflik yang membuat HMI semakin menurun.
Bisa jadi saat ini menjadi usia terakhir HMI, bisa pula akan bertambah panjang.
Tidak ada yang tahu itu, hanya Allah Swt. yang mengetahuinya. Akan tetapi,
usaha yang harus kita lakukan adalah melepaskan konflik-konflik dan
dinamika-dinamika dekonstruktif (menghancurkan) yang terjadi di HMI.
Saat
ini, HMI terus dilanda oleh konflik tanpa ujung penyelesaian yang baik, baik
itu dari tingkat Komisariat hingga PB HMI. Baik itu dalam skala kecil hingga
skala besar. Dan baik itu dalam internal HMI sampai eksternal HMI. Hal yang
penulis paling soroti hari ini adalah konflik kepengurusan PB HMI, yaitu
terjadinya dualisme. Konflik ini sangat memuakkan bagi kader-kader HMI saat
ini.
Baca juga: Soal Jabatan, Mari Belajar Dari Lafran!
Perlu
harus kita pahami bahwa, suatu konflik yang saat ini terjadi akan dapat
melelahkan dan bisa membuat kader-kader HMI putus asa jika tidak ada ujung
penyelesaiannya, baik itu di tingkat Komisariat, Korkom, Cabang, Badko dan
sampai PB HMI. Kader-kader yang terlibat atau yang melihat konflik tersebut
akan merasa takut, gelisah, dan tidak menjadikan ia produktif, serta juga
meningkatkan potensi diri di HMI.
Untuk
itu, dalam kesempatan Milad HMI yang ke-72 ini sekaligus memperingati Milad
Lafran Pane (Pendiri HMI-Almarhum), sangat disarankan kita seluruh kader-kader HMI
hingga Alumni HMI lepaslah dari konflik. Tidak terlibat dalam permusuhan, kita
harus mudah memaafkan, dan tidak lagi memulai permusuhan atau perpecahan dengan
segenap Keluarga HMI.
Mari
sejenak kita merenungkan Firman Allah Swt. yang tertuang dalam Al-Qur’an surah
Al-Hujuraat ayat 10:
“Bahwasanya
orang-orang beriman itu bersaudara, maka damaikanlah di antara kedua saudaramu
(yang bertikai); dan bertakwalah kalian kepada Allah agar kalian mendapatkan
rahmat.”
Nah,
dari firman Allah Swt. ini, jelas kita ketahui bahwa orang-orang yang beriman,
tentunya kader-kader dan alumni HMI orang-orang yang beriman, adalah
bersaudara. Di HMI kita seluruhnya bersaudara, satu keluarga yang terhimpun
dalam HMI yang berazaskan Islam. Selanjutnya, jika ada yang berselisih,
sebagaimana perintah Allah Swt. kita harus mendamaikannya. Atau bisa berdamai
dengan sendirinya dengan mencari jalan damai, saling memaafkan dan kembali
mempererat tali persaudaraan. Dan lebih baik kita memfokuskan diri
berlomba-lomba berbuat kebaikan daripada terus-terusan dalam konflik.
Selain
dari itu, Nabi Muhammad Saw. yang menjadi uswah
(contoh) atau teladan kita sebagai seorang Muslim dan sebagai organisasi
yang berazaskan Islam, juga mengajarkan agar kita saling mencintai serta
memperat tali persaudaraan antar sesama Muslim. Bersaudara tanpa memandang
kelas, jabatan, status sosial dan status ekonomi.
Mari
renungkan apa yang disabdakan oleh Muhammad Rasulullah Saw:
“Tidaklah
kalin akan masuk surga, sampai kalian beriman. Tidaklah kalian beriman, sampai
kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan kepada kalian suatu perbuatan
jika kalian melakukannya, kalian akan saling mencintai? Maka sebarkanlah salam
di antara kalian.” (HR. Muslim, dari Abu Hurairah. ra.)
Dalam
riwayat lain, Nabi Saw. bersabda: “Wahai
manusia, sebarkanlah salam, berikanlah sedekah makanan, sambunglah silaturahmi,
shalatlah malam ketika manusia sedang tidur; maka kalian akan masuk surga dengan
selamat.” (HR. At Tirmidzi, dari Abdullah bin Salam ra.)
Mari
kita tarik makna dari sabda Rasulullah Saw. di atas kemudian kita aplikasikan
dalam kehidupan kita sehari-hari dan juga dalam beraktivitas kita di Himpunan. Saya
mengambil salah satunya adalah, menebarkan ‘salam’ sebagaimana kata Rasulullah.
Maksud ‘salam’ dalam ayat tersebut bukan hanya sekedar ucapkan salam saja
seperti; Assalamu’alaikum. Akan tetapi,
dalam makna ‘salam’ yang lebih luas lagi, seperti menebarkan kedamaian,
keselamatan dan hal-hal kebaikan lainnya. selanjutnya, menyambung silaturahmi. Hal
ini harus terus tetap terjaga dalam keluarga besar kita.
Baca juga: Lafran Sosok Orang Yang Tegas
Di
usia tujuh puluh dua tahun ini, suatu tugas besar bagi kita seluruh kader dan
alumni untuk terus menjaga dan merawat Himpunan. Melepaskan segala konflik yang
mengakibatkan perpecahan, kemudian mengisi dengan semangat persaudaraan.
Berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan, baik dalam skop kecil maupun skop besar.
Karena setiap apa yang kita lakukan (dalam hal kebaikan) pasti ada manfaatnya.
Selamat Milad HMI yang ke-72 dan mengirmkan doa kepada Alm. Lafran Pane – Alfatihah.[]
Baca juga: Mengenang 28 Tahun Kepergian Lafran Pane
Penulis:
Ibnu Arsib (Bukan siapa-siapa, hanya manusia biasa)
Sbr.gbr: https://stalktr.net/
No comments:
Post a Comment