YakusaBlog- Ketika saya punya
keluangan waktu dan dana, saya sengaja menyempatkan diri berkunjung ke
kampus-kampus. Ada banyak mahasiswa tersesat di kampus-kampus. Saya tahu itu
sejak dulu, saat saya masih jadi dosen tetap. Di hari pertama kuliah, biasanya
saya ajukan pertanyaan kepada para mahasiswa, "Apa tujuanmu kuliah?"
Kebanyakan dari mereka gagap dalam menjawab pertanyaan ini. Mereka tak tahu
untuk apa mereka kuliah. Sebagian menjawab klise, untuk menuntut ilmu. Tetapi,
pertanyaan saya konkret: Kamu mau jadi apa? Nanti setelah lulus akan bekerja
sebagai apa? Sebagian besar tidak menyadari bahwa kelak mereka harus bekerja
sebagai manusia mandiri.
Lalu mengapa kuliah?
Sebagian karena tak tahu mau melakukan apa selepas tamat SMA, atau sekedar
ikut-ikutan saja. Mereka ini kemudian hanya memperpanjang masa sekolah, atau
menunda masa menganggur. Setelah lulus, mereka akan jadi pengangguran.
Ada begitu banyak
orangtua yang mengirim anaknya kuliah, juga tanpa tujuan. Pokoknya kuliah,
punya gelar sarjana kalau kelak lulus. Kalau sudah
sarjana, pasti dapat pekerjaan. Sarjana pasti cerah masa depannya. Di masa lalu
memang begitu. Sarjana Muda saja pun sudah bisa bekerja. Para orangtua ini tak
menyadari bahwa zaman sudah berubah. Kini sudah banyak, bahkan sangat banyak,
sarjana menganggur.
Dalam
satu ceramah oleh kepala BKKBN di sampaikan data bahwa hanya 1 dari 7 lulusan
sarjana yang mendapat pekerjaan. Para orangtua beranggapan bahwa semua anak
harus kuliah. Mereka juga beranggapan bahwa kuliah harus mendapat gelar. Maka,
banyak orangtua yang memaksa anak-anaknya kuliah, tanpa memperhatikan kemampuan
intelektual sang anak serta minatnya. Dulu, ada teman saya yang saya kenal
betul tingkat kecerdasannya – mohon maaf – sangat rendah. Tetapi kebetulan
orangtuanya kaya. Sang anak dikuliahkan. Hasilnya, selama kuliah anak itu hanya
hura-hura menghabiskan harta orangtuanya.
Dalam
sebuah ceramah di sebuah kampus di Mataram, seorang mahasiswa mengeluh, “Saya
ini tak berminat kuliah, Pak. Saya mau berbisnis. Tetapi orangtua saya memaksa.
Saya asal masuk kuliah saja, lalu masuklah saya ke jurusan fisika. Padahal saya
samasekali tak berminat dengan bidang ini.”
Saya
pergi ke kampus dengan tujuan membawa pesan dari dunia nyata kepada para
mahasiswa. Dunia nyata adalah dunia kerja, di mana setiap orang dituntut dengan
suatu tanggungjawab, dan di mana orang harus berkompetisi. Kompetisi dimulai
sejak di pintu masuk ke dunia itu. Yang kalah tak akan bisa masuk, dan harus
berada di dunia nyata yang lain, yaitu dunia pengangguran.
Ada
mahasiswa yang sadar bahwa mereka harus masuk ke dunia kerja. Tetapi samasekali
tidak mengenal dunia itu, dan tidak mempersiapkan diri untuk bersaing di pintu
masuknya. Mereka tak tahu bagaimana pelajaran-pelajaran yang mereka tekuni di
bangku kuliah akan terpakai di dunia kerja. Atau, mereka tak tahu bekal apa
yang harus mereka kumpulkan selama kuliah.
Ada
kasus klise yang sering saya lihat. Mahasiswa barus sadar bahwa kemampuan
bahasa Inggris mereka parah saat mereka sudah lulus. Ketika mencari kerja,
mereka gagal karena itu. Kemudian mereka baru mulai belajar, ikut kursus. Terlambat
sudah. Penguasaan bahasa Inggris memerlukan waktu setidaknya dua tahun. Mereka harus
kehilangan waktu lagi. Padahal seharusnya hal ini dipersiapkan selama kuliah.
Saya
pergi ke kampus-kampus, mengajak para mahasiswa membangun mimpi, menetapkan
visi. Saya mengajak mereka menjalin kontak dengan mimpi itu. Saya mengajak
mereka untuk membuat program persiapan menuju dunia kerja, dengan target
terukur, dalam batas waktu yang jelas. Sayangnya, saya belum punya banyak
kesempatan untuk bertemu dengan para orangtua. Para orangtua harus diingatkan
bahwa tidak semua anak harus atau perlu kuliah. Ada begitu banyak orang sukses
tanpa kuliah. Kuliah bukan jaminan sukses. Saya ingin mengajak mereka mengenal
potensi setiap anak, dan mengarahkan mereka meraih sukses dengan mengembangkan
potensi masing-masing.[]
*Ket:
Tulisan di atas disadur dari bukunya Kang Hasan, Melawan Miskin Pikiran, dengan judul tulisan Mahasiswa Sesat. hal: 40-42.
____________________________________________________________________________________________________________
*Kirim tulisan teman-teman ke YakusaBlog. Alamat email:yakusablog@gmail.com (tulisan dalam file Microsoft Word dengan maksimal 800 kata).
Pesan kami: Perbanyaklah membaca dan menulis. Serta pegang teguhlah Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Saw. (YakusaBlog)
No comments:
Post a Comment