YakusaBlog- Sebetulnya
judul di atas sudah lama kusimpan dalam catatan pribadiku. Setelah aku
menyelesaikan Senior Course (SC) di HMI untuk menjadi
Instruktur di HMI, sekaranglah baru dapat sedikit kutuliskan bagaimana maksud
judul itu. Tulisan ini pun tidaklah dalam bentuk artikel ilmiah sebagaimana
tulisan-tulisanku sebelumnya tentang HMI. Tulisan ini lebih cenderung seperti catatan
ringan saja, atau semacam catatan kaki dan menurutku sangat perlu untuk
direnungkan.
Mulanya
aku dilema pekiran apakah aku ikut Pelatihan Khusus untuk menjadi Instruktur di
HMI (Senior Course atau Training Instruktur) sekitar satu tahun
yang lalu, Februari 2016. Setelah berijtihad
dengan diriku sendiri, aku pun memutuskan untuk ikut dan siap mengabdi apabila
dinyatakan lulus.
Menjadi
Instruktur HMI berari siap mengabdikan diri untuk HMI, menjadi Instruktur juga
berarti siap dan bersedia memilih ‘jalan sunyi’.
Seperti
apakah yang dimaksud ‘jalan sunyi’ itu? Kata-kata ini (‘jalan sunyi’) aku
dapatkan dari seorang Instruktur HMI yang menjadi Master of Training kami Februari 2016, Roni Gunawan. Aku juga tidak
tahu darimana istilah itu ia dapatkan.
Dikatakan
‘jalan sunyi’ kerena sedikit sekali kader yang melewati proses ini (menjadi
Instruktur), adapun yang ikut pelatihannya cukup banyak, tapi pada pertengahan
jalan habis tereliminasi (seleksi) oleh alam sendiri. Hal ini juga dikatakan
‘jalan sunyi’ karena ribuan kader HMI se-Nusantara telah menyelesaikan Latihan
Kader II (Intermediate Training) tapi
hanya sedikit yang menjadi Instruktur. Menurutku ini juga bagian dari kelemahan
HMI saat ini sehingga kualitas kader-kader organisasi mahasiswa tertua di
Nusantara ini menurun.
Sudah
lebih dari satu tahun, tepatnya satu tahun dua bulan, aku bersama ‘jalan sunyi’
ini. Awalnya aku dan teman-teman (seangkatan) itu berjumlah belasan orang, tapi
sekarang yang aktif hanya sedikit. Dengan alasan dan kendala, teman-teman yang
lain pun sudah ada yang tak aktif dan kurang aktif.
Tentunya yang kami rasakan
ini, telah dilewati oleh pendahulu-pendahulu kami.
Di
umur jagung ini, aku pun bertambah semangat berada di ‘jalan sunyi’ setelah beberapa teman-teman kader HMI Cabang Medan
ikut bergabung di ‘jalan sunyi’. Seleksi alam juga tetap berlaku kepada mereka.
Semua proses harus dilewati setelah gorum SC. Apalagi di HMI Cabang Medan,
untuk menjadi Instruktur HMI sangat banyak sekali hal-hal yang harus dilewati
supaya menjadi Instruktur Penuh dan baru dapat dapat dilantik.
Menjadi
Instruktur di HMI (jalan sunyi), sangat besar peran dan tanggung jawabnya. Selain wawasan
keilmuan yang harus mumpuni, sikap atau akhlak juga harus dijaga. Banyak sekali
‘zona nyaman’ yang harus ditinggalkan.
Ber-HMI
rasanya tidak sempurna kalau tidak menjadi Instruktur HMI. Tidak afdhol rasanya bergabung dalam organisasi
yang fungsinya perkaderan tidak terlibat di dalamnya secara langsung. ‘Jalan
sunyi’ ini adalah satu pilihan di mana kita harus siap mengabdi. Siap tenaga dan
waktu terkuras demi perkaderan HMI dan semuanya harus dilalui dengan ikhlas juga
tanpa pamrih. Instruktur HMI se-Indonesia tetaplah semangat digaris perkaderan.
Semoga Allah SWT merahmati dan meridhoi kita.
Penulis : Ibnu Arsib Ritonga
Instruktur HMI dari HMI Cabang Medan
Sumber gambar ilustrasi : http://nenektanjung.blogspot.co.id/
No comments:
Post a Comment