Latar Belakang Berdirinya KAHMI (Bagian I) - Yakusa Blog

Yakusa Blog

Mewujudkan Komunitas Intelektual Muslim

Thursday, 29 August 2019

Latar Belakang Berdirinya KAHMI (Bagian I)


YakusaBlog- Tinjauan dan kajian latar belakang berdirinya KAHMI dapat dilihat dari beberapa paradigma. Latar belakang berdirinya organisasi yang satu berbeda dengan organisasi lain. Akan tetapi justru perbedaan itulah yang menunjukkan ciri dan karakteristik organisasi yang bersangkutan. Munculnya pemikiran dan gagasan sangat dipengaruhi oleh realitas dan latar belakang sosial, politik, ekonomi, pendidikan, budaya, dan keagamaan (dalam hal ini agama Islam). Karel A. Steenbrink mengatakan bahwa menulis suatu kitab atau mencetuskan pemikiran merupakan proses komunikasi dan proses ekspresi penulis dengan lingkungannya.[1] Kondisi lingkungan yang muncul sebelum KAHMI berdiri merupakan faktor yang memotivasi para pemrakarsa untuk mencetuskan pemikirannya. Menurut Thomas Mickel, gagasan atau pemikiran itu tidak mungkin muncul tanpa konteks.[2]
Ada berbagai hal yang dapat dijadikan dasar untuk melakukan tinjauan terhadap latar belakang berdirinya KAHMI: (1). Sejarah berdirinya dan keberadaan HMI, (2). Deklarasi berdirinya KAHMI, (3). Mukaddimah Pedoman Dasar KAHMI, (4). Pokok-pokok Pikiran tentang Stabilitas Politik yang diputuskan pada Musyawarah Alumni HMI bersamaan dengan Kongres ke-8 HMI di Solo tahun 1966, (5). Pokok-pokok Pikiran tentang Orde Baru, yang diputuskan pada Musyawarah Alumni HMI bersamaan dengan Kongres ke-8 HMI di Solo tahun 1966, (6). Komunike yang diputuskan pada Musyawarah Alumni HMI bersamaan dengan Kongres ke-8 HMI di Solo tahun 1966, (7). Situasi dan kondisi riil, tujuan bangsa dan negara RI, kondisi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara ketika KAHMI didirikan.
Berdasarkan konsep di atas, sesuai dengan konteks yang berkembang sebelum KAHMI berdiri, latar belakang berdirinya KAHMI dapat ditelusuri dari pembahasan berikut:
      1. Melanjutkan Mission Sacre HMI
Tanpa keberadaan HMI sebagai organisasi induk, KAHMI tidak akan pernah ada dan tercatat dalam sejarah. KAHMI lahir sebagai hasil Musyawarah Alumni HMI bersamaan dengan Kongres ke-8 HMI di Surakarta, tanggal 10-17 September 1966. Sebagaimana tertera dalam Pedoman Dasar KAHMI Bagian 1 butir 2 tentang nama, tempat, dan waktu, Korps Alumni HMI didirikan di Surakarta pada tanggal 17 September 1966.[3]
Tujuan HMI, sejak dirumuskan pada Kongres HMI di Malang (3-10 Mei 1969) hingga Kongres HMI ke-23 di Balikpapan tahun 2002 masih bertahan yaitu: “Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Swt.”[4]
Tujuan HMI sebagaimana dirumuskan pada Kongres ke-8 HMI di Surakarta (ketika KAHMI didirikan) tercantum pada Pasal 5: “Membina insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Swt.”
Pimpinan Sidang Komisi B (AD/ART HMI) adalah Rafiuddin Hamarung, S.H. sebagai ketua dan Agussalim Sitompul sebagai sekretaris. Anggota perumus terdiri dari Drs. Jusuf Syakir (Yogyakarta), almarhum Hartomo Ahmad Sumadi (Semarang), almarhum Isa Anshari Simatupang (Padang Sidempuan), Fauzi Madani, H. Umaruddin (Medan, sekarang di Jambi), dan Tabrani Jauhari.[5]
Rumusan di atas mencakup tujuan yang luas, mengandung arti dan makna yang sangat dalam dan ideal. Alumni-alumni HMI menyadari sepenuhnya bahwa tujuan HMI tersebut tidak bisa terwujud jika hanya dilakukan oleh anggota-anggota HMI sendiri. Tujuan terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernapaskan Islam dapat dicapai oleh setiap anggota. Akan tetapi tujuan berikutnya yaitu bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur diridai Allah Swt. tidak akan terlaksana oleh anggota-anggota HMI sendiri karena masa keanggotaan HMI sangat terbatas, paling lama 7 sampai 8 tahun. Masyarakat adil makmur yang diridai Allah Swt. tidak akan terwujud dan tercapai dalam waktu singkat (8 tahun). Terbukti, meskipun saat ini HMI sudah berusia 56 tahun dan sudah melalui banyak onak dan duri, tujuan tersebut belum tercapai sepenuhnya. HMI bukan nyaris bubar karena diganyang dan dituntut dibubarkan oleh PKI dan CGMI pada tahun 1964-1965. Idealisme pencapaian tujuan HMI memakan waktu panjang yang tidak bisa ditentukan limitnya. Oleh karena itu alumni-alumni HMI menyadari bahwa masyarakat adil makmur yang ridai Allah Swt. hanya bisa dicapai dan dilanjutkan setelah anggota HMI menyelesaikan studinya atau setelah menjadi alumni.
Sesuai dengan peran HMI sebagai organisasi perjuangan, untuk mencapi cita-cita tersebut, HMI berjuang dengan melakukan perombakan, perubahan, pembaruan, perbaikan, dan penyempurnaan terhadap segala tatanan yang tidak sesuai lagi dengan tuntutan kontemporer, sehingga perubahan dan suasana baru yang berada dari sebelumnya. HMI berjuang untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Ini berarti alumni-alumni HMI bertugas meneruskan mission sacre HMI. Untuk menindaklanjuti mission sacre HMI, diperlukan satu organisasi sebagai alat untuk mencapai tujuan. Sebagai tindak lanjutnya, lewat Musyawarah Alumni HMI bersamaan dengan Kongres ke-8 HMI di Surakarta pada tanggal 17 September 1966 dideklarasikan berdirinya Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam disingkat KAHMI, yang kini berusia 37 tahun.[]

Lanjutan: Latar Belakang Berdirinya KAHMI (Bagian II)

Sumber tulisan: Agussalim Sitompul, KAHMI Memadukan Langkah Menuju Persatuan Memabangun Indonesia Baru, Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2003, hal. 27-30.



[1] Karel A. Steenbrink, Metodologi Penelitian Agama Islam di Indonesia, Semarang: LP3M IAIN Walisongo, Semarang, 1985, hlm. 4.
[2] Thomas Mickel, S.J., Studi Mengenai Ibnu Taimiyah Sebuah Model Penelitian atas Tauhid Klasik dalam Mulyanto Sumardi, Penelitian Masalah Agama dan Pemikiran, Jakarta: Sinar Harapan, 1982, hlm. 99.
[3] Keputusan Musyawarah Alumni HMI pada Kongres VIII HMI di Surakarta 10-17 September 1966, Jakarta: PB HMI, 1966, hlm. 1-8.
[4] Hasil-hasil Kongres IX HMI 3-10 Mei 1969 Malang, Jawa Timur, Jakarta: PB HMI, 1966, hlm. 1.
[5] Kumpulan Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga, Tafsir Azas, Garis-garis Pokok Perjuangan HMI, Yogyakarta: Pengurus HMI Cabang Yogyakarta, 1966, hlm. 1.

No comments:

Post a Comment