YakusaBlog- Tinjauan
dan kajian latar belakang berdirinya KAHMI dapat dilihat dari beberapa
paradigma. Latar belakang berdirinya organisasi yang satu berbeda dengan
organisasi lain. Akan tetapi justru perbedaan itulah yang menunjukkan ciri dan
karakteristik organisasi yang bersangkutan. Munculnya pemikiran dan gagasan
sangat dipengaruhi oleh realitas dan latar belakang sosial, politik, ekonomi,
pendidikan, budaya, dan keagamaan (dalam hal ini agama Islam). Karel A.
Steenbrink mengatakan bahwa menulis suatu kitab atau mencetuskan pemikiran
merupakan proses komunikasi dan proses ekspresi penulis dengan lingkungannya.[1]
Kondisi lingkungan yang muncul sebelum KAHMI berdiri merupakan faktor yang
memotivasi para pemrakarsa untuk mencetuskan pemikirannya. Menurut Thomas
Mickel, gagasan atau pemikiran itu tidak mungkin muncul tanpa konteks.[2]
Ada
berbagai hal yang dapat dijadikan dasar untuk melakukan tinjauan terhadap latar
belakang berdirinya KAHMI: (1). Sejarah berdirinya dan keberadaan HMI, (2).
Deklarasi berdirinya KAHMI, (3). Mukaddimah Pedoman Dasar KAHMI, (4). Pokok-pokok
Pikiran tentang Stabilitas Politik yang diputuskan pada Musyawarah Alumni HMI
bersamaan dengan Kongres ke-8 HMI di Solo tahun 1966, (5). Pokok-pokok Pikiran
tentang Orde Baru, yang diputuskan pada Musyawarah Alumni HMI bersamaan dengan
Kongres ke-8 HMI di Solo tahun 1966, (6). Komunike yang diputuskan pada
Musyawarah Alumni HMI bersamaan dengan Kongres ke-8 HMI di Solo tahun 1966,
(7). Situasi dan kondisi riil, tujuan bangsa dan negara RI, kondisi kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara ketika KAHMI didirikan.
Berdasarkan
konsep di atas, sesuai dengan konteks yang berkembang sebelum KAHMI berdiri,
latar belakang berdirinya KAHMI dapat ditelusuri dari pembahasan berikut:
1. Melanjutkan
Mission Sacre HMI
Tanpa
keberadaan HMI sebagai organisasi induk, KAHMI tidak akan pernah ada dan
tercatat dalam sejarah. KAHMI lahir sebagai hasil Musyawarah Alumni HMI
bersamaan dengan Kongres ke-8 HMI di Surakarta, tanggal 10-17 September 1966.
Sebagaimana tertera dalam Pedoman Dasar KAHMI Bagian 1 butir 2 tentang nama,
tempat, dan waktu, Korps Alumni HMI didirikan di Surakarta pada tanggal 17
September 1966.[3]
Tujuan
HMI, sejak dirumuskan pada Kongres HMI di Malang (3-10 Mei 1969) hingga Kongres
HMI ke-23 di Balikpapan tahun 2002 masih bertahan yaitu: “Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam
dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi
Allah Swt.”[4]
Tujuan
HMI sebagaimana dirumuskan pada Kongres ke-8 HMI di Surakarta (ketika KAHMI didirikan)
tercantum pada Pasal 5: “Membina insan
akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas
terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Swt.”
Pimpinan
Sidang Komisi B (AD/ART HMI) adalah Rafiuddin Hamarung, S.H. sebagai ketua dan
Agussalim Sitompul sebagai sekretaris. Anggota perumus terdiri dari Drs. Jusuf
Syakir (Yogyakarta), almarhum Hartomo Ahmad Sumadi (Semarang), almarhum Isa
Anshari Simatupang (Padang Sidempuan), Fauzi Madani, H. Umaruddin (Medan, sekarang
di Jambi), dan Tabrani Jauhari.[5]
Rumusan
di atas mencakup tujuan yang luas, mengandung arti dan makna yang sangat dalam
dan ideal. Alumni-alumni HMI menyadari sepenuhnya bahwa tujuan HMI tersebut
tidak bisa terwujud jika hanya dilakukan oleh anggota-anggota HMI sendiri.
Tujuan terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernapaskan Islam
dapat dicapai oleh setiap anggota. Akan tetapi tujuan berikutnya yaitu bertanggung jawab atas terwujudnya
masyarakat adil makmur diridai Allah Swt. tidak akan terlaksana oleh
anggota-anggota HMI sendiri karena masa keanggotaan HMI sangat terbatas, paling
lama 7 sampai 8 tahun. Masyarakat adil makmur yang diridai Allah Swt. tidak
akan terwujud dan tercapai dalam waktu singkat (8 tahun). Terbukti, meskipun
saat ini HMI sudah berusia 56 tahun dan sudah melalui banyak onak dan duri,
tujuan tersebut belum tercapai sepenuhnya. HMI bukan nyaris bubar karena
diganyang dan dituntut dibubarkan oleh PKI dan CGMI pada tahun 1964-1965.
Idealisme pencapaian tujuan HMI memakan waktu panjang yang tidak bisa
ditentukan limitnya. Oleh karena itu alumni-alumni HMI menyadari bahwa
masyarakat adil makmur yang ridai Allah Swt. hanya bisa dicapai dan dilanjutkan
setelah anggota HMI menyelesaikan studinya atau setelah menjadi alumni.
Sesuai
dengan peran HMI sebagai organisasi perjuangan, untuk mencapi cita-cita
tersebut, HMI berjuang dengan melakukan perombakan, perubahan, pembaruan,
perbaikan, dan penyempurnaan terhadap segala tatanan yang tidak sesuai lagi
dengan tuntutan kontemporer, sehingga perubahan dan suasana baru yang berada
dari sebelumnya. HMI berjuang untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa
Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Ini berarti alumni-alumni HMI bertugas
meneruskan mission sacre HMI. Untuk
menindaklanjuti mission sacre HMI,
diperlukan satu organisasi sebagai alat untuk mencapai tujuan. Sebagai tindak
lanjutnya, lewat Musyawarah Alumni HMI bersamaan dengan Kongres ke-8 HMI di
Surakarta pada tanggal 17 September 1966 dideklarasikan berdirinya Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam disingkat
KAHMI, yang kini berusia 37 tahun.[]
Lanjutan: Latar Belakang Berdirinya KAHMI (Bagian II)
Lanjutan: Latar Belakang Berdirinya KAHMI (Bagian II)
Sumber tulisan: Agussalim Sitompul, KAHMI Memadukan Langkah Menuju Persatuan Memabangun Indonesia Baru, Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2003, hal. 27-30.
[1]
Karel A. Steenbrink, Metodologi
Penelitian Agama Islam di Indonesia, Semarang: LP3M IAIN Walisongo,
Semarang, 1985, hlm. 4.
[2]
Thomas Mickel, S.J., Studi Mengenai Ibnu
Taimiyah Sebuah Model Penelitian atas Tauhid Klasik dalam Mulyanto Sumardi,
Penelitian Masalah Agama dan Pemikiran,
Jakarta: Sinar Harapan, 1982, hlm. 99.
[3] Keputusan Musyawarah Alumni HMI pada Kongres
VIII HMI di Surakarta 10-17 September 1966, Jakarta: PB HMI, 1966, hlm.
1-8.
[4] Hasil-hasil Kongres IX HMI 3-10 Mei 1969
Malang, Jawa Timur, Jakarta: PB HMI, 1966, hlm. 1.
[5] Kumpulan Anggaran Dasar & Anggaran Rumah
Tangga, Tafsir Azas, Garis-garis Pokok Perjuangan HMI, Yogyakarta: Pengurus
HMI Cabang Yogyakarta, 1966, hlm. 1.
No comments:
Post a Comment