HMI Jangan Menyendiri - Yakusa Blog

Yakusa Blog

Mewujudkan Komunitas Intelektual Muslim

Thursday, 29 August 2019

HMI Jangan Menyendiri


YakusaBlog- Peringatan 1 tahun berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam, pada tanggal 6 Februari 1948 dilangsungkan di Pendopo Bangsal Kepatihan. Meskipun hujan turun, perhatian cukup besar. Antara lain hadir juga para Maha Guru, Dosen-dosen dan wakil-wakil organisasi Perguruan dan Pendidikan. Dari kalangan tentara nampak Pak Dirman, sedang pembesar sipil pun tidak ketinggalan.
Indonesia Raya, Io Vivat terdengar mendahului pidato pembukaan. Riwayat berdirinya HMI, dan maksud pertemuan dipaparkan oleh Wakil Ketua HMI saudara Achmad Tirtosudiro. Ketua dengan panjang lebar mengupas bentuk susunan masyarakat dan Negara Indonesia. Sesudah sambutan-sambutan diberikan oleh Dr. Abu Hanifah, Ketua PPMI Sufaat dan Pak Dirman, berbagai kesenian Indonesia dipertunjukkan dan akhirnya sebagai penutup terdengar kembali nyanyian Io Vivat. Sari-sari pembicaraan antara lain sebagai berikut: Perkembangan seni oleh pelajar Islam diwajibkan, maka malam kesenian ini dimaksudkan untuk menimbulkan hasrat kesenian di kalangan Mahasiswa Islam dan mengejar cita-cita kesatuan dengan jalan kebudayaan yang meliputi seluruh Nusantara.
Uraian Ketua HMI didasarkan atas ilmu pengetahuan sejarah kemasyarakatan untuk akhirnya mengambil kesimpulan bahwa bagi suatu negara atau masyarakat hanyalah satu bentuk yang tepat, yaitu bentuk dan susunan negara atau masyarakat yang sesuai dengan sifat dan keadaan jiwa dan masyarakat itu. Maka bagi Negara Republik Indonesia yang merdeka perlu dipikirkan sedalam-dalamnya, dapatkah teori-teori dan dogma-dogma yang bersifat wetenschappelijk pun, akan tetapi tidak berasal dari Indonesia atau sesuai dengan jiwa dan kepercayaan bangsa Indonesia, tumbuh dan nantinya merubah bentuk serta susunan masyarakat dan negara Indonesia yang sudah merdeka?
Dapatkah orang-orang yang konservatif akan menahan aliran biarpun tidak berasal dari Indonesia, tetapi sesuai dengan jiwa bangsa Indonesia? Para Mahasiswa Indonesia diharap memperhatikan “social functie” sebagai mahasiswa dan menceburkan diri dalam masyarakat dengan berpedoman: Seorang politikus yang tidak mengetahui Sosiologi, serupa nahkoda yang buta mengemudikan kapal dengan tiada mengetahui jalannya ombak dan adanya karang sehingga kapal akan pecah tenggelam dan penumpangnya menjadi korban. Harus diperhatikan sepenuhnya: Sejarah dengan tidak berilmu pengetahuan politik tidak berbuah, sedangkan pengetahuan politik tidak berdasarkan sejarah tidak berakar. Dr. Abu Hanifah mengharap hendaknya mahasiswa dalam saat sesulit ini bisa menjadi jembatan untuk menyatukan segala kekuatan perjuangan. Pak Dirman memperingatkan supaya HMI melaksanakan Anggaran Dasarnya, apa yang belum dilaksanakan supaya segera dilaksanakan, dan apa yang tidak dapat dilaksanakan supaya dihapuskan dari Anggaran Dasarnya HMI, mudah-mudahan benar HMI “Harapan Masyarakat Indonesia” dan tidak menyendiri. Mengenai perayaan diharapkan supaya kegembiraan malam kesenian habis dalam satu malam itu saja, sedang lain kegembiraan harus dipelihara seterusnya, tiada habis-habisnya, yaitu kegembiraan dalam bekerja.[]

Catatan: Tulisan di atas pertama kali dimuat dalam Harian Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta, tanggal 9 Februari 1948, No. 100 tahun III, halaman 2, dengan judul HMI Jangan Menyendiri. 1 Tahun HMI. Kemudian tuliskan kembali oleh Agussalim Sitompul dalam bukunya yang berjudul HMI Mengayuh di Antara Cita dan Kritik, Yogyakarta, 1997, halaman 10.


No comments:

Post a Comment