YakusaBlog- Peringatan
1 tahun berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam, pada tanggal 6 Februari 1948
dilangsungkan di Pendopo Bangsal Kepatihan. Meskipun hujan turun, perhatian
cukup besar. Antara lain hadir juga para Maha Guru, Dosen-dosen dan wakil-wakil
organisasi Perguruan dan Pendidikan. Dari kalangan tentara nampak Pak Dirman,
sedang pembesar sipil pun tidak ketinggalan.
Indonesia
Raya, Io Vivat terdengar mendahului
pidato pembukaan. Riwayat berdirinya HMI, dan maksud pertemuan dipaparkan oleh
Wakil Ketua HMI saudara Achmad Tirtosudiro. Ketua dengan panjang lebar mengupas
bentuk susunan masyarakat dan Negara Indonesia. Sesudah sambutan-sambutan
diberikan oleh Dr. Abu Hanifah, Ketua PPMI Sufaat dan Pak Dirman, berbagai
kesenian Indonesia dipertunjukkan dan akhirnya sebagai penutup terdengar
kembali nyanyian Io Vivat. Sari-sari
pembicaraan antara lain sebagai berikut: Perkembangan seni oleh pelajar Islam
diwajibkan, maka malam kesenian ini dimaksudkan untuk menimbulkan hasrat
kesenian di kalangan Mahasiswa Islam dan mengejar cita-cita kesatuan dengan
jalan kebudayaan yang meliputi seluruh Nusantara.
Uraian
Ketua HMI didasarkan atas ilmu pengetahuan sejarah kemasyarakatan untuk
akhirnya mengambil kesimpulan bahwa bagi suatu negara atau masyarakat hanyalah
satu bentuk yang tepat, yaitu bentuk dan susunan negara atau masyarakat yang
sesuai dengan sifat dan keadaan jiwa dan masyarakat itu. Maka bagi Negara
Republik Indonesia yang merdeka perlu dipikirkan sedalam-dalamnya, dapatkah
teori-teori dan dogma-dogma yang bersifat wetenschappelijk
pun, akan tetapi tidak berasal dari Indonesia atau sesuai dengan jiwa dan
kepercayaan bangsa Indonesia, tumbuh dan nantinya merubah bentuk serta susunan
masyarakat dan negara Indonesia yang sudah merdeka?
Dapatkah
orang-orang yang konservatif akan menahan aliran biarpun tidak berasal dari
Indonesia, tetapi sesuai dengan jiwa bangsa Indonesia? Para Mahasiswa Indonesia
diharap memperhatikan “social functie”
sebagai mahasiswa dan menceburkan diri dalam masyarakat dengan berpedoman:
Seorang politikus yang tidak mengetahui Sosiologi, serupa nahkoda yang buta
mengemudikan kapal dengan tiada mengetahui jalannya ombak dan adanya karang
sehingga kapal akan pecah tenggelam dan penumpangnya menjadi korban. Harus diperhatikan
sepenuhnya: Sejarah dengan tidak berilmu
pengetahuan politik tidak berbuah, sedangkan pengetahuan politik tidak
berdasarkan sejarah tidak berakar. Dr. Abu Hanifah mengharap hendaknya
mahasiswa dalam saat sesulit ini bisa menjadi jembatan untuk menyatukan segala
kekuatan perjuangan. Pak Dirman memperingatkan supaya HMI melaksanakan Anggaran
Dasarnya, apa yang belum dilaksanakan supaya segera dilaksanakan, dan apa yang
tidak dapat dilaksanakan supaya dihapuskan dari Anggaran Dasarnya HMI,
mudah-mudahan benar HMI “Harapan Masyarakat Indonesia” dan tidak menyendiri. Mengenai
perayaan diharapkan supaya kegembiraan malam kesenian habis dalam satu malam
itu saja, sedang lain kegembiraan harus dipelihara seterusnya, tiada
habis-habisnya, yaitu kegembiraan dalam bekerja.[]
Catatan:
Tulisan di atas pertama kali dimuat dalam Harian
Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta, tanggal 9 Februari 1948, No. 100 tahun III,
halaman 2, dengan judul HMI Jangan
Menyendiri. 1 Tahun HMI. Kemudian tuliskan kembali oleh Agussalim Sitompul
dalam bukunya yang berjudul HMI Mengayuh
di Antara Cita dan Kritik, Yogyakarta, 1997, halaman 10.
No comments:
Post a Comment