YakusaBlog- Ada
seorang pemuda desa yang dikenal unik hidupnya. Namanya Abun. Ia sering
berkelakar, bercanda, namun dikenal cerdas oleh orang sekampungnya. Banyak pertanyaan
dan pernyataan aneh, namun penuh dengan makna yang sering kali terlontar dari
mulutnya. Karena itulah, ia punya banyak teman yang acap kali bertanya banyak
hal tentnag kehidupan dari sudut pandangnya.
Suatu
kali, seorang temannya bertanya, “Wahai saudaraku Abun. Aku hendak bertanya. Kau
dikenal luas sebagai orang bijak. Dan, aku rasa hanya engkau yang bisa menjawab
pertanyaanku ini.”
“Ya
temanku. Aku hanya sering bertakata dari apa yang kulihat, kudengar, dan
kualami saja. Kalau memang aku bisa membantumu, sebenarnya aku hanya meneruskan
apa yang sudah kurasakan. Nah, apa yang ingin kamu ketahui dariku?” Tanya Abun.
“Aku
ini sudah punya segala sesuatu. Tapi, entah mengapa aku masih jarang merasakan
kebahagiaan. Sebenarnya, ke manakah aku harus mencari kebahagiaan yang bisa
benar-benar menentramkanku?” tanyaya pada Abun.
“Pertanyaanmu
menarik. Beri aku waktu sehari untuk menjawabnya. Esok hari, di jam yang sama,
datanglah kemari,” sebu Abun sembari kembali ke rumahnya.
Keesokan
harinya, sesuai perintah Abun, sang teman datang kembali. Ia sudah tak sabar
ingin mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Namun ternyata, di
sana ia menjumpai Abun seperti orang yang sedang kebingunan. “Wahai Abun, ada
apa? Apa yang sedang kamu lakukan?” tanyanya. “Sepertinya engkau sedang
kebingunan. Ada yang bisa aku bantu? Lanjut sang teman.
Sambil
terus terlihat sibuk, Abun pun menjawab, “Aku kehilangan pukul besi untuk
menatah kayuku. Bisa kamu bantu mencari?”
Mereka
berdua sibuk mencari dan mencari. Hingga siang menjelang sore, pukul besi itu
tetap tak ditemukan. Akhinrnya, si pemuda pun bertanya pada Abun. “Wahai Abun,
kita sudah seharian mencari-cari di luar sini. Kalau bisa diingat-ingat lagi,
ke mana dan di mnakah terakhir kali engaku menggunakan pukul besi?” tanyanya
penasaran, setelah seharian ikut membantu mencari dan tidak mendapatkan
apa-apa.
“Terakhir
kali, seingatnya sih aku gunakan untuk membantu menatah kayu di dalam bengkel
rumah.” Jawab Abun sekenanya.
“Hah?”
sambut si pemuda keheranan. “Kalau ingat di dalam bengkel. Kenapa kamu
mencari-carinya di luar sini?”
“Habis,
di dalam sana gelap. Jadi aku mencarinya di sini yang lebih terang,” sahut Abun
seolah-olah tak bersalah.”
“Aku
ke sini tadinya ingin mendengarkan kebijaksanaanmu. Aku benar-benar ingin
mendapat jawaban tentang dari mana kita bisa mendapatkan kebagiaan. Tapi,
engkau malah berlaku bodoh seperti itu. Kalau dari tadi kamu memberi tahu pukul
besi itu habis kamu gunakan di dalam bengkel, pasti sudah ditemukan di sana.” Jawab
si pemuda agak jengkel.
Melihat
kedongkolan temannya, Abun pun berkata, “Sebenarnya, aku hanya ingin
menunjukkan padamu, bahwa banyak di antara kita sering kali mencari sesuatu
bukan pada tempatnya. Kita sebenarnya sudah tahu di mana, tapi tidka mau
mencarinya di sana. Seperti pukul besi itu,” sebut Abun. “Kamu kemarin bertanya
di mana mencari kebahagiaan. Kamu sebenarnya bisa menemukannya langsung dalam
diri kamu, karena kamu kemaren mengatakan sudah punya segalanya. Tapi, karena
kamu sibuk mencari-cari di luar dirimu, kebahagiaan itu seolah-olah tak pernah
kamu temukan. Karena itu, cobalah kembali renungkan, apa yang sudah sudah ada
dalam diri dan sekitarmu. Rasakan kenikmatannya berada di tengah keluarga yang
setiap hari mendukungmu, rasakan semua berkat yang diberikan padamu. Di situlah,
kamu akan mendapatkan kebagiaan,bukan di luar sana dan sibuk mencari dan terus
mencari!”
Si
pemuda itu pun mulai paham dengan apa yang dilakukan Abun sejak tadi. Rupanya,
ia mengajarkan nilai-nilai kebahagiaan
harusnya diperoleh dari dalam diri, bukan dicari-cari di luar diri. “Wahai
Abun, terimaksih atas nasehatmu. Aku berjanji, mulai hari ini akan lebih banyak
bersyukur, sehingga rasa bahagia itu akan mucul dari dalam diri.”[]
Sumber
isi: Tulisan di atas adalah tulisan Andrie Wongso, yang dimuat dalam majalah
motivai Luar Biasa, September, 2012,
hal: 040-041. Dengan judul Mencari Kebahagiaan.
No comments:
Post a Comment