YakusaBlog- Idealisme yang dimiliki oleh Himpunan Mahasiswa Islam kini
terindikasi hanya menjadi sebuah mitos, gerak dan perjuangan HMI kini lebih
banyak pada persoalan politik pragmatisme, HMI yang menjadi harapan masyarakat
indonesia, kini telah banyak terjebak pada intrik gerakan yang sangat
bertabrakan dengan apa yang menjadi visi organisasi yang sering disebut hijau
hitam ini, dimana dari unsur pengurus, hingga kadernya kini telah mengalami
degradasi akan kepemilikan akan himpunan ini sehingga membuat gerakan
organisasi ini stagnan atau statis dan tidak pernah lagi ada kesempatan
melakukan pembaharuan pemikiran yang bermanfaat bagi ummat dan bangsa.
Kondisi kekinian kini banyak membuat pejabat yang diberi amanah
oleh konstitusi HMI itu sendiri seaka tak mau tahu dengan apa yang menjadi
tugas, fungsi dan tanggung jawab yang diembannya, pengurus HMI sebutlah disalah
satu cabang, lebih nyaman dengan membakan label jabatan, atau Ke-LKannya
daripada berkarya secara nyata dalam mengembangkan himpunan yang dididirikan
oleh Prof. Dr. Lafran Pane ini, bagaimana kondisi Kanda Lafran Pane apabila
melihat kondisi para pejabat HMI yang kain semakin mengalami keterpurukan secara ekslisip.
Diketahui memang tak seluruhnya pejabat yang berada distruktur
HMI itu suka bicara politik pragmatis, berbagai macam karakter yang sering
muncul pada kepengurusan HMI adalah pengurus yang acuh tak acu, ada yang
beralih pada sikap hedonisme, pragmatisme, bahkan tidak lagi memegang teguh
nilai-nilai yang termaktub dalam Independensi HMI, sungguh sayang Himpunan yang
begitu diharapkan dapat melahirkan calon-calon penerus baik pemimpin bangsa,
integensia, cendekiawan muslim kini lebih mmayoritas dihuni oleh mereka yang
ngga paham akan pedoman mereka yakni AD/ART HMI itu sendiri.
Masih banyak hal internal yang seharusnya menjadi pembahasan dan
kerja ekstra oleh pengurus daripada mengurusi urusan politik pragmatisme, yang
entah keuntungannya untuk siapa, bahkan hanya akan menggiring himpunan ini
kehilangan marwahnya sebagai organisasi yang telah menjatuhkan nilainya pada
dua jenis independensi yakni Independensi etis dan Independensi organisatoris.
HMI sebagai organisasi perkaderan kadang banyak diperhadapkan
pada urusan yang tidak penting, seyogyanya HMI itu lebih baik urus saja
perkadera secara baik dan sistematis darpada mengurusi hal-hal yang hanya akan
menghiring kader pada hal-hal yang tidak bermanfaat, bukan maksud menghiring
senior pada tulisan ini akan tetapi realitas yang terjadi tampaknya beberapa
oknum senior yang harusnya menjadi tauladan bagaimana merumuskan pola
perkaderan yang baik khususnya ditingkat cabang yang sesuai dengan nilai-nilai
kearifan lokal, malah lebih banyak menghiring adik-adiknya keranah pragmatisme,
mungkin adik-adik HMI disatukan tapi bukan memetakan atau memecahkan persoalan
perkaderan malah lebih dominan bahas politik dan seribu kepentingan yang
penulis menganggap manfaatnya tak tahu kemana.
Nilai-nilai kebudayaan (cultural) HMI khususnya ditingkat cabang,
kini mengalami degradasi atau penurunan yang sangat megalomaniak (penyakit rasa
ingin bermimpi besar namun tidak memilki kemampuan mencapainya) budaya diskusi,
kajian, baca buku, bedah buku, seminar, atau kegiatan forum intelektual seakan
luput dari pikiran, entah tiada yang dapat disalahkan dengan semua yang terjadi
ini akan tetapi penulis mengajak kita semua kepada kita civitas keluarga besar
HMI agar kembali pada khitah perjuangan, jangan mau diarahkan atau
dimarjinalkan dengan kepentingan yang tiada manfaatnya bagi himpunan ini, mari
dengan keyakinan akan semata-mata mengabdikan diri bagi umat dan bangsa dengan
harapan sebagai bentuk kerja pengabdian pada Allah SWT untuk bagaimana kita
selamat dunia dan akhirat kelak.
HMI harus kembali pada pada marwah organisasi ini sebagai
organisasi yang berbasis mahasiswa, perkaderan dan perjuangan, kini mari
bersama kita mulai memperbaiki himpunan ini dengan kesadaran dan tulus ikhlas
sebagaimana dalam setiap upacara HMI kita menyanyikan Hymne HMI, makannya menjadi
sebuah eksistensi bagaimana HMI harus kembali membaca dan mengkaji Al-Qur'an
dan Hadis agar kita semoga dikembalikan pada jalan yang sesungguhnya,dimana
tujuan awal himpunan ini didirikan, kita himpunan tak boleh terlena dengan
kejayaan masa lalu dibangsa ini, kita harus mendesain bagaimana kita memikirkan
HMI dimasa yang akan datang, jika tidak maka himpunan ini akan rusak ditangan
kita generasi sekarang ini dan menjadi kutukan bagi para pendahulu dan menjadi
sejarah bagi mereka anak cucu umat, bangsa dan negara ini.
Janganlah kita warga himpunan terjebak pada pemikiran sempit,
dan pemikiran yang itu bukan type warga himpunan, apalagi kini kita berada
dizaman now (zaman sekarang) atau era milenial begini harus benar-benar
berjuang dan jangan setengah-setengah khususnya bagaimana berbenah untuk
himpunan tercinta, dan kita sekarang ini tidak dituntut untuk berperang lagi
memegang senjata melawan penjajah, atau ancaman dari asing, akan tetapi
sekarang ini kita sedang dalam zaman ini berperang pada persoalan ilmu
pengetahuan dan teknologi, beradu gagasan bukan beradu otot, beradu kerja nyata
bukan hoax melulu, seyogyanya bukan penulis merasa sebagai kader loyal, atau
militan akan tetapi ini adalah sebuah cambukan dan renungan kita semua bukankah
kita dalam buku Otokritik Terhadap HMI karya Taufik bahwa "jangan tanyakan
sudah apa yang himpunan ini berikan kepada anda, tapi bertanyalah sudah apa
yang anda berikan untuk himpunan ini"
Tiada banyak yang perlu penulis apalogetikan (sebutlah) dalam
tulisan ini melainkan bagaimana kita semua kembalikan kejayaan himpunan ini,
sesuai harapan masyarakat luas, dan tetap memegang teguh nilai-nilai pluralisme
kebangsaan, dan berpedoman pada Al-Qur'an dan Hadis dan hanya tunduk pada yang
namanya kebenaran, berbenah harus dimulai dari kita, sekarang hari ini, agar
kedepan kita tidak menjadi orang yang menyia-nyiakan kesempatan yang telah
diberikan oleh anak cucu kita.
Demikian tulisan singkat ini semoga beroleh manfaat, sedikit dan
banyaknya kekurangan dalam tulisan ini mohon kembalikan kepada penulis, dan
apabila dan yang mejadi pembelajaran silahkan mari bersama kita perbaiki
himpunan ini kearah yang lebih baik dan sesuai cita dan harapan kita semua,
agar himpunan ini bisa dirasakan oleh anak cucu kita dalam keadaan baik tidak caruk
maruk, yang itu sebab kita wariskan kegaduhan himpunan ini akhirnya mereka para
generasi selanjutnya menanggungnya, mari sadar termasuk penulis sebelum kiamat
tiba dan sebelum HMI hanya menjadi sebuah cerita dalam buku-buku sejarah atau
HMI tinggal nama, namun secara eksistensi telah tiada.[]
Penulis: Santo Ali
Sekum HMI Cabang Pohuwato Periode 2017-2018
Ket.gbr: Karikatur gambar Santo Ali
No comments:
Post a Comment