YakusaBlog- Dengan memperingati milad
HMI. Mencoba sejenak mengenang Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) telah berkiprah
selama 72 th (1947-2017) dan telah menjadi bagian dari kultural,
sosial, dan historis bangsa Indonesia. HMI merupakan salah satu elemen anak
bangsa Indonesia yang memiliki peran besar dalam menata dan memajukan
pembangunan di Negeri ini. Sebagai organisasi kemahasiswaan tertua dan
terbesar, HMI telah berpartisipasi aktif dalam setiap fase pembangunan dan
geliat perubahan bangsa ini. Peran keperloporan HMI tersebut sesungguhnya
merupakan kewajiban sosiologis dan idiologis organisasi.
Baca juga: Fase-Fase Sejarah Perjuangan HMI
HMI merupakan organisasi
kemahasiswaan yang berbasis pada ajaran Islam yang bercirikan rahmatan nil alamin. Misi yang diemban oleh HMI adalah misi keislaman yang
luhur. Masyarakat yang dicita-citakan HMI adalah masyarakat yang baldhotun toyyibatun Warobbun Ghofur.
Bagi HMI Islam tidak sekedar identitas simbolik belaka melainkan sebagai spirit
dan sumber nilai ( Aulia Kosasih dan Moh Ilyas, 2013 : 37).
HMI tidak bisa dilepaskan
sama sekali dari perjalanan sejarah Indonesia, terutama pasca proglamasi
kemerdekaan. Indonesia merupakan rumah bagi HMI untuk mengabdi dan berjuang
mewujudkan suatu peradaban bangsa yang tinggi, luhur dan bermartabat. Ketika
terjadi agresi militer ke II HMI bahkan turut serta dalam mengangkat senjata
mengusir para penjajah kolonial. Sewaktu Kolonialisme senjata itu berakhir, maka HMI
berjuang membela bangsa dengan sikap-sikapnya yang kritis, sumbangsih
pemikiran, pembinaan dikalangan kaum muda, gerakan sosial kemahasiswaan,
pembelaan terhadap kaum tertindas. Pada saat Pancasila ideologi negara
hendak disingkirkan oleh pihak-pihak
tertentu pada masa orde lama, maka HMI tampil didepan melakukan pembelaan
terhadap Pancasila. Namun Pancasila pada masa orde baru hendak ditunggangi
untuk melegitimasi pelaku pemerintah otoriter
dan korup, maka lagi-lagi HMI paling depan untuk melakukan kritik dan
penentangan. Disinilah dapat kita lihat bahwa HMI adalah pembela yang konsisten
atas NKRI dan Pancasila sebagai idiologi Negara.
Berkuasanya ekonomi
neoliberal dan perilaku pejabat pemerintah yang koruptif, membuat kehidupan
rakyat kecil menjadi semakin sengsara. . Kekuasaan politik untuk kepentingan
elite serta penyelenggaraan Negara yang tidak becus, membuat rakyat kecil
terbenam semakin jauh didalam kubangan kemiskinan. Kenyataan kemiskinan
tersebut bukan suatu kejadian alamiah, melainkan Nampak seperti sebuah upaya
kemiskinan secara kemiskian secara sistematis. Ya! Bangsa ini memiliki tanah
yang sangat kaya akan sumber alamnya namun sayang semua semua itu tidak juga
mampu mengangkat perekonomian rakyat. Angka
kemiskinan semakin meningkat. Tindakan kriminalitas dikota semakin rumit
karena faktor ekonomi.
Sebagai bagian dari warga
bangsa ini, HMI sungguh sangat prihatin, dan setiap saat menyerukan adanya
perubahan dan perbaikan kehidupan rakyat, utamanya mereka yang lemah dan
terpinggirkan. HMI selalu mengingatkan perintah untuk membawa negeri ini
sebagai mana cita-cita para pendiri bangsa
tercantum dalam amanat UUD 1945 dan tercantum dalam batang tubuh
pancasila ke lima, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
HMI tidak hanya meletakkan
dirinya sebagai warga Indonesia, melainkan juga sebagai anggota masyarakat
suatu Negara ( Negara Indonesia), tetapi juga merupakan bagian dari ummat
manusia (dan kemanusiaan) secara universal. Maka dari itu HMI dalam peran
perjuangannya turut serta dalam mengupayakan tatanan yang adil dan bermartabat
dalam kancah dunia. Dalam beberapa kesempatan, HMI menggalang kekuatan-kekuatan
kaum muda di dunia untuk melakukan pembelaan terhadap masyarakat di negeri yang
tengah dirundung prahara politik dan ekonomi. HMI mengusahakan pula
pertemuan-pertemuan internasional antar pemuda mahasiswa untuk saling berbagi
informasi dan merapatkan barisan menentang kezaliman yang berusaha menguasai
tat internasional. Hal ini dapat kita tarik contoh penggalangan dana yang
dilakukan kader HMI untuk membantu muslim rohingnya yang mengalami kasus
ketimpangan sosial, begitu juga sama halnya pada kasus yang terjadi pada
saudara kita muslim di Palestin.
HMI Merajut Impian
Baca juga: Bukan Sekedar Ber-HMI
Apapun yang diimpikan
manusia, akan selalu menarik untuk dibicarakan, difikirkan bahkan direnungkan.
Begitu pula dengan HMI. Keberadaannya selalu menjadi buah bibir, bahan isu dan
bahan diskusi yang bisa memakan waktu berjam-jam. Ini tidak lain meski usianya
sudah lanjut, HMI seolah perempuan cantik yang selalu menjadi incaran para
pengagumnya.
HMI dilirik dan dikejar
oleh banyak orang, karena ia merupakan representasi gerakan mahasiswa yang
telah teruji dari zaman ke zaman. HMI telah memberikan kontribusi yang tak bisa
dinapikan keberadaannya, baik pada aspek keummatan maupun kebangsaan.
Sumbangsih HMI inilah yang membuat HMI menjadi besar, termasuk sumbangsih dalam
mengantarkan kader-kadernya pada posisi terbaik di negeri ini.
Namun tentu saja ia tak
lepas dari plus dan minus. Kendati sejarah HMI telah melahirkan kejayaan, namun
hal it uterus meredup seiring berjalannya waktu. Maka impian demi impian
kembali bersemi, bagaimana kejayaan itu bisa kembali ke pundak HMI.
Tidak hanya pada kejayaan
HMI secara organisatoris, namun juga kontribusinya terhadap ummat dan bangsa.
HMI harus bertekad menjadikan dirinya sebagai wadah penghimpun dan penyalur
aspirasi ummat dan bangsa. Namun sudah barang tentu optimalisasi HMI sebagai
organisasi pengkaderan dan perjuangan yang modern, dinamis, dan religious tidak
dilupakan. Sebab hal itu beriringan dengan upaya mewujudkan kemaslahatan bagi ummat
dan kemandiriaan bagi bangsa.
Dalam mewujudkan itu semua
HMI dalam budaya intelektual dan spiritual harus diperkuat. HMI tidak boleh
terlena dengan intelektualisme namun harus diiringi dengan tindakan
spiritualnya juga. HMI harus bersinergi meneguhkan keduanya sebagai sebuah
karakter. Untuk mensukseskan cita-cita ini, internal HMI harus memperkuat
pengkaderan dan fungsi organisasi.
Dalam aspek eksternalnya
HMI harus melakukan beberapa hal berikut, yaitu melakukan pengewalan otonomi
daerah, pengawalan terhadap penegakan hukum, penguatan demokrasi, optimalisasi
peran HMI sebagai motor pertumbuhan ekonomi rakyat, dan optimalisasi peran HMI
terhadap seluruh lembaga penyelenggaraan Negara dalam mewujudkan masyarakat
adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT.
Mengingat betapa besarnya
perjuangan Ayahanda Lafran Pane beserta teman-temannya untuk bangsa ini dalam
milad HMI yang ke 72th ini keluarga besar HMI
mendapatkan kabar baik dengan
diangkatnya ayahanda Lafran Pane sebagai pahlawan Nasional tepatnya pada tanggal
9 november 2017. Ayahanda Lafran Pane memang pantas mendapatkan gelar pahlawan
karena begitu banyak kontribusi HMI terhadap bangsa bukan hanya pada ranah
politik namun juga dalam aspek ekonomi, sosial, dan hukum.
Penulis :
Nur Sajidah
Kader HMI CABANG MEDAN Koms FEBI UINSU
No comments:
Post a Comment