YakusaBlog- Tentunya sudah tidak terelakkan lagi bahwa kita hidup di dalam abad
informasi. Ziauddin Sardar dalam bukunya yang berjudul Tantangan Dunia Islam Abad 21, mengetakan, penemuan microchip dan perkembangan teknologi
mikro, telah menimbulkan kekuatan yang memungkinkan diperolehnya informasi
hanya dengan sentuhan sebuah tombol. Terdapat konsensus yang luas bahwa
teknologi komputer yang tidak terelakkan akan memberi bentuk baru masa depan umat
manusia, mengharuskan kita mendefinisikan kembali kegiatan kerja dan waktu
santai, dan dalam jangka panjang, mengharuskan kita melakukan redefinisi
(membuat pengertian baru) terhadap pemikiran dan ilmu pengetahuan.
Revolusi informasi kini sedang dijajakan sebagai suatu rahmat besar bagi
umat manusia. Penjajaannya itu terlihat agresif di televisi, surat-surat kabar,
majalah-majalah, dan media-media lainnya. Perhatikanlah iklan komputer mini dak
mikro, seperti smart phone dalam
berbagai media. Komputer mikro dan atau smart
phone seolah-olah telah menjadi sahabat hidup, dan suatu alat yang dapat
menghidupi manusia masa kini.
Pada lingkungan-lingkungan yang terpelajar, yaitu dalam jurnal-jurnal
penelitian dan buku-buku akademis, disebutkan bahwa revolusi informasi akan
menyebabkan timbulnya desentralisasi, dan oleh karena itu akan melahirkan suatu
masyarakat yang lebih demokratis, dapat meningkatkan keragaman budaya melalui
penyediaan informasi yang menyeluruh sesuai dengan selera dan kekuatan dompet,
memberi orang kesempatan untuk mengembangkan minat bakat baru, meningkatkan
produksi, dan dengan demikian menciptakan kemakmuran untuk semua lapisan
masyarakat. Revolusi informasi juga akan mengubah masyarakat secara radikal
menjadi suatu masyarakat yang lebih manusiawi dan tercerahkan. Penyebaran
secara besar-besaran teknologi informasi baru, akan membawa kita ke suatu
peradaban elektronik, suatu lompatan panjang ke suatu “peradaban” yang lebih
tinggi.
Namun, apakah suatu perkembangan teknologi informasi ini sungguh-sungguh
bisa melahirkan sebuah masyarakat yang lebih baik? Apakah kekuatan prosesor
mikro bisa mempertinggi pemahaman kita tentang dunia di sekitar kita, dan juga
tentang diri kita sendiri? Apakah komputer mikro, seperti smart phone, telah memberikan kita kekauasaan yang sampai sejauh
ini belum termanfaatkan oleh masyarakat kebanyakan? Apakah dengan
melimpah-ruahnya teknologi informasi mengandung makna bahwa kita lebih mampu
mengendalikan nasib kita?
Banyak sarjana kini berpendapat bahwa abad informasi bukannya meningkatkan
pengendalian kita atas kehidupan kita, tapi pada kenyataannya justru
menghasilkan efek sebaliknya. Informasi yang semakin meningkat, serta upaya
individu-individu dan lembaga-lembaga semakin meningkatkan pengendalian atas
keadaan masyarakat, secara mengejutkan justru menghasilkan efek negatif
(kemudaratan).
Banyak pula yang menyatakan dan mengharapkan, dengan semakin banyaknya
informasi, maka akan semakin berkembang pula ilmu pengetahuan. Dan semakin
banyaknya pengetahuan masyarakat kita, maka makin mudah melakukan pengendalian
terhadap sesuatu yang tidak baik. Tapi, realitanya berbanding terbalik. Dalam
kehidupan masyarakat malah menghadpi kenyataan yang tidak terelakkan, yaitu
suatu perilaku-perilaku buruk dari seseorang dan kelompok dalam kehidupan
sehari-hari.
Nah, sekarang apa yang harus dilakukan oleh masyarakat kita supaya
perkembangan teknologi informasi yang tak terhambat lagi ini dapat bermanfaat
bagi kehidupan masyarakat?
Ziauddin Sardar kembali berpendapat, kita harus bisa memahami manfaat (efek
positif) dan mudarat (efek negatif) dari teknologi informasi, serta secara
sadar memanfaatkannya untuk mencapai tujuan-tujuan yang baik. Secara idealnya,
kita harus mengembangkan kecakapan khas dalam menciptakan dan memanfaatkan
teknologi informasi ini. Penggunaan alat-alat teknologi informasi bukan untuk
hiburan dan memenuhi keinginan belaka. Teknologi informasi harus dimanfaatkan
untuk kebutuhan-kebutuhan dan keperluan-keperluan dalam kehidupan kita.
Tantangan-tantangan teknologi informasi yang berkembang pesat hari ini
harus dihadapi dengan optimisme yang tidak berlebihan maupun pesimisme, tetapi
dengan tindakan penuh pertimbangan. Mempertimbangkan segala alat-alat teknologi
informasi saat ini, apakah ia memberikan kebaikan atau kemudaratan. Kita
menggunakannya bukan karena gengsi dan ikut-ikutan. Akan tetapi, menggunakan
teknologi informasi mengembangkan perkembangan imu pengetahuan dan kehidupan
masyarakat yang baik.[]
Penulis: Ibnu Arsib
Mahasiswa Fakultas Hukum UISU Medan
Ket.gbr: net/ilustrasi
Sumber gbr: http://it-kreativitas.blogspot.co.id/
No comments:
Post a Comment