YakusaBlog- “Parpol
Paham Keinginan Rakyat” demikian judul tulisan
(berita) dalam kabar Waspada, yang
terbit pada sabtu, 23 Desember 2017. Benarkah partai-partai politik (parpol)
paham apa yang menjadi keinginan rakyat? Dalam bahasa kids zaman now, cius...parpol-parpol
yang ada di Indonesia saat ini paham apa yang menjadi keinginan rakyat?
Belajar dari pengalaman yang lalu, parpol hanya banyak menebar janji-janji
palsu yang dibalut dengan retorika manis. Berkampanye di mana-mana, menyewa
artis hingga ustadz, banyak dilakukan
oleh parpol dengan tujuan merayu rakyat. Gombalan-gombalan busuk dibalut dengan
kain-kain yang diberi parfum. Berjanji memperjuangkan hak-hak rakyat, tooh...pedagang-pedagang kaki lima
digusur juga, sedangkan tempat-tempat maksiat kelas kakap dibiarkan terus
bebas.
Di era politik transaksional di Indonesia sekarang, betulkah parpol paham
akan kegiatan rakyat? Pertanyaannya, rakyat yang mana, rakyat yang menjadi
mafia, pengusaha bejat atau rakyat biasa? Cukupkah hanya paham saja apa yang
menjadi keinginan rakyat tanpa ada perbuatan yang nayata?
Jika parpol-parpol yang saat ini di Indonesia paham dan peduli pada rakyat
biasa, mengapa orang-orang yang duduk di parlemen (DPR dan DPRD)
terpecah-pecah? Tapi katanya perjuangannya untuk kepentingan rakyat,
ya...seharusnya mereka bersatu. Bahkan mayoritas parpol-parpol yang ada
kader-kadernya atau anggota parlemen dari parpol melakukan praktik korupsi.
Kebutuhan dan keinginan rakyat, baik materil dan non-materil sudahkah
diperjuangkan parpol? Atau parpol hanya memperjuangkan kepentingan
anggota-anggota dan para bankir-bankir yang memberi modal untuk
kampanye-kampanye.
Adakah hari ini parpol yang betul-betul memperjuangkan hak-hak rakyat yang
tergusur, peduli kepada petani, buruh, pendidikan, kesehatan, ekonomi dan
aspek-aspek kehidupan lainnya? Parpol di Indonesia saat ini hanya pandai merayu
rakyat supaya mendapatkan dukungan ketika pemilihan umum (pemilu). Setelah selesai,
What happened?
Orang-orang yang ada di partai politik masih sibuk memperkaya diri sendiri
dan kelompoknya, sehingga korupsinyapun merajalela. Parpol yang ada saat ini
semunya bunglon, haus akan uang dan kekuasaan. Anggota-anggota parpol yang
duduk di parlemen dan di eksekutif tidak membuat tidak membuat peraturan yang
menguntungkan rakyat, mulai dari pusat dan di daerah. Suatu regulasi hukum
mayoritas menguntungkan para pejabat dan parpol.
Baca juga: Politisi Tanpa Visi Ujung-Ujungnya KKN
Baca juga: Politisi Tanpa Visi Ujung-Ujungnya KKN
Golkar, Demokrat, Gerindra, PPP, PKS, PAN, Hanura, Nasdem dan parpol yang
lainnya, semuanya tidak jelas arah perjuangannya. Hari ini mereka
mengkampanyekan “ini” yang mereka lakukan “k” (korupsi). Di Pusat ada dua
kelompok gabungan parpol yang saling menghujat dan saling bertentangan. Apakah
itu persaingan yang serius atau hanya kamuflase politik, kita pasti
mengetahuinya. Kalau kita melihat ke daerah, parpol-parpol tersebut berteman
asal kepentingannya sama-sama di dapatkan. Hal tersebut merupakan potret parpol
di Indonesia saat ini.
Yang dilakukan parpol adalah manipulasi dan sandiwara yang dibalut retorika
akan kepedulian pada rakyat miskin atau rakyat biasa. Hari ini, parpol tidak
jelas apa yang menjadi identitas dan visi perjuangannya. Mereka mengajak rakyat
menguatkan persatuan dan kesatuan, tapi mereka mempertontonkan perpecahan. Sandiwara
mereka juga dilapisi Pancasila. Sungguh sangat susah saat ini mendapatkan
parpol seperti Masyumi, PNI, dan PKI.
Jika memang parpol paham akan kebutuhan atau keinginan rakyat, parpol
tersebut harus terus bersama rakyat dalam keadaan suka dan duka. Memperjuangkan
hak-hak rakyat. Tidak korupsi, tidak politik transaksional, dan tidak money politics. Jika tidak demikian,
sebagai rakyat, kita harus membuang parpol-parpol yang ada saat ini ke tong
sampah, atau kita buang ke dalam kloset.
Sebagai rakyat, kita jangan mudah terpengaruh oleh janji-janji manis yang
di dalamnya busuk dan bau. Jangan mudah terutang budi dengan sembako-sembako
yang dibagikan menjelang pemilu. Mereka (parpol-parpol) mengeluarkan banyak
uang, pastinya mereka akan menariknya lagi. Dengan cara apa mereka
mengembalikannya, ya...tentunya dengan cara korupsi dan bagi-bagi proyek di
sana-sini.
Sebagai rakyat kita harus cermat dan cerdas. Harus pintar dalam melihat dan
membaca perjuangan parpol. Apakah mereka hanya menarik dukungan, setelah
mendapat dukungan kemudian melupakan kita. Bagi saya, parpol-parpol yang ada
saat ini di Indonesia adalah lorong-lorong neraka. Karena dia (parpol) di isi
oleh kaum-kaum munafik, penipu, koruptor, pejudi, pemorkosa rakyat dan
penghianat cita-cita negara yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945,[]
Penulis: Ibnu Arsib
Mahasiswa Fakultas Hukum UISU Medan
Sumber gbr: https://news.okezone.com/
No comments:
Post a Comment