Tugas Intelektual Muda Muslim Zaman Now - Yakusa Blog

Yakusa Blog

Mewujudkan Komunitas Intelektual Muslim

Monday, 25 December 2017

Tugas Intelektual Muda Muslim Zaman Now


YakusaBlog- Saat ini sungguh banyak kalangan muda Muslim yang bergabung di organisasi-organisasi berbasis agama Islam. Ada di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Himpunan Mahasiswa Al-Wasliyah (HIMMAH), dan ada gabungan dari berbagai organisasi yang disebutkan tadi, yaitu Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia Muda (ICMI Muda).


Semuanya berasal dari kaum intelektual muda yang sedang bergelut dalam dunia ilmu pengetahuan dan berjuang untuk agamanya. Akan tetapi, hari ini umat Islam tidak merasakan akan peran dan perjuangannya. Jika ada pun, ia tidak lebih dari gerakan reaksioner, gerakan mengikut, dan gerakan yang bukan diinisiatori oleh kelompok-kelompok intelektual ini.
Terkadang diberbagai daerah di Indonesia ini, kita sering menemukan sesama organisasi tersebut saling menghujat. Kalau beda pendapat, ya itu wajar sekali. Yang jelas tujuannya tetap masih kepada arah Islam. dan yang lebih mirisnya lagi, kader-kadernya lebih memfokuskan dirinya pada politik praktis.
Sebagai intelektual muda Muslim yang bergabung di berbagai organisasi mahasiswa Islam, tugas kita hari ini ialah mempelajari dan memahami Islam sebagai aliran pemikiran yang membangkitkan kehidupan manusia, perseorangan maupun masyarakat.
Mengapa demikian, mempelajari dan memahami Islam sebagai aliran pemikiran? Karena, hari ini banyak mahasiswa Muslim yang hanya menganggap Islam hanya sekedar agama yang mengatur hubungan dengan Tuhan saja. Padahal, ajaran Islam sangat begitu sempurna dan mengatur segala hal tanpa terkecuali. Ada mahasiswa Muslim, tapi ia secara sadar dan tidak sadar berperilaku seperti kaum-kaum kapitalis dan komunis.
Nah, sekarang bagaimanakah cara kita mempelajari dan memahami Islam sebagai aliran pemikiran kita? Menurut Ali Syari’ati (terlepas dia orang Syi’ah, sebagai mahasiswa Muslim kita harus obyektif mengambil suatu kebenaran) cara-cara mempelajari dan memahami Islam sebagai aliran pemikiran, yaitu:
Pertama, seorang intelektual Muslim harus mengenal Allah, dan membandingkan-Nya dengan sesembahan agama-agama lain. Kedua, mempelajari dan memahami kitab Al-Qur’an, dan kemudian membandingkannya dengan kitab-kitab samawi dan juga kitab-kitab agama lainnya. Ketiga, mempelajari keperibadian Muhammad Rasulullah SAW. dan membandingkannya dengan tokoh-tokoh besar pembaharuan yang pernah hidup dalam sejarah. Keempat, mempelajari tokoh-tokoh Islam terkemuka dan membandingkan mereka dengan tokoh-tokoh utama agama maupun aliran-aliran pemikiran lain.
Menurut saya, tugas itu harus perlu kita tambahi di mana intelektual muda Muslim hidup di Abad Informasi, yaitu dapat memanfaatkan perkembangan teknologi saat ini untuk dakwah Islam, menyebarkan aliran-aliran pemikiran Islam, dan tidak terpengaruh hal-hal buruk dari teknologi informasi. Untuk memahami dan memanfaatkan sebaik-baiknya teknologi informasi tidak harus menjadi seorang ahli tekhnologi. Jika boleh meminjam kata-kata Ziauddin Sardar, kita cukup membuat pertimbangan-pertimbangan saat menggunakan alat-alat teknologi informasi, menimbang-nimbang baik dan buruknya. Apabila lebih memudaratkan dan bukan menjadi kebutuhan, maka pantas untuk ditinggalkan. Kita harus dapat mengontrol diri.
Sebagai intelektual muda Muslim zaman now, tentunya memikul amanah demi masa depan umat manusia yang lebih baik. Seorang intelektual muda Muslim harus menyadari tugas ini sebagai tugas pribadi dan apapun bidang studinya, dia harus senantiasa menumbuhkan pemahaman yang segar tentang Islam dan tentang tokoh-tokoh besarnya, sesuai dengan bidangnya masing-masing. Seperti yang kita sebutkan di atas tadi, Islam mempunyai berbagai dimensi dan aspek, maka setiap intelektual muda Muslim bisa menemukan sudut pandangan yang paling tepat sesuai dengan bidangnya.
Jika bidang studi yang kita minati tentang politik, maka kita harus menyusun politik Islam berdasarkan Islam dengan mempergunakan terminologi yang berasal dari Al-Qur’an, kepustakaan Islam, dan kepustakaan-kepustakaan yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam dalam segala aspek. Begitu juga dengan bidang-bidang studi yang lainnya.
Tidak ada perjuangan yang sia-sia. Dan tidak ada pula seseuatu yang menjadi kebetulan. Seperti kata Ali bin Abi Thalib, “kejahatan yang terorganisir dapat mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir.” Maka untuk itu, gerakan yang baik harus dimanajemen dengan baik, dan itu bagian dari tugas terbesar para intelektual muda Islam saat ini.[]

Penulis: Ibnu Arsib

Instruktur HMI Cabang Medan

Ket.gbr: net/ilustrasi
Sumber gbr: https://www.deviantart.com/

No comments:

Post a Comment