Telah disebutkan di muka, bahwa manusia adalah puncak
ciptaan, merupakan mahluk yang tertinggi dan adalah wakil dari Tuhan di bumi.
Sesuatu yang membuat manusia yang menjadi manusia bukan hanya beberapa sifat
atau kegiatan yang ada padanya, melainkan suatu keseluruhan susunan sebagai
sifat-sifat dan kegiatan-kegiatan yang khusus dimiliki manusia saja yaitu
Fitrah. Fitrah membuat manusia berkeinginan suci dan secara kodrati cenderung kepada
kebenaran (Hanief) (30:30). "Dlamier" atau hati nurani adalah
pemancar keinginan pada kebaikan, kesucian dan kebenaran. Tujuan hidup manusia
ialah kebenaran yang mutlak atau kebenaran yang terakhir, yaitu Tuhan Yang Maha
Esa (51:56, 3:156).
Fitrah merupakan bentuk keseluruhan tentang diri manusia
yang secara asasi dan prinsipil membedakannya dari mahluk-mahluk yang lain.
Dengan memenuhi hati nurani, seseorang berada dalam fitrahnya dan menjadi
manusia sejati.
Kehidupan dinyatakan dalam kerja atau amal perbuatanya
(19:105, 53:39). Nilai- nilai tidak dapat dikatakan hidup dan berarti sebelum
menyatakan diri dalam kegiatan-kegiatan amaliah yang kongkrit (61:2-3). Nilai
hidup manusia tergantung kepada nilai kerjanya. Di dalam dan melalui amal
perbuatan yang berperikemanusiaan (fitrah sesuai dengan tuntutan hati nurani)
manusia mengecap kebahagiaan, dan sebaliknya di dalam dan melalui amal
perbuatan yang tidak berperikemanusiaan (jahad) ia menderita kepedihan (16:97,
4:111).
Hidup yang penuh dan berarti ialah yang dijalani dengan
sungguh-sungguh dan sempurna, yang didalamnya manusia dapat mewujudkan dirinya
dengan mengembangkan kecakapan-kecakapan dan memenuhi keperluan-keperluannya.
Manusia yang hidup berarti dan berharga ialah dia yang merasakan kebahagiaan
dan kenikmatan dalam kegiatan-kegiatan yang membawa perubahan kearah
kemajuan-kemajuan baik yang mengenai alam maupun masyarakat yaitu hidup
berjuang dalam arti yang seluas-luasnya (29:6).
Dia diliputi oleh semangat mencari kebaikan, keindahan dan
kebenaran (4:125). Dia menyerap segala sesuatu yang baru dan berharga sesuai
dengan perkembangan kemanusiaan dan menyatakan dalam hidup berperadaban dan
berkebudayaan (39:18). Dia adalah aktif, kreatif dan kaya akan kebijaksanaan
(wisdom, hikmah) (2:269). Dia berpengalaman luas, berpikir bebas, berpandangaN
lapang dan terbuka, bersedia mengikuti kebenaran dari manapun datangnya 6:125).
Dia adalah manusia toleran dalam arti kata yang benar, penahan amarah dan
pemaaf (3:134). Keutamaan itu merupakan kekayaan manusia yang menjadi milik
daripada pribadi-pribadi yang senantiasa berkembang dan selamanya tumbuh kearah
yang lebih baik.
Seorang manusia sejati (insan kamil) ialah yang kegiatan
mental dan fisiknya merupakan suatu keseluruhan. Kerja jasmani dan kerja rohani
bukanlah dua kenyataan yang terpisah. Malahan dia tidak mengenal perbedaan
antara kerja dan kesenangan, kerja baginya adalah kesenggangan dan kesenangan
ada dalam dan melalui kerja. Dia berkepribadian, merdeka, memiliki dirinya
sendiri, menyatakan ke luar corak perorangannya dan mengembangkan kepribadian
dan wataknya secara harmonis. Dia tidak mengenal perbedaan antara kehidupan
individu dan kehidupan komunal, tidak membedakan antara perorangan dan sebagai
anggota masyarakat. Hak dan kewajiban serta kegiatan-kegiatan untuk dirinya
adalah juga sekaligus untuk sesama ummat manusia.
Baginya tidak ada pembagian dua (dichotomy) antara
kegiatan-kegiatan rohani dan jasmani, pribadi dan masyarakat, agama dan politik
maupun dunia akhirat. Kesemuanya dimanifestasikan dalam suatu kesatuan kerja
yang tunggal pancaran niatnya, yaitu mencari kebaikan, keindahan dan kebenaran
(98:5).
Dia seorang yang ikhlas, artinya seluruh amal perbuatannya
benar-benar berasal dari dirinya sendiri dan merupakan pancaran langsung dari
pada kecenderungannya yang suci yang murni (2:207, 76:89). Suatu pekerjaan
dilakukan karena keyakinan akan nilai pekerjaan itu sendiri bagi kebaikan dan
kebenaran, bukan karena hendak memperoleh tujuan lain yang nilainya lebih
rendah (pamrih) (2:264). Kerja yang ikhlas mengangkat nilai kemanusiaan
pelakunya dan memberinya kebahagiaan (35:10). Hal itu akan menghilangkan
sebab-sebab suatu jenis pekerjaan ditinggalkan dan kerja amal akan menjadi
kegiatan kemanusiaan yang paling berharga. Keikhlasan adalah kunci kebahagiaan
hidup manusia, tidak ada kebahagiaan sejati tanpa keikhlasan dan keikhlasan
selalu menimbulkan kebahagiaan.
Baca juga: Bab V : Individu dan Masyarakat
Hidup fitrah ialah bekerja secara ikhlas yang memancarkan
dari hati nurani yang hanief atau suci.[]
Sumber: Teks NDP HMI Bab II, Hasil-Hasil
Kongres HMI XXIX. Hal: 145-146.
No comments:
Post a Comment