YakusaBlog- Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), sebagaimana organisasi yang berazaskan
Islam (pasal 3 AD HMI), tentulah menjadikan ajaran Islam yang bersumber dari
Al-Qur’an dan Hadist sebagai dasar pemikiran dan dasar perjuangan. Jikalau kita
tinjau kembali kebelakang, berdirinya HMI disebabkan salah satu karena faktor
di mana pada masa itu (pra-HMI) mahasiswa Islam berada dalam cengkraman
paham-paham sesat. Organisasi-organisasi yang beraliran sekuler menjamur
dikalangan mahasiswa Islam di Indonesia, sehingga mengakibatkan ide-ide westernisasi (kebarat-baratan) dapat
berkembang pesat. Ditambah lagi berkembangnya ide-ide sosialis-komunisme yang
tambah menyesatkan mahasiswa Islam di Indonesia.
Dengan semakin kencangnya persaingan ideologi di kalangan mahasiswa, demi
mempertahankan ide-ide Islam di HMI, maka kader-kader HMI mulai menyusun suatu
kurikulum pendidikan pada tahun 1950-an dan 1960-an, sehingga muncullah istilah
perkaderan HMI hingga sampai yang kita rasakan saat ini, walau di sana-sini
terdapat perbedaan. Akan tetapi, tujuannya tetap sama, yaitu peningkatan
kualitas mahasiswa Islam yang bergabung dengan HMI (internal), dan pengabdian
pada ummat dan negara (eksternal).
Sedikit berbicara di zaman rezim Soeharto, terkait paham-paham yang kita
katakan sesat, yang menyimpang dari Pancasila (sebagaimana maksud rezim
Soeharto) harus dibubarkan. Maka pada tahun 1966 lewat TAP MPRS Nomor XV,
ideologi-ideologi Komunisme, Marsxisme, Leninisme dan simpatisan-simpatisannya
dilarang di Indonesia. Memang itu layak dilakukan Soeharto, karena sangat
menyesatkan pemikiran dan terus memunculkan kegaduhan, bukan memberikan solusi
yang tepat.
Kembali kepada pembicaraan di zaman tersebut, paham-paham sesat yang
bertentangan dengan Pancasila tidak diperbolehkan berkembang, baik lewat tulisan-tulisan
atau pun bentuk-bentuk diskusi. Ditambah lagi, pada tahun 1980-an, Soeharto
mensahkan Undang-Undang terkait azas tunggal organisasi. Di mana setiap
organisasi kemasyarakatan dan kemahasiswaan harus berasaskan Islam. Mau tidak
mau HMI pun ikut beradaptasi, sehingga memunculkan polemik pada Kongres XVI di
Padang.
Setelah pemerintahan Soeharto tumbang pada tahun 1998, di mana isu
reformasi dan demokrasi selalu didengungkan oleh rakyat Indonesia, maka hal itu
pun tercapai. Sehingga secara hukum ketatanegaraan, Undang-Undang Dasar 1945
(UUD 1945) diubah (amandemen) sebanyak empat kali, dari tahun 1999 sampai tahun
2002. Isu-isu Hak Asasi Manusia (HAM) mulai dibicarakan, penyebaran
ideologi-ideologi sesat, seperti sekularisme, liberalisme, kapitalisme, sosialisme,
komunisme dan sebangsanya menjamur di Indonesia. Di sana-sini mulai ditemukan
atau diterbitkannya buku-buku berpaham kiri (sesat) yang sangat bertentangan
dengan agama dan ruhnya bangsa Indonesia.
Perlu saya jelaskan di sini, yang saya maksudkan dengan paham sesat adalah
ideologi-ideologi yang menyesatkan manusia, terkhususnya kader-kader HMI, baik
secara fisik maupun non-fisik. di mana ideologi-ideologi tersebut adalah
turunan daripada aliran filsafat materialisme (yang menuhankan materi) dan aliran
filsafat rasionalisme (menuhankan akal). Seperti adanya, paham
sosialisme-komunisme, kapitalisme, liberalisme, relativisme, positivisme,
sekularisme, dan paham-paham sesat lainnya. Singkatnya, paham sesat yang tidak
perlu diikuti oleh seorang kader HMI yaitu paham yang tak berdasarkan Islam.
Seiring perkembangan zaman, penyebaran paham-paham sesat tersebut pun ikut
berkembang. Bahkan, paham-paham sesat yang kita maksudkan tadi secara sadar
atau tidak sadar masuk ke dalam diri kader atau ke dalam HMI itu sendiri.
Dengan kecanggihan tekhnologi sekarang, lewat pendekar-pendekar ideologi kiri
(paham sesat), mereka memanfaatkan tekhnologi informasi untuk menyebarkan
paham-paham komunisme, liberalisme, kapitalisme, sekularisme dan yang lainnya.
Dalam penyebarannya, mereka pun mendesain suatu kegiatan agar dengan mudah
menyebarkan paham-paham sesat tersebut, baik itu lewat penerbitan buku-buku dan
lewat tulisan-tulisan di media online.
Tidak jarang, kader-kader organisasi Islam, khususnya kader HMI terpengaruh
olehnya. Bahkan kader kita menjadi ide-ide komunisme menjadi bagian daripada
solusi terkait keadaan ini. Padahal jika kita nilai secara objektif,
sosialisme-komunisme itu tidak dapat memberikan solusi yang tepat, karena
ajaran dan doktrinnya sudah sesat.
Terkadang, di dalam lingkungan kader-kader HMI, dengan bangganya
mengemukankan teori komunisme, liberalisme, sekularisme, dan kapitalisme. Ia
tidak bangga dengan teori-teori Islam yang bersumber dari Allah Swt. bahkan
kader-kader kita ada yang mulai meragukan ajaran agamanya. Ia menganggap bahwa
ideologi sesat tersebut menjadi solusi atas permasalahan. Padahal kalau kita
tilik ke negara-negara asal paham-paham tersebut, semuanya telah gagal.
Kader-kader kita terkadang lebih bangga membawa buku Das Kapital, MADILOG,
Manifesto Komunis, dan buku-buku murahan lainnya. Kader-kader kita lebih rajin
membawanya ke mana-mana kemudian membukanya dibanding membawa dan membaca
Al-Qur’an dan Hadist. Sesuatu keadaan kader yang sudah kronis dalam pemikiran.
Kader HMI, tapi tidak berdasarkan pemikiran yang Islam.
Apa yang harus dilakukan?
Menurut saya, untuk menangkal dan majaga kader-kader HMI dari virus-virus
paham sesat yang kita maksudkan di atas tadi, ada beberapa hal yang harus
dilakukan, yaitu:
Pertama, Islam harus betul-betul menjadi nafasnya seorang kader HMI. Artinya,
dengan Islam sebagai nafasnya, setiap kehidupannya harus dilandaskan dengan
Islam. maksudnya juga, Islam jangan hanya dijadikan agama dalam bentuk pasif,
tapi Islam sebagai agama dan ideologi harus diaktivitaskan dalam kehidupan
sehari-hari di segala aspek.
Kedua, perkaderan yang mana menjadi tembok pertahanan HMI harus betul-betul bisa
mengajarkan nilai-nilai Islam dalam perkaderan. Dalam perkaderan harus
dijelaskan betapa sesatnya ideologi-ideologi yang kita maksudkan tadi. Dari
perkaderan yang melahirkan tulang punggung organisasi (kader) harus yang
berjiwa Islami dan berakhlak.
Ketiga, soerang kader HMI harus menguatkan dasar pengetahuan keislamannya. Dengan
membaca Al-Qur’an dan mempelajarinya. Membaca dan mempelajari Hadist Rasulullah
Saw. dan membaca buku-buku hikmah lainnya yang ditulis oleh orang-orang sholeh.
Keempat, mempelajari dan tanpa mengikuti ajaran-ajaran sesat tersebut, akan tatapi
pengetahuan dasarnya harus kuat. Karena jika kita tidak mempelajarinya, kita
tidak tahu di mana letak kesalahannya.
Kelima, sebagai gerakan bersama, setiap kader HMI harus saling mengingatkan dan
saling berbagi pengetahuan. Saling mengingatkan agar pikiran seorang kader
tidak terjerumus ke dalam lembah sesat tersebut. Dan kemudian mengamalkan apa
yang menjadi perintah Islam (Al-Qur’an dan Hadist) dan missi HMI.
Selain dari yang saya sebutkan di atas, pastinya masih banyak lagi
usaha-usaha yang harus dilakukan untuk membendung masuknya paham-paham sesat
tersebut dan atau mengkrantina kader-kader HMI yang telah terpengaruh oleh
virus-virus paham sesat yang kita maksudkan tadi.[]
Penulis: Ibnu Arsib
Instruktur HMI Cabang Medan
No comments:
Post a Comment