YakusaBlog- Lahirnya
suatu organisasi tentulah mempunyai suatu tujuan, di mana tujuan itu terkadang
berangkat dari suatu permasalahan yang sedang dihadapi dan atau berangkat dari
suatu cita-cita yang ingin di capai. Setiap organisasi akan menggariskan
tujuannya dalam konsep pemikiran sehingga menjadi landasan aktivitas suatu
organisasi.
Himpunan
Mahasiswa Islam atau yang lebih akrab disebut dengan singkatan HMI, adalah
organisasi mahasiswa Islam tertuaa di indonesia, berdiri sejak tahun 1947. HMI
secara sosial-historis telah mengakar di negeri tercinta ini. Ruh-ruh HMI tidak
dapat lagi dipisahkan dengan negara ini.
Tiga Pilar Pemikiran HMI
Sejak
kelahirannya, HMI telah menggariskan ide-ide pemikiran dalam pola lakunya, baik
secara institusi maupun individual seorang kader. Pemikiran HMI berangkat dari
latar belakang keadaan yang dialami pada masa itu, sebelum HMI berdiri hingga
sampai akhir ini, HMI masih konsisten berada ditengah-tengah perubahan sosial.
Dalam
tulisan sederhana ini, penulis mengistilahkannya “Tiga Pilar Pemikiran HMI”, kalau
kita lihat dalam bukunya Hariqo Wibawa Satria (2011) tiga pilar tersebut
diistilahkan dengan “Wawasan”. Tiga pilar pemikiran yang kita dimaksud adalah
Pemikiran Keislaman (Keagamaan), Pemikiran Keindonesiaan (Kebangsaan) dan
Kemahasiswaan (Perguruan Tinggi/Keilmuan). Dalam sejarah berdirinya HMI,
kondisi dari tiga tersebut menjadi latar belakang berdirinya HMI di Indonesia.
Tiga pilar pemikiran tersebut hingga sampai akhir ini mengakar dalam diri HMI
yang diaplikasikan oleh kader-kadernya. Tiga pilar tersebut menjadi ciri khas
organisasi HMI.
A. Pemikiran Keislaman
Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin menjadi nafas HMI.
Pilar ini, bentuk daripada ciri khas HMI bahwa organisasi ini adalah suatu
organisasi yang mengakui suatu agama (Islam) sebagai pemikirannya. Lafran Pane
(2015), seorang pendiri HMI mengatakan, sebagai organisasi kader, HMI
menginginkan mahasiswa yang beragama Islam mengenal dan menghayati ajaran
agamanya, serta mengamalkannya di mana pun dia berada. Tentunya penghayatan dan
pengenalan agama tersebut disesuaikan dengan atribut kemahasiswaannya yang
lebih menekankan pada etos keintelektualan.
Pemikiran
Keislaman ini juga terlihat dari tujuan HMI dahulu sebelum ada perubahan, yaitu
pada poin yang kedua, di mana disebutkan menegakkan
dan mengembangkan ajaran agama Islam, yang mengandung makna: 1). Pengamalan
ajaran agama Islam, 2). Keharusan pembaharuan pemikiran dalam Islam, dan 3).
Pelaksanaan dan pengembangan dakwah Islamiyah.
Perlu kita
ketahui bahwa, dalam pemikiran Keislaman di HMI, tidak pernah mempertentangkan
Islam yang bagaimana. Maksudnya, tidak ada permasalahan dari golongan Islam mana
seorang kader tersebut berangkat. Baik dari keluarga Muhammadiyah, Nahdathul
Ulama, Syi’ah, Al-wasliyah dan golongan Islam lainnya, selagi dia Islam,
kitabnya Al-quran dan Hadist, Tuhannya Allah SWT dan Nabinya Muhammad SAW,
diterima masuk dalam HMI. Organisasi ini bergerak secara independen, tidak
berada dalam naungan organisasi keagamaan dan tidak pula dalam naungan
pemerintah.
Di HMI, tidak
ada perdebatan masalah mazhab yang
diikuti. Secara pelaksaan syariat Islam yang sifatnya fiqqiyah dikembalikan kepada kadernya masing-masing. Tidak ada
perdebatan antar kader HMI, mana yang benar dan mana yang salah. Misalnya, terkait
melakukan qunut atau tidak melakukan
dalam shalat Shubuh. Dalam pemikiran keagamaan ini, yang ditekankan adalah
bagaimana agar supaya kader-kadernya bertakwa kepada Allah SWT.
B. Pemikiran Keindonesiaan
Maksud dari pilar
pemikiran ini, HMI sangat identik dengan pemikiran kebangsaannya. Organisasi
ini bergerak sepanjang sejarahnya telah mempertahankan Indonesia, bahkan ikut
andil mengusir penjajah ketika penjajah melakukan Agresi Militer ke Indonesia.
Bukan hanya itu, HMI ikut andil dalam mempertahankan Indonesia dari bahaya
komunis yang ingin menghancurkan negara Indonesia dengan membentuk negara
sendiri, yaitu dikenal dengan peristiwa Madiun tahun 1948 yang dipimpin oleh
Muso.
HMI akan menjadi
garda terdepan mempertahankan Indonesia ketika ada oknum-oknum atau kelompok
yang ingin meruntuhkan keutuhan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Hal ini
telah dibuktikan oleh perjuangannya ketika adanya ancaman meruntuhkan negeri
ini. Kondisi keindonesiaan/kebangsaan adalah bagian daripada latar belakang pemikiran
berdirinya HMI.
Hal di atas
dapat kita buktikan dengan tujuan awal berdirinya HMI, yaitu mempertahankan negara Republik Indonesia,
dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia. Hariqo lebih lanjut menuliskan
bahwa, tujuan tersebut memiliki lima makna pemikiran, yaitu: 1). Aspek politik,
membebaskan bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan; 2). Aspek pendidikan,
mencerdaskan kehidupan bangsa; 3). Aspek ekonomi, menyejahterakan kehidupan
rakyat; 4). Aspek budaya, membangun budaya-budaya yang sesuai dengan
kepribadian bangsa Indonesia; 5). Aspek hukum, membangun hukum yang sesuai
dengan kepentingan seluruh rakyat Indonesia.
C. Pemikiran Kemahasiswaan
Pemikiran ini
menekankan bahwa HMI adalah organisasi kemahasiswaan yang berorientasi
keilmuan, dengan kewajiban menuntut dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi sebagai kunci kemajuan, bagi terwujudnya intelektual Islam.
Pembangunan Indonesia merdeka jauh lebih berat daripada sekedar merebut
kemerdekaan. Karena itu, perlu ada pembinaan dan pengembangan calon cendekiawan
yang memiliki pengetahuan luas di segala bidang dengan dasar iman dan takwa
kepada Allah SWT.
Lafran Pane
(2015) mengatakan, HMI adalah organisasi kader yang lahir karena kebutuhan
politik mahasiswa. Kondisi politik yang melingkupi ketika itu merangsang
beberapa mahasiswa untuk membentuk suatu organisasi yang bisa berguna bagi
masyarakat, bangsa, dan agama.
HMI yang
berstatus sebagai organisasi mahasiswa memainkan peranannya yang sangat
strategis, yakni pembentukan dan pembinaan terhadap mahasiswa, sebagai calon
cendekiawan dan pemimpin di masa mendatang, yang bergumul akrab dengan ilmu
pengetahuan. Mahasiswa Muslim yang bergabung di HMI menjadi lokomotif
modernisasi yang didasari agama Islam dan dibingkai dengan ideologi
Keislaman-Keindonesiaan dan Kemahasiswaan.
Penutup
Tekad tiga
pemikiran HMI di atas yang merupakan ciri khasnya menjadikan ia selalu diminati
oleh banyak orang, baik mahasiswa Muslim yang ingin bergabung, maupun khalayak
ramai. Di samping itu, HMI dapat eksis terus dalam kurun waktu dan setiap
perjalanan sejarah kenegaraan dan kebangsaan Indonesia.
Jadi, pada garis
besarnya, pemikiran HMI lahir hanya untuk kepentingan nasional dan kepentingan
Islam yang di perankan oleh Mahasiswa sebagai generasi penerus. Dengan kata
lain, kelahiran pemikiran HMI merupakan manifestasi kepedulian mahasiswa pada
waktu pembentukannya untuk ikut berperan dalam menegakkan dan menyiarkan Islam.
Hal ini dapat dibuktikan dengana kiprah HMI sepanjang perjalanan sejarah
Indonesia yang telah menjadikan kadernya Intelektual-Muslim dan
Muslim-Intelektual.
Oleh: Ibnu Arsib Ritonga
Kader HMI Cabang Medan
Catatan: Tulisan di atas sebelumnya telah dimuat di http://mudanews.com/2017/03/14/6301/ dengan judul Tiga Pemikiran HMI
Sumber gambar ilustrasi: http://hmikuyakusa.blogspot.co.id/
No comments:
Post a Comment