Pemuda Muslim Dalam Pengaruh Westernisme dan Xenomaniac - Yakusa Blog

Yakusa Blog

Mewujudkan Komunitas Intelektual Muslim

Tuesday, 4 April 2017

Pemuda Muslim Dalam Pengaruh Westernisme dan Xenomaniac


YakusaBlog- Di tengah derasnya arus modernisasi yang ditandai dengan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi (IPTEK) dan kemajuan rasionalisasi seharusnya menjadi suatu kebahagiaan bagi manusia. Akan tetapi, kemajuan-kemajuan tersebut tidak dapat dimanfaatkan oleh kita kelompok pemuda, terkhususnya pemuda Muslim dalam kehidupan sehari-sehari.

Kemajuan zaman saat ini, seharusnya membuat pemuda-pemuda lebih kreatif dan produktif. Ternyata, keadaan yang kita lihat hari ini jauh dari apa yang sebaiknya dilakukan. Dengan sarana-prasarana yang lengkap, dalam semua hal, membuat pemuda lebih cenderung menjadi masyarakat yang konsumerisme.

Banyak penyimpangan-penyimpangan yang terjadi saat ini, baik secara fisik maupun non-fisik yang dilakukan oleh pemuda kita saat ini. Modernisasi disalah artikan dan disalah gunakan. Abul A’la Maududi (1989), dalam tulisannya yang berjudul Pemuda & Tantangan Abad Modern, mengatakan ditengah abad modern sekarang, ada sekelompok pemuda yang menerima dengan senang hati segala bentuk penipuan, penyelewengan dan jebakan syetan. Mereka ikut serta dalam berbagai kenikmatan gila dan keserakahan.

Dalam kehidupan saat ini, menurut penulis, yang lebih miris adalah adanya pandangan dari pemuda-pemuda Muslim yang ingin memisahkan agama dari kehidupannya, seperti ingin memisahkan agama dari politik, hukum, pendidikan, ilmu pengetahuan, ekonomi dan aspek-aspek lainnya. Nah, menurut penulis, hal ini terjadi karena adanya sesuatu yang mempengaruhi pemuda-pemuda Muslim tersebut. Dia telah menjadikan sesuatu selain ajaran agamanya menjadi way of life atau pandangan hidup.

Pengaruh Westernisme

Banyak pihak yang mengatakan bahwa pengaruh westernisasi dihasilkan karena modernisasi, sebagian pihak lain tidak sependapat. Nurcholish Madjid, salah satu tokoh yang tidak sependapat dengan pihak yang mengatakan bahwa modernisasi adalah westernisasi, dia sangat menerima modernisasi. Dia berpendapat bahwa modernisasi adalah rasionalisasi yang ditopang oleh dimensi-dimensi moral, dengan beranjak pada prinsip keimanan pada Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan westernisme, yang sangat ditolaknya, adalah suatu keseluruhan paham yang membentuk suatu total way of life (pandangan hidup atau ideologi-peny), yang didalamnya faktor yang paling menonjol di dalamnya adalah sekularisme dengan segala percabangannya (seperti liberalisme-peny). (Nurcholish Madjid, 2008:21)

Kita memang harus bisa membedakan pengaruh antara westernisme dengan pengaruh budaya-budaya immoral dari bangsa-banga lain, terkhususnya budaya bangsa Barat. Perilaku-perilaku seperti berpakaian yang tidak sopan (menunjukkan aurat dan bentuk tubuh), lagu-lagu yang tidak mendidik, film-film cabul, dan seterusnya, dengan tegas harus ditolak secara perkataan dan perbuatan oleh kita pemuda Muslim. Karena, secara ajaran agama, perilaku-perilaku tersebut sangat dilarang.

Pengaruh westernisme, yang motori oleh Barat, adalah faktor sekularisme dengan cabang-cabangnya, antara lain idalah liberalisme, dan puncak sekularisme adalah ateisme. Kalau diukur dengan ajaran Tuhan Yang Maha Esa, liberalisme adalah suatu ajaran yang salah dan harus ditentang. Memang, patut dihargai atas pemikirannya (liberalisme) tentang kemerdekaan individu. Akan tetapi, jikalau kemerdekaan individu tidak terbatas, itu adalah suatu yang sangat membahayakan kehidupan masyarakat.

Kalau kita tarik kembali ke dalam sejarah Indonesia ketika dalam kekuasaan Belanda (kaum penjajah), mereka menanamkan westenisasi lewat pendidikan-pendidikan, hukum, politik dan memasukkan budaya-budaya dari Barat. Orang yang paling berpengaruh dalam westernisasi (pem-Barat-an) adalah Snouck Hurgronje. Dengan nasihat-nasihatnya kepada Pemerintahan Kolonial Belanda untuk menghadapi umat Islam.

Pengaruh Xenomaniac

Pengaruh ini (xenomaniac) tidak jauh berbeda dengan pengaruh westenisme. Pengaruh ini memang terlihat pada praktiknya yang lebih terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku pemuda kita atau masyarakat kita sehari-hari. Secara jujur, penulis begitu miris dengan pemuda kita saat ini. Kita dahulunya dijajah oleh orang-orang Barat (Kolonial Belanda) dan sekarang dijajah oleh Amerika Serikat (Imperialis), akan tetapi dengan gegap gempita kita menerima saya budaya-budaya yang datang dari mereka, sehingga perlahan-lahan ajaran agama dan budaya asli Indonesia hilang. Yang lebih miris lagi, kita harus mempelajari bangsa Asing dan Asong, padahal kita bekerja dinegeri sendiri. Lantas apakah arti Xenomaniac ini?

Xenomaniac adalah suatu kelompok yang tergila-gila dengan orang asing dan khususnya tergila-gila dan kekaguman yang berlebihan pada budaya Barat.(Imam Khumaini, 2010: 27). Kekaguman pada budaya Barat yang berlebihan itu dapat merusak jati dirinya sendiri. Rakyat Indonesia, terkhususnya pemuda kita, kehilangan jati dirinya, tidak ada kepercayaan diri, diakibatkan terlalu sering mencontoh budaya-budaya Barat dengan menerima begitu saja (taqlid).

Apa yang Harus Dilakukan?

Terkait pengaruh yang kedua di atas, yang takhenti-hentinya mempengaruhi pemuda kita, terkhususnya pemuda Muslim dipengaruhi supaya meninggalakan ajaran agamanya. Dalam hal ini, Abu A’la Maududi menyarankan kepada pemuda Muslim supaya:

Pertama, hendaknya pemuda Muslim mempelajari dan mengetahui secara utuh hidayah (Al-Qur’an) yang Allah turunkan kepada Rasulullah SAW. Imani hidayah itu dengan tulus dan ikhlas sepenuh hati. Jadikan ia bagian dari kehidupanmu di dunia ini sebagai kalimatullah membumbung tinggi dan kalimatul kufri hina mereka.

Kedua, hendaknya pemuda mempersenjatai dirinya dengan akhlak atau budi pekerti, sehingga penyeru-penyeru kesesatan (Xenomaniac – peny) mengubah haluan hidupnya sama sekali, dan para pengikut mereka kembali kepada kebenaran, jalan yang lurus bagi fitrah manusia.

Selain apa yang dikatakan di atas, Maududi juga menyarankan supaya pemuda-pemuda yang sadar harus terus melakukan seruan-seruan kebajikan sebagai gerakan penyadaran, bahwa pemuda-pemuda Muslim jangan sampai meninggalkan ajaran agamanya. Zaman modernisasi dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi harus dapat dimanfaatkan untuk kebaikan manusia di dunia dan di akhirat nanti. Karena, agama Islam tidak pernah melarang akan pemenuhan suatu ilmu pengetahuan. Hal ini deperkuat oleh Rasullah SAW dengan mangatakan Tuntutlah ilmu hingga ke negeri Cina”.


Penulis : Ibnu Arsib Ritonga
Kader HMI Cabang Medan

Sumber ilustrasi gambar: https://miftahtian.blogspot.co.id/

No comments:

Post a Comment