YakusaBlog- Saat
saya bongkar-bongkar koleksi buku yang ada di
dalam rak buku perpustakaan mini Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat
Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sumatera Utara (UISU), kemudian saya memilih
salah satu buku yang berwarna coklat. Ketika saya membuka halaman pertama buku
itu, saya tersenyum sendiri membaca tulisan stiker
yang tertempel di halaman pertama buku tersebut.
Di
halaman pertama buku itu, sebuah stiker
bertuliskan “ Alim Collection. Buku
selalu lebih setia ketimbang pacar yang cantik. Ilmu tidak pernah habis walau
kiamat. 28 Agustus 1998.” Buku itu adalah sumbangan salah satu Alumni HMI
kepada Pengurus HMI Komisariat FE UISU. Maksud dari kata “Alim Collection” itu
berarti “Koleksi Alim”. Kata “Alim” mungkin nama panggilan alumni yang telah
menyumbangkan buku tersebut. Stiker
tersebut, kemungkinan besar ditempel pada 28 Agustus 1998, berarti sudah lama
sekali, lebih tiga puluh tahun.
Pembicaraan
yang menarik dalam tulisan sederhana ini terkait tulisan stiker tersebut adalah kata-kata motivasinya, yaitu “Buku lebih
setia ketimbang pacar yang cantik”, dari tulisan tersebut saya mengangkatnya menjadi
judul tulisan. Dan maksud saya tidak semata-mata menuliskan tafsir berlebihan
terkait tulisan dalam stiker
tersebut.
Buku
tersebut, mungkin buku pegangannya saat bermahasiswa. Kalau dilihat dari sisi
psikologis, penyumbang buku tersebut (alumni) adalah orang yang sangat tekun
membaca, punya banyak buku, samapi-sampai menempelkan stiker dengan tulisan seperti yang disebutkan tadi. Tulisan dalam stiker itu juga menjadi motivasinya,
mengingatkannya supaya terus membaca dan menjadikan buku sebagai ‘pacarnya’.
Sepatutnya
memang setiap mahasiswa harus tekun membaca buku. Apa lagi yang diandalan oleh
setiap mahasiswa kalau bukan keluasan wawasannya? Untuk mendapatkan keluasan
wawasan, buku menjadi fasilitas pertama yang dapat memenuhinya, selain cara
yang lain. Setiap mahasiswa juga harus berorientasi kepada ilmu. Karena ilmu
tiada habisnya sampai kiamat dan ilmu dapat menyelamatkan manusia dari
kebodohan, dan juga dari ketidaktahuan.
Saya
tidak membicarakan secara luas dan secara ilmiah tentang pentingnya buku,
pentingnya membaca, pentingnya ilmu, bagaimana memperolehnya dan tidak membahas
tentang pacaran dalam tulisan tulisan ini. Saya percaya bahwa setiap mahasiswa
pasti sudah mengetahuinya, akan tetapi kesadaran akan statusnya sebagai
mahasiswa lah yang belum tumbuh.
Pada
pembicaraan ini, saya hanya mengajak kita semua merenungkan dan menarik nilai
moril dari pesan tulisan tersebut. Ada pesan moril yang sangat baik untuk kita
tangkap sebagai seorang mahasiswa, seorang pemuda atau seorang pelajar yang
bergelut dalam dunia ilmu, dalam dunia pendidikan dan dalam dunia pembelajaran.
Saya pertegas kembali, mencari ilmu pengetahuan adalah tujuan utama kita,
jangan sampi itu terkendala. Membaca buku adalah suatu jalan yang efektif untuk mendapatkannya. Buku adalah
harta termahal seorang mahasiswa atau pelajar. Buku menjadi ‘teman’ setia dan
‘pacar’ setia setiap orang, khususnya kita sebagai seorang pelajar dengan
status mahasiswa.
Selamat
Hari Buku Sedunia...!!!
Penulis: Ibnu Arsib Ritonga
Kader HMI Cabang Medan
No comments:
Post a Comment