Nilai-Nilai Yang Hilang (Simbol-Simbol Islam Di Indonesia) - Yakusa Blog

Yakusa Blog

Mewujudkan Komunitas Intelektual Muslim

Saturday, 24 July 2021

Nilai-Nilai Yang Hilang (Simbol-Simbol Islam Di Indonesia)


Telah sampai pada kita dimana risalah yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman guna sebagai petunjuk dalam kehidupan selama nafas masih berhembus hingga kembali pada sang pencipta. Perjalanan panjang yang dilewati oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabat dalam memperbaiki akhlak umat manusia.


Kita sepakati bahwasanya Nabi pertama yang diciptakan oleh Allah SWT adalah Nabi Adam As, yang mana diberikan pengetahuan akal yang luas sehingga dapat menyebutkan nama-nama yang berada di bumi, sampai pada suatu peristiwa Nabi Adam As dan Hawa diturunkan ke bumi yang menjadi cikal bakal peradaban ras manusia dimuka bumi.


Dari peristiwa diatas sudah pastinya Nabi Adam As mengajarkan kepada keluarganya bertauhid pada Allah SWT tanpa menyekutukkannya yang mana berlangsung pada Nabi-Nabi setelahnya. Akan tetapi dari peristiwa penciptaan Adam, Iblis enggan untuk sujud padanya dan menjadi musuh kekal dari manusia hingga akhir waktu nanti menghasut dan merusak akhlak, polapikir, dan perilaku menyimpang pada manusia.


Itulah mengapa tugas dari para Nabi-Nabi sangat berat yaitu memperbaiki akhlak manusia sehingga manusia itu sendiri kembali pada sang pencipta dan kembali kepada sejarah awal yang mana bertakwa kepada Tuhan yang maha esa (Allah SWT).


Tugas berat tersebut berlangsung sampai pada masa kenabian Muhammad SAW menyampaikan risalah kitab suci yang mana dari ajaran tersebut perlahan-lahan akhlak manusia dapat kembali kepada Rabb nya yang maha Esa dan menjadi nilai-nilai yang sangat dalam untuk terus disosialisasikan kepada manusia lain antar sesama manusia.


Dari penerapan nilai-nilai yang dibawakan oleh Nabi Muhammad SAW kepada umat Islam, menjadikannya pemimpin umat muslim dunia atas risalah dan perbuatannya yang luhur, dalam pikiran saya sendiri, sudah jelas tujuan Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menjadikan dirinya pemimpin umat muslim apalagi sebagai raja atau kepala negara pemerintahan umat Islam pada saat itu karena tujuan beliau adalah memperbaiki akhlak manusia itu sendiri, akan sangat sempit apabila kita mensematkan Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin negara, pemerintahan, raja, ataupun kelompok bangsa arab pada masa itu.


Estapet nilai-nilai tersebut terus berjalan sampai pada sahabat Nabi Muhammad SAW menjadi pemimpin para umat Islam dunia melalui inisiatif musyawarah umat muslim pada saat itu yang sangat membutuhkan pengganti sosok pemimpin yang dapat menerapkan nilai-nilai Islamiah tersebut setelah rasa terpukul atas wafatnya Nabi Muhammad SAW.


Akan tetapi tetap saja dalam penerapan nilai-nilai tersebut ada pelaku yang tidak sepakat dalam penerapan nilai-nilai islamiah disekitarnya yang menyebabkan perselisihan diantara umat muslim tersebut sehingga menewaskan para pemimpin pada masa itu, berbeda dengan masa kepemimpinan Nabi Muhammad SAW yang cenderung perselisihan terjadi bukan antar sesama umat Islam.


Apakah nilai-nilai tersebut terputus setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW sampai pada masa sekarang yang dapat kita lihat disekeliling kehidupan kita, terutama Indonesia. Bermacam-macam aliran, bermacam-macam organisasi Islam, bermacam-macam partai politik Islam, dan bermacam-macam perspektif dalam menafsirkan terminology Islam itu sendiri.


Keberagam tersebut seyogyanya dapat menjadi kekuatan bagi umat islam di Indonesia itu sendiri, dengan ada di segala lini kehidupan sekitar masyarakat Indonesia dalam mengedukasi maupun menjaga kerukunan sosial. akan tetapi realitanya simbol-simbol tersebut malah menjadi ajang kekuatan antar kelompok masing-masing mengupayakan kepentingan masing-masing warna bendera.


Islam lebih universal dari simbol-simbol tersebut, menjadi ajang perpolitikan yang dapat memecah kekuatan umat Islam. Islam sekarang bagi saya sama seperti masa para sahabat yang terpecah-pecah menjadi beragam-ragam golongan yang mementingkan golongannya masing-masing yang mana menjadi boomerang bagi kekuatan itu sendiri dengan celah yang terlihat, maka pihak-pihak X dapat dengan mudah mengadu domba kesatuan umat muslim khususnya di Indonesia yang menimbulkan rasa tidak peraya satu kelompok dengan kelompok yang lain.


Bukan saya tidak pro kepada simbol-simbol kelompok Islam, akan tetapi nilai-nilai yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW bagi saya telah hilang dalam penerapan nilai Islam khususnya di Indonesia jika kita melihat realita yang terjadi disekeliling kehidupan kita yang mana semestinya. Indonesia yang mayoritas rakyatnya sebagai penganut Islam dengan perspektif memandang Islam melalui pemikiran masing-masing dapat menjadi kekuatan bersama dalam bertukar pikiran dalam memikirkan pola kemajuan negara Indonesia ini sendiri akan tetapi tidak mengacu pada negara Islam itu sendiri, karena Islam tidak butuh legitimasi Negara Islam.


Pengarang: Muhammad Ridho Pratama Oktaviansyah (Instruktur HMI Camed)

No comments:

Post a Comment