Telah sampai pada kita dimana risalah yang disampaikan
oleh Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman guna sebagai petunjuk dalam kehidupan
selama nafas masih berhembus hingga kembali pada sang pencipta. Perjalanan panjang
yang dilewati oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabat dalam memperbaiki akhlak
umat manusia.
Kita sepakati bahwasanya Nabi pertama yang diciptakan
oleh Allah SWT adalah Nabi Adam As, yang mana diberikan pengetahuan akal yang
luas sehingga dapat menyebutkan nama-nama yang berada di bumi, sampai pada
suatu peristiwa Nabi Adam As dan Hawa diturunkan ke bumi yang menjadi cikal
bakal peradaban ras manusia dimuka bumi.
Dari peristiwa diatas sudah pastinya Nabi Adam As
mengajarkan kepada keluarganya bertauhid pada Allah SWT tanpa menyekutukkannya
yang mana berlangsung pada Nabi-Nabi setelahnya. Akan tetapi dari peristiwa
penciptaan Adam, Iblis enggan untuk sujud padanya dan menjadi musuh kekal dari
manusia hingga akhir waktu nanti menghasut dan merusak akhlak, polapikir, dan
perilaku menyimpang pada manusia.
Itulah mengapa tugas dari para Nabi-Nabi sangat berat
yaitu memperbaiki akhlak manusia sehingga manusia itu sendiri kembali pada sang
pencipta dan kembali kepada sejarah awal yang mana bertakwa kepada Tuhan yang
maha esa (Allah SWT).
Tugas berat tersebut berlangsung sampai pada masa
kenabian Muhammad SAW menyampaikan risalah kitab suci yang mana dari ajaran
tersebut perlahan-lahan akhlak manusia dapat kembali kepada Rabb nya yang maha
Esa dan menjadi nilai-nilai yang sangat dalam untuk terus disosialisasikan
kepada manusia lain antar sesama manusia.
Dari penerapan nilai-nilai yang dibawakan oleh Nabi
Muhammad SAW kepada umat Islam, menjadikannya pemimpin umat muslim dunia atas
risalah dan perbuatannya yang luhur, dalam pikiran saya sendiri, sudah jelas
tujuan Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menjadikan dirinya pemimpin umat muslim
apalagi sebagai raja atau kepala negara pemerintahan umat Islam pada saat itu karena
tujuan beliau adalah memperbaiki akhlak manusia itu sendiri, akan sangat sempit
apabila kita mensematkan Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin negara,
pemerintahan, raja, ataupun kelompok bangsa arab pada masa itu.
Estapet nilai-nilai tersebut terus berjalan sampai
pada sahabat Nabi Muhammad SAW menjadi pemimpin para umat Islam dunia melalui
inisiatif musyawarah umat muslim pada saat itu yang sangat membutuhkan
pengganti sosok pemimpin yang dapat menerapkan nilai-nilai Islamiah tersebut setelah
rasa terpukul atas wafatnya Nabi Muhammad SAW.
Akan tetapi tetap saja dalam penerapan nilai-nilai
tersebut ada pelaku yang tidak sepakat dalam penerapan nilai-nilai islamiah
disekitarnya yang menyebabkan perselisihan diantara umat muslim tersebut
sehingga menewaskan para pemimpin pada masa itu, berbeda dengan masa
kepemimpinan Nabi Muhammad SAW yang cenderung perselisihan terjadi bukan antar sesama
umat Islam.
Apakah nilai-nilai tersebut terputus setelah wafatnya
Nabi Muhammad SAW sampai pada masa sekarang yang dapat kita lihat disekeliling
kehidupan kita, terutama Indonesia. Bermacam-macam aliran, bermacam-macam
organisasi Islam, bermacam-macam partai politik Islam, dan bermacam-macam
perspektif dalam menafsirkan terminology Islam itu sendiri.
Keberagam tersebut seyogyanya dapat menjadi kekuatan
bagi umat islam di Indonesia itu sendiri, dengan ada di segala lini kehidupan
sekitar masyarakat Indonesia dalam mengedukasi maupun menjaga kerukunan sosial.
akan tetapi realitanya simbol-simbol tersebut malah menjadi ajang kekuatan
antar kelompok masing-masing mengupayakan kepentingan masing-masing warna
bendera.
Islam lebih universal dari simbol-simbol tersebut,
menjadi ajang perpolitikan yang dapat memecah kekuatan umat Islam. Islam
sekarang bagi saya sama seperti masa para sahabat yang terpecah-pecah menjadi
beragam-ragam golongan yang mementingkan golongannya masing-masing yang mana
menjadi boomerang bagi kekuatan itu sendiri dengan celah yang terlihat, maka
pihak-pihak X dapat dengan mudah mengadu domba kesatuan umat muslim khususnya
di Indonesia yang menimbulkan rasa tidak peraya satu kelompok dengan kelompok
yang lain.
Bukan saya tidak pro kepada simbol-simbol kelompok
Islam, akan tetapi nilai-nilai yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW bagi
saya telah hilang dalam penerapan nilai Islam khususnya di Indonesia jika kita
melihat realita yang terjadi disekeliling kehidupan kita yang mana semestinya. Indonesia
yang mayoritas rakyatnya sebagai penganut Islam dengan perspektif memandang
Islam melalui pemikiran masing-masing dapat menjadi kekuatan bersama dalam
bertukar pikiran dalam memikirkan pola kemajuan negara Indonesia ini sendiri
akan tetapi tidak mengacu pada negara Islam itu sendiri, karena Islam tidak
butuh legitimasi Negara Islam.
No comments:
Post a Comment