Seperti
yang kita ketahui, tahun 1947 Ayahanda Lafran Pane dengan berlatar belakangi
dinamika yang terjadi di Indonesia mendirikan Organisasi bernama Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) dengan harapan dapat memperbaiki dinamika dan aktifitas buruk
dikalangan mahasiswa Islam khususnya, hasil pengamatan dan kekhawatiran
tersebutlah melahirkan Organisasi Mahasiswa Islam Pertama di Indonesia.
Upaya
tersebut menghasilkan perjuangan yang panjang dan berat, HMI menjadi organisasi
yang sangat menentang partai komunis, HMI menjadi pramotor pada beberapa
gerakan mahasiswa salah satunya Corp Mahasiswa (CM) yang dibentuk Wakil Ketua
PB HMI, Ahmad Tirtosudiro tahun 18 September 1948 dan Kesatuan Aksi Mahasiswa
Indonesia (KAMI) yang diinisiasikan Wakil Ketua PB HMI, Mar’ie Muhammad tahun
27 Oktober 1965.
Dari
penggalan sejarah tersebut kita dapat membayangkan bagaimana perjuangan berat
HMI dalam mencoba memperbaiki dinamika buruk yang terjadi di Indonesia. Oleh
sebab itu banyak tokoh-tokoh cendikiawan lahir dari proses berHMI salah satunya
Nurcholis Madjid mantan Ketua Umum PB HMI.
Akan
tetapi HMI sepertinya tidak lagi melahirkan tokoh-tokoh seperti terdahulu
padahal tuntutan jaman yang semakin maju memaksa HMI yang sebagai organisasi
intelektual dan cendekiawan untuk menjadi garda terdepan dalam memberikan
saran, kritikan, dan intelektualnya kepada Bangsa.
Tetapi
realitanya pada saat ini internal tubuh HMI sendiri masih kacau balau melihat
masih banyak kadernya in-konstitusional yang lebih mementingkan karir individu
seolah menutup mata untuk kembali membaca aturan HMI (Konstitusi) yang telah
dirangkum sebaik mungkin secara bersama-sama.
Jika
melihat problem tersebut dipikir dapatkah HMI menjadi pramotor yang
menginisiatif dan dapat berkontribusi kepada negara yang membawanya menuju
kesesuaian perkembangan jaman dan memperbaiki dinamika buruk melihat dinamika
buruk tersebut pun ada diinternal HMI.
Himpunan
Mahasiswa Istana (HMI), Haluan Merusak Indonesia (HMI), Harus Menjilat Investor
(HMI) seperti yang dikatakan Zulfata dalam tulisannya “Bubarkan HMI” seyogyanya
menjadi cambuk terhadap segenap anggota HMI melihat keadaan HMI sekarang yang
seakan tak memiliki solusi menghadapi perkembangan jaman terutama beradaptasi
terhadap Revolusi Industri 4.0 yang disruptif.
Jika
demekian, bagaimana para mahasiswa terkhususnya mahasiswa baru tertarik dan
tergiur bergabung di HMI melihat kebiasaan mahasiswa sekarang yang banyak
menghabiskan waktunya diinternet, padahal itu dapat menjadi peluang bagi HMI
itu sendiri.
Friedrich
Nietzsche pernah menulis sebuah buku berjudul “God Is Dead (Tuhan Sudah Mati),
mati dalam arti kata telah dilupakan oleh bangsa Eropa karena ulah Gereja yang
mengakibatkan masyarakat itu sendiri tidak percaya lagi terhadap tuhan.
Ketakutannya HMI akan dilupakan oleh generasi mahasiswa lalu mati, serupa
dengan dilupakannya tuhan pada abad ke 15 di Eropa.
Penulis: Muhammad Ridho Pratama Oktaviansya (Instruktur HMI Cabang Medan)
No comments:
Post a Comment