Degradasi Moral; Kemerdekaan atau Keharusan - Yakusa Blog

Yakusa Blog

Mewujudkan Komunitas Intelektual Muslim

Saturday 29 February 2020

Degradasi Moral; Kemerdekaan atau Keharusan


YakusaBlog- Dinamisasi sosial abad ini membutuhkan upaya ekstra dari berbagai pihak, akademisi, praktisi, dan organisasi kemasyarakatan untuk segera di selesaikan, bukan diwacanakan. Melihat arus perubahan sosial yang dimotori langsung oleh industri manufaktur telah merombak tatanan sosial lama yang ada sebagai identitas sebuah kelompok. Dalam skala yang lebih besar hal ini potensi mengancam disintegrasi nasional indonesia. Sesaat para pemerhati sosial mulai memaparkan temuan fenomena yang gencar di tengah-tengah masyarakat pada forum-forum dialektis, sebagai iktikad baik memahami situasi sosial, namun sesaat itu pembahasan mulai basi, karena forumnya selesai. Tidak adanya gerakan untuk revitalisasi karena kekurangan amunisi. Apa lagi mengambil alih peran.

Telah terbit
Harga 50K
Pesan di Tokopedia: (Klik)
Pesen di Shopee: (Klik)

Atau pesan di WA: 0817-7484-5134

Persoalan besar lingkungan kita, ialah ketidaksiapan masyarakat dengan arus globalisasi atau modernisasi yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Hal ini bukan hanya berbahaya, selain mempengaruhi pola prilaku, masyarakat juga belum bisa dikatakan mampu memanfaatkan peluang modern kepada suatu keadaan yang lebih baik. Kebiasaan mereka mengkonsumsi budaya luar (barat) telah membangun suatu mind set pada otak mereka, sehingga pada situasi yang sama, akan dilakukan tindakan yang tergambar pada pemikiran mereka. Akibatnya, bermunculan peristiwa tidak wajar yang dilakukan oleh masyarakat, pencabulan, pembunuhan, rampok dan aksi-aksi kriminal lainnya. Suatu bentuk penyalahgunaan media terjadi karena mereka secara prinsip belum siap dengan perkembangan zaman. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang setiap saat mewujudkan alat baru untuk kemudian didistribusikan ke masyarakat komsumtif. Maka semakin jelas sebuah pemerosotan moral yang terjadi di lingkungan kita dan yang aka terjadi, jadi siap-siap masyarakat kita kehilangan budaya leluhurnya.

Baca juga: Gagal Paham! Badko HMI Menolak Kongres HMI

Jika diamati lebih spesifik lagi, perkembangan zaman yang pesat telah merubah masyarakat secara substantif, tidak lagi pada bagian kulit luarnya saja. Dari sektor pendidikan, Keluhan para pengajar terhadap siswa didik mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi, bahwa ada pergeseran nilai dimana adab seorang pelajar mulai menurun, artinya degradasi moral. Siswa mulai berani mengintimidasai guru pada situasi dimana keinginan siswa dirasa tak terpenuhi, atau merasa terkekang. Siswa didik mulai berani berhubungan intim dengan lawan jenis yang bukan mahromnya dengan dasar suka sama suka, ditambah dengan trend tawuran pelajar antar lembaga dengan konflik kecil yang diperbesar, sehingga mau tidak mau seorang pendidik sangat diperlukan keterlibatannya. Parahnya, fenomena ini sering terjadi di lembaga-lembaga pendidikan modern. Hampir setiap hari beritanya terpampang di media informasi. Dari sektor sosial kemasyarakatan, prilaku masyarakat kita yang senantiasa dikenal dengan adab ketimuran, sopan, menghormati yang tua dan menghargai yang muda kian mengalami kemerosotan.

Baca juga: Menanggapi Pengunduran Diri Ketum HMI Cabang Yogyakarta

Kearifan lokal masyarakat tradisional mulai terkikis secara teratur, menunggu waktu yang tepat untuk kemudian tidak dikenal lagi oleh generasi selanjutnya. Namun bukan soal krussial jika itu demi sebuah peradaban manusia itu sendiri. Sebagaimana di gagas oleh Nur Cholis Madjid bahwa kita harus siap sewaktu-waktu meninggalkan budaya kita dan beradaptasi dengan budaya baru demi suatu peradaban, sebab budaya yang melembaga dan turun temurun terkadang menjadi penghambat bagi peradaban manusia itu sendiri. Oleh karena itu, manusia harus mampu membuat formulasi baru untuk menjawab tantangan sosial dengan mengindahkan paradigma humanistik secara menyeluruh.

Manusia secara asasi ialah merdeka, kemerdekaan itu merupakan sebuah anugrah yang diberikan tuhan pada manusia, hal itu untuk kemudian diaplikasikan di ruang lingkup kehidupan komunal, agar manusia hidup sesuai hakikat manusia itu sendiri, hidup dengan kemerdekaannya sebagai bagian dari struktur sosial.
Dengan ini, prinsipnya manusia harus bertindak sesuai kehendak hati nuraninya tanpa ada paksaan dari pihak manapun, kerja sukarela tanpa paksaan yang didorong oleh kemauan yang murni. Sehingga akan timbul upaya kreatif pribadi untuk perkembangan dirinya dan masyarakatnya. Oleh karena itu, kemerdekaan harus diciptakan untuk pribadi dalam konteks hidup ditengah masyarakat. Sehingga perubahan merupakan suatu keniscayaan.

Baca juga: Ketika Demonstrasi HMI Diperkosa Para Bajingan

Sekalipun merdeka adalah prinsip dari kemanusiaan, bukan berarti bahwa manusia dimana saja merdeka. Adanya batasan-batasan dari kemerdekaan dimana antara individu dengan individu yang lainnya yang membentuk sebuah keharusan universal atau kepastian hukum dan taqdir. hingga kemudian disana terbangun sebuah kepastian umum yang ada secara hakikat. Tidak bisa terbantahkan lagi adanya taqdir atau keharusan universal. Jadi, manusia berekspresi, manusia yang berusaha kepada suatu tujuan akan tiba pada suatu titik dimana itu kadar kemanusiaannya. Maka kembalikanlah kepada yang Maha Esa. Jika di kontekskan dengan fenomena sosial, degradasi moral, maka ini bukan merupakan situasi keharusan universal atau taqdir dimana kita harus mengembalikan situasi ini kepada tuhan, dan kemudian pasrah terhadap keadaan, melainkan dengan prinsip merdeka seorang manusia melalui upaya keras(ikhtiar)nya akan mewujudkan sebuah perubahan kepada kebaikan kembali. Sebuah masyarakat yang siap berperadaban.

Baca juga: HMI Ukir Rekor Dunia

Usaha untuk membangun kembali spirit nilai islami kepada masyarakat luas harus dimaksimalkan melalui wujud amal perbuatan yang didasari pada sebuah konsep manusia merdeka. Sebagaimana keterangan diatas bahwa, hanya manusia merdeka yang bisa menciptakan inovasi dan kreatifitas terhadap pribadinya dan masyarakatnya, dan rasa ikhlas pula mutlak hanya dimiliki individu yang merdeka. Supaya fenomena sosial ini tidak sekedar wacana untuk di biaskan di telinga kita, maka segala upaya harus terus di injeksi melalui berbagai sector gerakan, sebagai wujud dari usaha kita mengembalikan manusia pada kehidupan manusia sejati, untuk mempersiapkan regenerasi bangsa yang lebih baik, dan memanusiakan manusia.

Sudahkah itu di lakukan? Masihkah kita menganggap sebuah keharusan universal (taqdir) ?

Jikalau kemerdekaan pribadi diwujudkan dalam kontek hidup ditengah-tengah masyarakat dimana terdapat keharusan universal yang tidak terbantahkan, maka bagaimana wujud yang harus dimiliki oleh seseorang merdeka terhadap situasi sekitarnya? yang pasti bukan sebuah penyerahan, sebab penyerahan berarti meniadakan terhadap kemerdekaan itu sendiri. Pengakuan akan adanya keharusan universal yang diartikan sebagai penyerahan, artinya pasrah kepada taqdir sebelum suatu usaha dilakukan berarti perbudakan. Pengakuan akan adanya kepastian umum atau taqdir hanyalah pengakuan atas adanya batasan-batasan kemerdekaan manusia. Sebaliknya, suatu persyaratan yang positif daripada kemerdekaan ialah pengetahuan tentang adanya kemungkinan-kemungkinan kreatif manusia. Yaitu tempat bagi adanya usaha yang bebas dan dinamakan “ikhtiar”artinya pilih merdeka, Sebagaimana keterangan sebelumnya.

Baca juga: Saddam dan Arya Tak Perlu Dipecat

Ikhtiar adalah kegiatan kemerdekaan dari individu, juga berarti kegiatan dari manusia merdeka. Ikhtiar merupakan usaha yang ditentukan diri sendiri dimana manusia tidak diperbudak oleh suau yang lain kecuali oleh keinginannya sendiri dan kecintaannya kepada kebaikan. Tanpa adanya kesempatan untuk berusaha atau ikhtiar, maka manusia menjadi tidak merdeka dan menjadi tidak bisa dimengerti untuk memberikan pertanggung jawaban pribadi dari amal perbuatannya. Kegiatan merdeka berarti perbuatan manusia yang merubah dunia dan nasibnya sendiri. Jadi meskipun terdapat keharusan universal atau taqdir, manusia dengan haknya untuk berikhtiar mempunyai peranan aktif dan menentukan bagi dunia dan dirinya sendiri. Sebelum pasrah harus usaha dulu.

Kerangka analisa diatas menegaskan bahwa, persoalan degradasi moral yang disebabkan oleh arus perubahan sosial bukan merupakan sesuatu yang harus kita pasrah terhadap situasi tersebut, bukan suatu keharusan universal yang mesti cukup kita yakini sebagai taqdir, melainkan sebuah keniscayaan bagi masyarakat kita untuk bisa mengembalikan moral dari yang awalnya buruk menjadi baik dengan kreatifitas dan inovasi baru, yang diwujudkan atas dasar prinsip merdeka, tidak juga bersikap antipati terhadap perkembangan zaman, sehingga kemudian manusia benar-benar siap menjadi sebuah masyarakat yang berperadaban.  sejatinya semua berada di tangan kita, asalkan kita mau hidup merdeka dan ikhtiar pasti akan kesampaian, sebab keyakinan yang dikejawantahkan kepada usaha (ikhtiar) akan sampai (Tujuan) juga.[]




Penulis: Ahmad Ma'mun (Mahasiswa IAIN Jember dan Aktivis HMI Cabang Jember)



Nb: Tulisan ini merupakan sebuah Analisis Bab II NDP HMI.

Ket.gbr: Ahmad Ma'mun

1 comment:

  1. Your Affiliate Money Making Machine is ready -

    And getting it set up is as simple as 1 . 2 . 3!

    This is how it works...

    STEP 1. Tell the system what affiliate products you want to promote
    STEP 2. Add push button traffic (it takes JUST 2 minutes)
    STEP 3. Watch the system explode your list and sell your affiliate products all on it's own!

    So, do you want to start making money??

    Your MONEY MAKING affiliate solution is RIGHT HERE

    ReplyDelete