Barideen, Aku, dan Labuh di Indramayu-Cirebon

YakusaBlog-Sebagai manusia seharusnya memang kita mempunyai cita-cita dan mimpi-mimpi besar. Aku ingat saat waktu duduk di bangku SD dulu bercita-cita menjadi dokter dan polisi, Banyak juga di atara teman-temanku ingin menjadi pilot, dan astrounot, tetapi kian menapaki hidup di atas muka bumi dan bertemu dengan realita yang ada kian menjadikan aku mengarahkan arah langkahku pada sebuah mimpi yang kian relevan sesuai Passionku.

Aku mengenyam pendidikan di pesantren untuk waktu yang cukup lama. Sekitar tujuh tahun. Mempelajari teks-teks agama Islam kuno, belajar bahasa Arab dan menghapal Al Quran membuatku paham prinsip-prinsip keagamaan. Tetapi pemikiran yang kolot dalam memahami ilmu pengetahuan yang lain membuatku tergugah untuk keluar dari zona nyaman. Fikirku hanya satu kala itu mengapa pesatren tradisional menganaktirikan mata pelajaran umum, jika memang Islam adalah Agama yang relevan bagi setiap zaman, harusnya tidak ada dikotomi pada ilmu pengetahuan menjadi Ilmu agama dan Ilmu umum, toh semua ilmu bermuara pada Allah.

Aku memutuskan melanjutkan studi di Universitas Al Azhar Indonesia, dan aktif organisasi Internal dan Eksternal seperti Bem dan HMI. Hal itu merupakan titik balik bagiku untuk memandang ilmu pengetahuan agama lebih konprehensif dan membangkitkan pemikiranku ke arah yang lebih kritis. Aku melawan segala macam fanatisme buta antar kelompok dalam Islam.

Saat aku pulang ke kampung halaman, dan menemukan banyak sekali ketidak adilan sosial. Seperti sistem pemerintahan yang korup, terbukti dengan beberapa kasus yang belakangan mulai menyeret Bupati dan Bupati demisioner. Aku menemukan paradoksi bagaimana Indramayu menjadi kabupaten kota penyumbang beras terbanyak se-Jawabarat sampai dijuluki sejak dulu ‘Lumbung padi’, tetapi dalam waktu bersamaan menjadi penerima beras miskin terbanyak se-Jabar. Anak ayam mati di lumbung padi! Memang kemiskinan sistemik ini berubah menjadi sebuah ‘dinasti’ lantaran sumber daya manusia yang apriori untuk mengkritisi kinerja pemerintah. Buktinya empat priode ke belakang Indramayu di pimpin oleh satu keluarga (Kini Anaknya mencalonkan diri).

Lahirnya dua karya fiksi. Novel Barideen: Cinta sepotong agama, dan Labuh: Antologi cerpen dan fabel

Bagaiamana aku mulai membangun kesadaran masyarakat dan pemuda Indramayu sedangkan aku barulah turun gunung? Aku putuskan untuk menuliskan buah fikir tentang keadaan Indramayu-Cirebon dalam sebuah Novel perdanaku yang berjudul Barideen: Cinta sepotong Agama.  

Namun aku sangat menyadari tentang rendahnya minat baca masyarakat Indonesia. Apalagi masyarakat Indramayu? Sehingga Aku rasa pesan dari Novel Barideen: Cinta sepotong agama ini akan terasa melelahkan maka dari itu aku menulis antitesis tetapi dengan pesan dan tujuan yang sama. Aku menuliskan Labuh: Antologi cerpen dan fabel. 

Tentang Barideen: Cinta sepotong agama
Lakon Baridin adalah hikayat tonil tentang cinta kasih tak sampai masyarakat Indramayu-Cirebon pada era 1970an. Dahulu lakon ini biasa dipentaskan pada drama musikal yang dinamakan Tarling (Gitar dan Seruling).  Kemudian kian meluas saat disegarkan kembali oleh Putra sangkala bekerja sama dengan Dian Record tahun 1996 dan diperdegarkan lewat radio-radio lokal wilayah pantura bagian Indramayu, Cirebon, Brebes dan Tegal.  

Lakon baridin akan terus hidup sehat dan gemuk, pada keterpurukan seorang pujangga yang kalah dalam pergulatan cinta mengajarkanbetapa rasa yang disematkan tuhan pada hamba-Nya itu tidak dapat berdiri sendiri sebagaimana manusia tidak dapat lepas  dari belenggu aturan yang bisa dimaknai tiap kelompok sosial.
sedang aturan yang diwariskan teramat tabu dan sangat kultus untuk didudukkan secara adil.

kenyataan yang makin gagal dipahami menimbulkan mental block serta fanatisme tak berujung.

kisah baridin adalah manifestasi filsafat manusia.

lantas bagaimana dengan pongahnya status sosial menjadi berhala? memenjarakan nurani dan logika tersudut tidak berdaya.

Cerita bermula dari Baharudin Daffa yang diejek temannya dengan sebutan baridin lantaran kemiripan nama. Daffa yang mengenyam pendidikan Islam dari lingkungan NU mendapat anjuran untuk menjauhi konsep ibadah kelompok lain. Ia mulai mempertanyakan konsep islam sebenarnya. Mengapa pula mempunyai ideologi yang sama harus saling mengkafirkan satu sama lain? 

Pada puncaknya ia bertemu dengan Aya, anak gadis dari komisaris perteamina persero yang bermanhaj wahaby. jelas segala kesenjangan tidak dapat dielakkan saat mereka akhirnya saling jatuh cinta. mampukah mereka menyatukan cinta? melawan fanatisme kelompok yang sudah diwariskan turun temurun.

inilah kisah cinta potongan-potongan agama. ini lah BARIDEEN: Cinta sepotong agama. Buku pertama dari dwilogi novel karya Afif Awalan

Tentang Labuh: Antologi cerpen dan fabel
Merupakan Kumpulan cerpen dan fabel tentang keadaan sosial, agama, dan pemerintahan di Indramayu, Cirebon, bahkan Indonesia. Buku labuh: Antologi cerpen dan fabel ini menawarkan cerita-cerita singkat namun sarat akan pesan moral. Dikemas dengan penyampaian ringan namun tidak menggiring untuk kesimpulan tertentu. Buku labuh: Antologi cerpen dan fabel ini terdiri dari empat puluh judul fabel dan cerpen. 

Labuh juga merupakan alternatif dari Novel Barideen: Cinta sepotong agama ini akan terasa melelahkan bagi kenyataan rendahnya minat baca masyarakat. 

Namun jika tetap tidak mau membaca pun tidak masalah bagiku. Sebagaimana untuk membeli rokok yang kian mahal kau tidak berfikir panjang, untuk membeli buku, kau akan berfikir seribu kali bahkan memilih buku bajakan. 

Setiap orang memang tidak dapat merubah orang lain, bagaimana kemudian Tuhan menggerakkan hati seorang untuk ke arah yang lebih baik. Semoga aku dan kamu termasuk kategori itu! Aamiin.