YakusaBlog- Kemarin, di waktu siang hingga sore, diskusi para Instruktur HMI yang bergabung dalam Grup WhatsApp Instruktur HMI Nasional terkait kondisi HMI atau Kader-kader HMI saat ini sangat menarik. Tidak sedikit pandangan-pandangan skeptis terhadap HMI saat ini. Tapi masih ada juga Instruktur tetap optimis akan perbaikan HMI ke depan.
Saya secara pribadi belum dapat menyimpulkan secara utuh apa yang didiskusikan karena takut salah menyimpulkan. Pada intinya, pembahasannya adalah bertujuan bagaimana kedepannya HMI kembali pada khittahnya. Peduli pada umat, bukan pada pejabat. Membela umat yang sedang mengalami kesulitan.
Dalam tulisan sederhana ini pun saya tidaklah kembali mengupasnya, tetapi saya ingin menuliskan sebab musabab mengapa HMI saat ini mendapat pandangan skeptis. Apa yang saya tuliskan ini pun bukan benar secara mutlak. Bisa jadi salah dan bisa jadi benar. Terkoyak-koyaknya HMI sehingga hilangnya kejayaan HMI secara kualitas atau pun kuantitas di berbagai tempat, ini adalah menurut pendapat saya sendiri. Silahkan mengkajinya kembali. Yang tidak sependapat boleh-boleh saja. Yang sependapat dengan sahaya mohon tetap menambahkannya.
Mereka yang Merobek-robek HMI
Jika kita memusatkan pikiran untuk mengidentifikasi siapakah pelaku yang mengoyak-ngoyak HMI, sehingga membuat HMI ini sangat terpuruk yang dibuktikan banyak anggota Keluarga Besar HMI memandang miris HMI saat ini sangat sulit sekali.
Akan tetapi, untuk mengidentifikasi sifat-sifat atau tindakan-tindakannya yang membuat HMI jauh dari esensinya tidaklah begitu sulit. Mungkin secara konsepsional atau tekhnikal, Alm. Agussalim Sitompul dalam bukunya "44 Indikator Kemunduran HMI", sudah menyebutkannya. Mungkin apa yang saya sebutkan dalam tulisan ini pun ada kesamaan.
Mereka yang mengoyak-ngoyak HMI ini adalah mereka yang cenderung pada hawa nafsunya untuk berkuasa di HMI. Merasa HMI adalah milik mereka sendiri sehingga orang-orang yang ingin berkualitas intelektual, emosional dan spiritual tidak boleh tumbuh subur di HMI dan harus segera dihambat.
Hawa nafsu itu mendorong HMI jauh dari Tujuan HMI sebagaimana yang disebutkan dalam Anggaran Dasar HMI (AD HMI) serta aturan-aturan HMI. HMI mereka jadikan sebagai ladang pendapatan materi dan batu loncatan untuk kepentingan pribadinya. Sehingga segala cara pun dilakukan. Nampaknya, banyak Kader-kader HMI masa kini yang Machiavelis. Konstitusi HMI dikangkangi, persaudaraan hanya pemanis dimulut, sumpah hanya dijadikan memperindah retorika, dan ajaran Islam dalam HMI mereka jadikan hanya identitas belaka.
Kemudian, mereka-mereka yang mengoyak HMI adalah kaum munafik yang mengingkari Islam sebagai azas HMI, sifatnya yang mengingkari Independensi HMI serta dengan mudah melanggar sumpah yang telah diucapkannya. Independensi HMI tidak lagi dijadikan benteng mempertahankan HMI sehingga pengaruh-pengaruh buruk dari luar masuk ke tubuh HMI.
Selanjutnya yang mengoyak-ngoyak HMI adalah saling sikut menyikut untuk mendapatkan jabatan di HMI. Segala lobi-lobi setanpun dibuat. Bahkan, money politik pun tidak terelakkan di HMI. Jujur saja kita katakan di sini, saat rapat-rapat tahunan seperti uang banyak bermain demi mendapatkan suara. Mudah-mudahan HMI tingkat Komisariat tidak tercemari budaya jahiliah ini.
Yang mengoyak-ngoyak HMI ini pun adalah mereka yang menjual HMI atas jabatan yang diembannya (seorang kader) untuk meraup uang atau jabatan. Ia mengetahui itu salah dan haram, akan tetapi karena sifat serakah dan tamaknya tidak ada lagi halal-haram. Di pikiran atau benak mereka Tuhan tidaklah melihat.
Selanjutnya di HMI ini banyaknya yang rangkap jabatan di kepengurusan organisasi lain baik daerah maupun tingkat nasional. Bahkan, HMI yang katanya Independen, memasukkan orang-orang partai politik Majelis Pengawas dan Konsultasi (MPK). Sehingga HMI tergeret-geret dalam pusaran politik praktis.
Dan mungkin yang terakhir, walaupun sebenarnya masih banyak lagi, tapi tidak mungkin menuliskannya secara panjang lebar mengingat waktu dan kesempatan tidak memungkinkan. Yang terakhir itu adalah hilangnya idealisme dalam diri mereka padahal mereka adalah mahasiswa. Statusnya sebagai mahasiswa dan organisasinya HMI, itu hanya mereka jadikan topeng.
Sebagai bentuk solusi, mohon maaf saya tidak menuliskannya. Saya yakin sekali teman-teman pembaca akan lebih paham apa yang harus kita lakukan untuk membuang, menyingkirkan mereka yang mengoyak-ngoyak HMI, jika itu memang ada niatan mengembalikan sejatinya marwah HMI dan tetap menjaganya nama baik HMI.[]
Penulis: Ibnu Arsib (Instruktur HMI dan Penggiat Literasi di Sumut).
Yakin usaha sampai
ReplyDeleteSalam dari cabang tanjungpinang-bintan
ReplyDelete