YakusaBlog- Di momentum mulai aktifnya
perkuliahan di kampus, tentu pertama sekali sangat perlu kita ucapkan kepada
teman-teman Mahasiswa Baru angkatan/stambuk 2019, “Selamat datang dan selamat
bergabung di dunia mahasiswa.” dan tentunya dengan ajakan serta harapan supaya
bergabung di organisasi mahasiswa sesuai dengan pilihannya masing-masing serta
minat dan bakatnya.
Bermahasiswa dan berorganisasi, baik
intra atau pun ekstra kampus, adalah bagai dua sisi koin yang tak terpisahkan.
Berorganisasi menjadi langkah proses menempah diri menjadi dewasa, meningkatkan
potensi mental, dapat menghadapi masalah dengan tenang (manajerial), dapat
melatih soft skill dan hard skill, meningkatkan interaksi
sosial, serta manfaat lainnya. Setiap orang tentu punya paradigmanya tersendiri
terkait berorganisasi ini, asal tidak langsung menuduh bahwa berorganisasi
adalah buruk saat bermahasiswa.
Paradigma yang menganggap
berorganisasi tidak baik saat bermahasiswa perlu untuk diluruskan kembali. Jika
memasuki organisasi yang tidak menunjang minat, bakat, kepedulian sosial,
budaya, agama dan aspek lainnya, tentu itulah yang menjadi permasalahan. Maka,
tidak sedikit menganjurkan sebelum bergabung dengan sebuah organisasi
mahasiswa, terlebih dahulu mengenalinya walau tidak sampai mendalam.
Tentu cara untuk mengenali organisasi
apa yang hendak dimasuki, terlebih dahulu carilah latar belakang (sejarah)
suatu organisasi tersebut dan seperti apa tujuannya (misi). Jika kita membuat
tolak ukur yang kurang tepat, seperti secara subjektif melihat oknum-oknumnya,
terpengaruh karena kedekatan atau unsur subjektif lainnya, maka hal demikian
biasaya menimbulkan kekecewaan atau setelah bergabung di organisasi tersebut,
kita tidak mendapatkan apa-apa.
Himpunan Mahasiswa Islam atau
disingkat HMI adalah organisasi mahasiswa terbesar dan tertua di Indonesia. HMI
berdiri di saat negara yang kita cintai ini, Indonesia, masih usia belia dalam
kemerdekaannya, yaitu pada tahun 1947. Sejak HMI berdiri, dinamika internal dan
eksternal membuat HMI matang sebagai tempat mahasiswa – tentunya mahasiswa
muslim, untuk menempah diri menjadi insan-insan pembangunan agama, bangsa dan
negara sebagai mana tujuan awal yang hanya berubah bahasa sampai tujuan HMI
saat ini. Sudah jutaan mahasiswa muslim berproses dan dengan mudah kita
menemukan Alumni HMI yang menjadi tokoh bangsa, akademisi, pengusaha, budayawan,
seniman, agamawan, politisi dan bidang aspek lainya di Indonesia. Tentunya
dengan jujur, kita mengakui ada juga yang tidak menjadi tokoh-tokoh.
Lantas bagaimanakah HMI mendidik atau
membina mahasiswa muslim yang bergabung di HMI atau bahasa saya adalah
memahasiswakan mahasiswa? Bagaimana HMI berperan di era tekhnologi informasi
yang canggih saat ini?
HMI
Memahasiswakan Mahasiswa
Jika membahas sedikit tentang
pengertian mahasiswa, berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
mahasiswa diartikan bahwa orang yang hanya belajar di Perguruan Tinggi (PT).
Sedangkan jika dirujuk pada UU No. 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi,
pasal 1 ayat 15 menyebutkan bahwa mahasiswa adalah peserta didik pada jenjang
Pendidikan Tinggi.
Pengertian berdasarkan dua sumber
otoritas di atas tidak sepenuhnya salah sebagaimana banyak dikritisi oleh
aktivis mahasiswa. Di pasal-pasal lain, seperti pasal 13 dan pasal 14,
menyebutkan juga bagaimana seharusnya mahasiswa, walau menurut saya perlu
diinterpretasi lebih luas lagi dan bisa menyesuaikan dengan perkembangan
(kontekstualisasi). Sehingga mahasiswa tidak hanya terkesan seperti peserta
didik layaknya anak-anak SD/sederajat, pelajar SMP/sederajat dan Siswa
SMA/sederajat.
Peran mahasiswa sebagai agent of change dan agent of control social yang disematkan pada mahasiswa, sebagaimana
teoretis gerakan mahasiswa dapat terealisasikan. Apakah itu dalam konteks
sosial-budaya, sosial-politik, dalam konteks ilmu pengetahuan umum dan sains,
serta dapat membangun peradaban manusia sebagai generasi pengganti kaum tua.
Tentunya hal itu dapat tercapai apabila kaum mahasiswa meningkatkan kualitas
dirinya, baik kualitas keimanan dan keilmuan yang tak boleh dipisahkan.
Nah, di sinilah letak peran fungsi
organisasi mahasiswa, terkhususnya HMI untuk memahasiswakan mahasiswa agar
tidak menjadi kaum pelajar yang un sich,
belajar di kelas untuk dirinya sendiri dan lupa peran fungsinya sebagai
generasi pengganti dan penegak peradaban.
HMI dengan azas keislamanannya –
bukan golongan umat Islam, menuntun mahasiswa muslim yang bergabung dengan HMI,
dapat meneguhkan dan menjadi generasi umat Islam yang tidak memisahkan keimanan
dan keilmuan, serta dunia dan akhirat. Islam sebagai agama dan sekaligus
tuntunan hidup, menjadi landasan utama Kader-kader HMI. Ini lah yang harus
terus dijaga.
Ditinjau dari tujuannya, “Terbinanya insan akademis, pencipta,
pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya
masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Subhanahu wata’ala.” disebut
Kualitas Insan Cita HMI. Kualitas ini merupakan dunia cita yang ingin
diwujudkan HMI di dalam pribadi seorang manusia beriman dan berilmu pengetahuan
serta mampu melaksanakan tugas kerja kemanusiaan. (Hasil-Hasil Kongres HMI XXX,
2018:235).
Dalam mewujudkan tujuan-tujuan HMI
tersebut, yang berdampak positif pada mahasiswa muslim yang bergabung di HMI,
maka Usaha-usaha sebagaimana pada pasal 5 Anggaran Dasar (AD) HMI harus
direalisasikan seperti; (1). Membina pribadi muslim untuk mencapai akhlaqul karimah, (2). Membina pribadi
muslim yang mandiri, (3). Mengembangkan potensi kreatif, keilmuan, sosial, dan
budaya, (4). Mempelopori pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi
kemaslahatan masa depan umat manusia, (5). Memajukan kehidupan umat dalam
mengamalkan Dienul Islam dalam
kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, (6). Memperkuat ukhuwah Islamiyah sesama umat Islam
se-dunia, (7). Berperan aktif dalam dunia kemahasiswaan, perguruan tinggi dan
kepemudaan untuk menopang pembangunan nasioanl, (8). Ikut terlibat aktif dalam
menyelesaikan persoalan sosial kemasyarakatan dan kebangsaan, dan (9).
Usaha-usaha lain yang tidak bertentangan dengan ayat 1 s.d. 7 dan sesuai azas,
fungsi, dan peran organisasi serta berguna untuk mencapai tujuan organisasi.
Selanjutnya, sifat HMI yang
independen dan stausnya sebagai organisasi mahasiswa menjadi salah satu
pengekoh bahwa HMI dapat memahasiswakan mahasiswa walau di era digital saat ini
dan sebagaimana yang dipertegas poin 4 di atas. Fungsinya sebagai organisasi
perkaderan menjadi jantung serta wadah penempahan diri mahasiwa Muslim, baik
formal, informal dan non-formal. Perannya sebagai organisasi perjuangan adalah
bentuk komitmen sebagai generasi pengganti kaum tua untuk memperjuangakan
agama, umat, bangsa dan negara.
HMI dapat memahasiswakan mahasiswa
dengan segala komitmennya untuk peningkatan kualitas pribadi mahasiswa muslim
(kader) yang tidak hanya belajar secara un
sich di ruangan. Meminjam bahasa Solichin (Alumni HMI), HMI adalah Chandradimuka (tempat penempahan) mahasiswa.
Senada dengan apa yang dikatakan Franz Magnis Suseno, bahwa HMI bukan sebuah
nama saja, melainkan salah satu sekolah kader bangsa Indonesia yang terbuka,
kritis, serta simpatik. (Ibnu Arsib,
2018:37-38).
Kesimpulannya, HMI memahasiswakan
mahasiswa bermaksud dengan tujuan menciptakan; Pertama, Man of Future, dengan ciri berpikiran universal dan luas,
futuristik, inklusif, terampil atau ahli dalam bidang yang diminatinya, sadar apa
yang menjadi cita-citanya dan tahu bagaimana mewujudkannya. Kedua, Man of Inovator, dengan insan yang selalu menyuarakan ide pemikiran
yang maju, imbang dan padu, kritis, dinamis, adil dan tidak sombong, beriman
dan berilmu serta beramal saleh. Dalam satu kesatuan menjadi kualitas yang
maksimal yaitu menjadi Insan Kamil.[]
Penulis: Ibnu Arsib (Bukan siapa-siapa, hanya manusia biasa).
No comments:
Post a Comment