HMI Memahasiswakan Mahasiswa - Yakusa Blog

Yakusa Blog

Mewujudkan Komunitas Intelektual Muslim

Friday, 4 October 2019

HMI Memahasiswakan Mahasiswa


YakusaBlog- Di momentum mulai aktifnya perkuliahan di kampus, tentu pertama sekali sangat perlu kita ucapkan kepada teman-teman Mahasiswa Baru angkatan/stambuk 2019, “Selamat datang dan selamat bergabung di dunia mahasiswa.” dan tentunya dengan ajakan serta harapan supaya bergabung di organisasi mahasiswa sesuai dengan pilihannya masing-masing serta minat dan bakatnya.
Bermahasiswa dan berorganisasi, baik intra atau pun ekstra kampus, adalah bagai dua sisi koin yang tak terpisahkan. Berorganisasi menjadi langkah proses menempah diri menjadi dewasa, meningkatkan potensi mental, dapat menghadapi masalah dengan tenang (manajerial), dapat melatih soft skill dan hard skill, meningkatkan interaksi sosial, serta manfaat lainnya. Setiap orang tentu punya paradigmanya tersendiri terkait berorganisasi ini, asal tidak langsung menuduh bahwa berorganisasi adalah buruk saat bermahasiswa.
Paradigma yang menganggap berorganisasi tidak baik saat bermahasiswa perlu untuk diluruskan kembali. Jika memasuki organisasi yang tidak menunjang minat, bakat, kepedulian sosial, budaya, agama dan aspek lainnya, tentu itulah yang menjadi permasalahan. Maka, tidak sedikit menganjurkan sebelum bergabung dengan sebuah organisasi mahasiswa, terlebih dahulu mengenalinya walau tidak sampai mendalam.
Tentu cara untuk mengenali organisasi apa yang hendak dimasuki, terlebih dahulu carilah latar belakang (sejarah) suatu organisasi tersebut dan seperti apa tujuannya (misi). Jika kita membuat tolak ukur yang kurang tepat, seperti secara subjektif melihat oknum-oknumnya, terpengaruh karena kedekatan atau unsur subjektif lainnya, maka hal demikian biasaya menimbulkan kekecewaan atau setelah bergabung di organisasi tersebut, kita tidak mendapatkan apa-apa.
Himpunan Mahasiswa Islam atau disingkat HMI adalah organisasi mahasiswa terbesar dan tertua di Indonesia. HMI berdiri di saat negara yang kita cintai ini, Indonesia, masih usia belia dalam kemerdekaannya, yaitu pada tahun 1947. Sejak HMI berdiri, dinamika internal dan eksternal membuat HMI matang sebagai tempat mahasiswa – tentunya mahasiswa muslim, untuk menempah diri menjadi insan-insan pembangunan agama, bangsa dan negara sebagai mana tujuan awal yang hanya berubah bahasa sampai tujuan HMI saat ini. Sudah jutaan mahasiswa muslim berproses dan dengan mudah kita menemukan Alumni HMI yang menjadi tokoh bangsa, akademisi, pengusaha, budayawan, seniman, agamawan, politisi dan bidang aspek lainya di Indonesia. Tentunya dengan jujur, kita mengakui ada juga yang tidak menjadi tokoh-tokoh.
Lantas bagaimanakah HMI mendidik atau membina mahasiswa muslim yang bergabung di HMI atau bahasa saya adalah memahasiswakan mahasiswa? Bagaimana HMI berperan di era tekhnologi informasi yang canggih saat ini?
HMI Memahasiswakan Mahasiswa
Jika membahas sedikit tentang pengertian mahasiswa, berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mahasiswa diartikan bahwa orang yang hanya belajar di Perguruan Tinggi (PT). Sedangkan jika dirujuk pada UU No. 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi, pasal 1 ayat 15 menyebutkan bahwa mahasiswa adalah peserta didik pada jenjang Pendidikan Tinggi.
Pengertian berdasarkan dua sumber otoritas di atas tidak sepenuhnya salah sebagaimana banyak dikritisi oleh aktivis mahasiswa. Di pasal-pasal lain, seperti pasal 13 dan pasal 14, menyebutkan juga bagaimana seharusnya mahasiswa, walau menurut saya perlu diinterpretasi lebih luas lagi dan bisa menyesuaikan dengan perkembangan (kontekstualisasi). Sehingga mahasiswa tidak hanya terkesan seperti peserta didik layaknya anak-anak SD/sederajat, pelajar SMP/sederajat dan Siswa SMA/sederajat.
Peran mahasiswa sebagai agent of change dan agent of control social yang disematkan pada mahasiswa, sebagaimana teoretis gerakan mahasiswa dapat terealisasikan. Apakah itu dalam konteks sosial-budaya, sosial-politik, dalam konteks ilmu pengetahuan umum dan sains, serta dapat membangun peradaban manusia sebagai generasi pengganti kaum tua. Tentunya hal itu dapat tercapai apabila kaum mahasiswa meningkatkan kualitas dirinya, baik kualitas keimanan dan keilmuan yang tak boleh dipisahkan.
Nah, di sinilah letak peran fungsi organisasi mahasiswa, terkhususnya HMI untuk memahasiswakan mahasiswa agar tidak menjadi kaum pelajar yang un sich, belajar di kelas untuk dirinya sendiri dan lupa peran fungsinya sebagai generasi pengganti dan penegak peradaban.
HMI dengan azas keislamanannya – bukan golongan umat Islam, menuntun mahasiswa muslim yang bergabung dengan HMI, dapat meneguhkan dan menjadi generasi umat Islam yang tidak memisahkan keimanan dan keilmuan, serta dunia dan akhirat. Islam sebagai agama dan sekaligus tuntunan hidup, menjadi landasan utama Kader-kader HMI. Ini lah yang harus terus dijaga.
Ditinjau dari tujuannya, “Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Subhanahu wata’ala.” disebut Kualitas Insan Cita HMI. Kualitas ini merupakan dunia cita yang ingin diwujudkan HMI di dalam pribadi seorang manusia beriman dan berilmu pengetahuan serta mampu melaksanakan tugas kerja kemanusiaan. (Hasil-Hasil Kongres HMI  XXX, 2018:235).
Dalam mewujudkan tujuan-tujuan HMI tersebut, yang berdampak positif pada mahasiswa muslim yang bergabung di HMI, maka Usaha-usaha sebagaimana pada pasal 5 Anggaran Dasar (AD) HMI harus direalisasikan seperti; (1). Membina pribadi muslim untuk mencapai akhlaqul karimah, (2). Membina pribadi muslim yang mandiri, (3). Mengembangkan potensi kreatif, keilmuan, sosial, dan budaya, (4). Mempelopori pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kemaslahatan masa depan umat manusia, (5). Memajukan kehidupan umat dalam mengamalkan Dienul Islam dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, (6). Memperkuat ukhuwah Islamiyah sesama umat Islam se-dunia, (7). Berperan aktif dalam dunia kemahasiswaan, perguruan tinggi dan kepemudaan untuk menopang pembangunan nasioanl, (8). Ikut terlibat aktif dalam menyelesaikan persoalan sosial kemasyarakatan dan kebangsaan, dan (9). Usaha-usaha lain yang tidak bertentangan dengan ayat 1 s.d. 7 dan sesuai azas, fungsi, dan peran organisasi serta berguna untuk mencapai tujuan organisasi.
Selanjutnya, sifat HMI yang independen dan stausnya sebagai organisasi mahasiswa menjadi salah satu pengekoh bahwa HMI dapat memahasiswakan mahasiswa walau di era digital saat ini dan sebagaimana yang dipertegas poin 4 di atas. Fungsinya sebagai organisasi perkaderan menjadi jantung serta wadah penempahan diri mahasiwa Muslim, baik formal, informal dan non-formal. Perannya sebagai organisasi perjuangan adalah bentuk komitmen sebagai generasi pengganti kaum tua untuk memperjuangakan agama, umat, bangsa dan negara.
HMI dapat memahasiswakan mahasiswa dengan segala komitmennya untuk peningkatan kualitas pribadi mahasiswa muslim (kader) yang tidak hanya belajar secara un sich di ruangan. Meminjam bahasa Solichin (Alumni HMI), HMI adalah Chandradimuka (tempat penempahan) mahasiswa. Senada dengan apa yang dikatakan Franz Magnis Suseno, bahwa HMI bukan sebuah nama saja, melainkan salah satu sekolah kader bangsa Indonesia yang terbuka, kritis, serta simpatik. (Ibnu Arsib, 2018:37-38).
Kesimpulannya, HMI memahasiswakan mahasiswa bermaksud dengan tujuan menciptakan; Pertama, Man of Future, dengan ciri berpikiran universal dan luas, futuristik, inklusif, terampil atau ahli dalam bidang yang diminatinya, sadar apa yang menjadi cita-citanya dan tahu bagaimana mewujudkannya. Kedua, Man of Inovator, dengan insan yang selalu menyuarakan ide pemikiran yang maju, imbang dan padu, kritis, dinamis, adil dan tidak sombong, beriman dan berilmu serta beramal saleh. Dalam satu kesatuan menjadi kualitas yang maksimal yaitu menjadi Insan Kamil.[]

Penulis: Ibnu Arsib (Bukan siapa-siapa, hanya manusia biasa).


No comments:

Post a Comment