Sejarah Ilmu Jiwa Anak-Anak - Yakusa Blog

Yakusa Blog

Mewujudkan Komunitas Intelektual Muslim

Monday, 16 September 2019

Sejarah Ilmu Jiwa Anak-Anak


YakusaBlog- Timbulnya Ilmu Jiwa Anak-anak, di awali dengan timbulnya anggapan-anggapan baru tentang hakekat anak-anak. Anggapan baru tersebut ialah bahwa anak-anak adalah manusia yang lain dengan orang dewasa, anak-anak hidup dengan dunianya sendiri, mempunyai perasaan, minat, sfiat dan ciri-ciri yang berlaian dengan orang dewasa.
Pandangan-pandangan baru tersebut meskipun pada umumnya mengenai pendidikan dan pengajaran, tetapi jelas akan memberi sumbangan yang besar terhadap perkembangan Ilmu Jiwa Anak-anak.
Pandangan-pandangan tersebut dalam garis besarnya sebagai berikut:
    a.  Pengajaran harus diselaraskan dengan jalan perkembangan anak.
    b.  Pengajaran harus dimulai dengan bendanya (Memperagakan).
    c.  Pengajaran harus menggembirakan dan menarik (pendapat Johann Bernhard Basedow).
    d.  Manusia pada dasarnya baik, lingkunganlah yang menjadikan jelek (pendapat Rousseau).
    e.  Pendidikan itu harus mengembangkan dan melatih daya anak-anak (pendapat Zalzmann).
    f.  Pengajaran itu harus bersandarkan pada kemungkinan-kemungkinan yang ada pada anak, bukan hanya bersandar pada apa yang kiti ingini, sebab pada akhirnya pendidikan itu harus dapat menolong diri anak sendiri. Semboyannya: Hilfe zur seibsthilfe” artinya pertolongan untuk dapat menolong diri sendiri. (pendapat Johann Heinrich Pestalozzi).
Dengan makin besarnya perhatian orang terhadap anak-anak ini, kemudian muncul pada akhir abad ke-18, ilmu baru yang disebut: “Paedology” yaitu ilmu yang membahas tentang perkembangan anak secara keseluruhan, baik mengenai perkembangan jasmani maupun perkembangan kejiwaannya. Khususnya yang membahas tentang perkembangan kejiwaan anak inilah yang kemudian dikenal dengan Ilmu Jiwa Anak-anak.
Ilmu Jiwa Anak-anak mulai dikenal dengan keluarnya karya dari Deitrich Tiedemann (Jerman, 1748-1803), yang berjudul: “Beobachtungen Uber Die Entwicklung Der Seelenfahigkeiten Bei Kindren” artinya Pengamatan mengenai perkembangan kejiwaan kanak-kanak, pada tahun 1787.
Buku tersebut adalah hasil penelitian terhadap perkembangan jiwa anaknya sendiri, yang merupakan hasil karya pertama kali di bidang ilmu jiwa anak-anak, yang disajikan secara teratur. Dengan hasil ini ternyata lebih banyak mendorong timbulnya penyeledikan-penyelidikan yang mempelajari jiwa anak-anak.
Apa yang telah dirintis oleh Pestalozzi dan Dietrich Tiedemann tentang Ilmu Jiwa Anak-anak, seakan-akan lenyap lagi hampir seabad lamanya. Baru pada tahun 1882, kedudukan Ilmu Jiwa Anak-anak keuat lagi sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri dengan keluarnya buku hasil karya Wilhelm Preyer yang berjudul “Die Seele des Kindes”. Dengan buku inilah Wilhelm Preyer termasyhur dan mendapat julukan sebagai Bapak Psychologi Kanak-Kanak. Isi dari buku tersebut adalah hasil penyelidikan mengenai anaknya sendiri, dengan menggunakan metode-metode yang dipandang dari kacamata pengetahuan bersifat ilmiah, yaitu metode observasi sistematis, eksperimen dam komparasi dengan hewan.
Ilmu Jiwa Anak-anak ini makin berkembang dengan ditemukannya prinsip metodologi ilmiah dalam penyelidikan Ilmu Jiwa oleh W. Wundt, di mana dia mempelopori penggunaan metode ekperimen dalam penyelidikan-penyelidikannya. Dan dengan penemuannya ini pula Ilmu Jiwa memulai babak baru sebagai Ilmu Jiwa Modern.
Adapun prinsip-prinsip yang digunakan dalam penyelidikan adalah sebagai berikut:
    a.  Bahwa dalam prose appersepsi, individu bersikap aktif, bukan hanya pasif sebagai wadah.
    b.  Bahwa pendorong utama dari manusia adalah kemauan dan proses kemauan.
    c.  Bahwa keseluruhan itu, lebih dari hanya jumlah dari bagian-bagian.
Demikianlah kemudian banyak ahli-ahli yang muncul dengan hasil karyanya antara lain: (a). Ernest Meumann, menggunakan prinsip-prinsip metodologi Wundt, yang bersifat eksperimentil untuk menyelidiki anak-anak. (b). Alfred Binet, mengadakan study experiment tentang intelegensi anak, yang kemudian dia ditunjuk sebagai Pemerintah Perancis untuk mencari cara yang dapat membedakan antar anak normal dan anak tidak normal. Kemudian dia dikenal dengan test inteligensi, yang disebut IQ (Intelegence Quotient). (c). James Mark Badwin, dengan karya utamanya berjudul “Mental Development in the child and the Race” dengan konsepnya bahwa perkembangan itu berlangsung sebagai proses imitasi dengan adaptasi dan seleksi. (d). W. Stern yang dibantu oleh isterinya Clara, terkenal dengan teori Konvergensi dalam pendidikan dan psikologi perkembangan. €. Maria Montessori, dengan dua azas pokok yang terkenal, yaitu azas kebutuhan vital yaitu apa yang terkenal dengan masa peka (teacheblemoment) dan azas kesibukan sendiri.
Dan masih banyak lagi, seperti Ch. Buhler, Koffka, Kroh, Decroly, Perez, Kohnstamm, Waterink, Langeveld, dan sebagainya.
Mula-mula Ilmu Jiwa Anak-anak, mempelajari peristiwa kejiwaan secara sendiri-sendiri, seperti: ketakutan, fantasi, kejujuran, perasaan, ingatan dan sebagainya, dengan jalan angket. Kemudian orang mempelajari ilmu jiwa anak sebagai suatu kesatuan yang utuh, totalitas, pada suatu fase tertentu, secara berurutan. Misalnya bagaimana perkembangan kejiwaan pada masa childhood, infacy, dan lain-lain.[]


Sumber tulisan: Moh. Kasiram, Ilmu Jiwa Perkembangan; Bagian Ilmu Anak, Surabaya, Usaha Nasional, 1983, hal: 15-19.

No comments:

Post a Comment