HMI Tempat Berhimpunnya Mahasiswa Islam - Yakusa Blog

Yakusa Blog

Mewujudkan Komunitas Intelektual Muslim

Tuesday, 10 September 2019

HMI Tempat Berhimpunnya Mahasiswa Islam


YakusaBlog- Sudah pasti dengan hangat dan penuh senyum kita menyambut teman-teman mahasiswa baru secara umumnya, juga teman-teman mahasiswa baru yang beragama Islam khususnya, di seluruh perguruan tinggi yang ada di Indonesia, baik perguruan tinggi negeri maupun swasta. Selamat bergabung menjadi mahasiswa, generasi pengganti dan sumber daya manusia berkualitas, dan menjadi insan-insan pembangunan agama juga bangsa.
Berbicara tentang mahasiswa akan tidak ada habis-habisnya. Mengapa demikian? Karena ketika membicarakan tentang dunia kemahasiswaan berbagai sudut menjadi bahan-bahan pembicaraan, berbagai aspek menjadi bumbu-bumbu cerita dan berbagai cita-cita kemahasiswaan menjadi indoktrinitas sebagai bentuk perjuangan. Apa yang diperjuangkan? Hal itu tergantung persfektif masing-masing. Yang terpenting persfektif itu masih dalam koridor dunia kemahasiswaan.
Menjadi mahasiswa, khususnya mahasiswa yang beragama Islam, adalah perubahan status dari siswa. Dari sudut status sosialnya juga akan menjadi kaum atau kelompok tengah. Maksudnya kelompok tengah adalah menjadi penyambung antara kepentingan rakyat kepada pemerintah. Ini memang teori dari mahasiswa pergerakan, tapi kiranya tak salah kita pakai.
Jika kita mengikuti bahasa dalam UU Pendidikan Tinggi, di sana menyebutkan bahwa mahasiswa adalah peserta didik yang terdafatar di sautu perguruan tinggi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), di sana disebutkan mahasiswa mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi. Dua pengertian tersebut sangat tidak memuaskan sehingga sering dikritisi oleh aktivis-aktivis mahasiswa.
Muncul kritikan tersebut janganlah menjadi sesuatu benda yang membuat kita alergi, apalagi para pihak perguruan tinggi. Muncul kritikan tersebut memiliki landasan sejarah yang kuat. Di mana para pelopor-pelopor kemerdekaan, atau pejuang-pejuang kemerdekaan tidak bisa dilepaskan dari kaum muda yang notabenanya mereka pada saat itu adalah mahasiswa, atau setidaknya mulai berjuang saat menjadi pelajar, baik di negeri sendiri seperti Bung Karno bersama teman-temannya, dan Bung Hatta di Belanda bersama teman-temannya. Hingga sampai saat ini, gerakan mahasiswa masih menjadi suatu sorotan dan menjadi penggerak perubahan kondisi, baik dalam urusan politik, budaya, sosial, agama dan aspek sosial lainnya.
Bermahasiswa tidaklah cukup belajar di ruang kelas secara un sich, tapi harus mempunyai ruang-ruang belajar di tempat lain. Metode atau cara mahasiswa mendapatkan ilmu pengetahuan, cara mendalami bidang studi yang dipilih, tidak lagi sama dengan sewaktu di sekolah. Keaktifan di luar jam kuliah menjadi tuntutan penuh jika tidak mau tertinggal. Untuk itu kita membutuhkan sebuah wadah yang bisa membantu atau mengembangkan minat dan bakat selama bermahasiswa. Di organisasi kita dapat melatih kemampuan kita, atau mendalami sesuatu yang ingin kita gapai. Bermahasiswa tidak dapat hidup sendiri, kita harus mempunyai suatu wadah atau organisasi.
HMI Tempat Berhimpunnya Mahasiswa Islam
Himpunan Mahasiswa Islam atau terkenal dengan nama HMI, adalah organisasi mahasiswa tertua di Indonesia. HMI berdiri dua tahun setelah kemerdekaan negara yang kita cintai ini, Indonesia. HMI didirikan oleh sekelompok mahasiswa dari Sekolah Tinggi Islam (STI) Yogyakarta–sekarang menjadi Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, pada tahun 1947. Mahasiswa menjadi pelopor pendirian HMI bernama Lafran Pane, dan telah menjadi Pahlawan Nasional. Tanpa menyombongkan diri, setahu penulis, Lafran Pane lah satu-satunya di Indonesia ini, mungkin juga di dunia ini, yang diangkat menjadi Pahlawan Nasional yang hanya mendirikan organisasi bagi kaum muda.
Artinya, setelah HMI menunjukkan visi misinya yang bermanfaat bagi umat dan bangsa, bahwa HMI yang dipelopori Lafran Pane, bukanlah organisasi main-main, apalagi dimainkan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab. HMI seiring perjalanannya hingga saat ini, telah membuktikan kecintaannya pada umat, bangsa dan kemahasiswaan. HMI bertujuan tidak lepas dari Islam sebagai azasnya (Keislaman), Indonesia sebagai negaranya (Keindonesiaan), dan Mahasiswa Islam sebagai pengemban/pelaksana tujuannya (Kemahasiswaan).
Sebenarnya, membicarakan sejarah HMI dalam tulisan ini sangat tidak memungkinkan. Mengapa demikian? Hal itu dipengaruhi beberapa faktor; Pertama, mengingat pembicaraan tulisan ini memang sengaja untuk dibuat tidak panjang, karena ada kekhawatiran bahwa teman-teman malas membacanya. Tapi, jika dirasa tulisan ini terlalu singkat, teman-teman bisa lebih lanjut membaca dalam beberapa tulisan saya, baik yang sudah pernah ada dan yang akan saya tulis (mohon menunggu).
Kedua, mengingat sejarah HMI sudah sangat panjang untuk diceritakan, padahal tulisan ini sedikit singkat, maka saya saran agar dapat membacanya dalam buku-buku HMI yang pernah ditulis oleh Agussalim Sitompul, sangat gampang dicari, tinggal minta tolong pada Syekh Google. Selanjutnya, jika teman-teman mahasiswa baru tertarik dengan sejarah HMI, silahkan mengikuti MAPERCA HMI (Masa Perkenalan Calon Anggota HMI) di manapun kamu mendengarnya akan di adakan. Karena dalam MAPERCA HMI, teman-teman mahasiswa akan mendapatkan materi diskusi tentang sejarah HMI.
Ketiga, ini agak pribadi. Saya masih memiliki antrian tulisan yang segera diselesaikan. Dan juga betapa terbatasnya wawasan saya dalam menjelaskan sejarah HMI, jika lewat tulisan ini. Kebiasaan saya menjelaskannya dalam forum-forum HMI, baik MAPERCA, LK I, LK II dan forum informal. Sekali-kali bisalah di Warung Kopi.
Lalu, mengapa saya katakan bahwa HMI adalah tempat berhimpunnya mahasis Islam? Sebelum teman-teman membacanya penjelasan saya, harapannya teman-teman menyimpulkan dengan jernih jika ada yang sesuatu sulit untuk dimengerti. Selanjutnya, siapkan dulu secangkir kopi atau apa pun yang menjadi minuman favorit teman-teman. Yang merokok, tarik hisapan rokoknya dengan cita rasa tembakau bercampur cengkeh dengan suara kretek yang khas, lalu hembuskan dengan suara yang khas juga. Nikmat tiada tara, dan tulisan ini enak dibaca.
HMI menjadi tempat berhimpunnya mahasiswa Islam, karena secara aturan organisasi ini bahwa yang dapat menjadi anggota HMI adalah harus mahasiswa Islam. Perlu diingat teman-teman, bahwa HMI tidak membatasi dari golongan Islam mana kamu berangkat. Latar belakang organisasi keislaman keluarga kita tidak menjadi faktor penghambat masuk HMI.
Teman-teman yang dari keluarga Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Al-Washliyah, dan kelompok Islam lainnya tidak menjadi masalah di HMI. Apa pun golongannya atau latar organisasi keislaman keluarga kita, HMI dapat menampungnya. Mengapa demikian? Karena HMI didirikan untuk semua golongan Islam yang ada di Indonesia, selama golongan Islam itu tidak menyimpang dari ajaran Al-Quran dan Sunnah Rasulullah Saw. HMI tidak terikat dengan mazhab (aliran-aliran) yang dianut oleh suatu golongan Islam di Indonesia. Karena, HMI memfokuskan pada persatuan dan kesatuan umat Islam (Ukhuwah Islamiyah), dan setiap bangsa yang ada di Indonesia. Mengenai mazhab yang dianut, kembali kepada kader-kadernya masing-masing.
Tidak ada saling menyalahkan mazhab atau ajaran yang sifatnya fiqih sesama kader HMI. HMI tidak mau terlibat dalam perdebatan cabang-cabang, tapi memfokuskan pada hal-hal pokok, seperti keimanan, keilmuan, kemanusiaan dan bagaimana amal saleh dapat diaplikasikan. Karena, HMI yakin sekali, apa pun golongan atau mazhabnya tidak akan mengajarkan keburukan. Toleransi di HMI sangat dijunjung tinggi. Menyatakan diri yang paling benar, sesuatu hal yang dijauhkan, karena kebernaran mutlak adalah milik Allah Swt.
Di HMI ini juga tempat berhimpunnya mahasiswa Islam, karena tidak memandang suku, ras, warna kulit, bahasa, dan sekte-sekte lainnya. Yang terpenting mahasiswa itu beragama Islam. Sebagaimana ajaran agama Islam bahwa, perbedaan adalah rahmat. Diciptakannya manusia dengan segala perbedaan adalah supaya saling mengenal. Dan agama Islam tidak mengenal perbedaan bangsa, negara, suku atau apapun, seluruhnya bersaudara apabila telah mejadi agama Islam. Sedangkan yang tidak beraga Islam saja adalah saudara kita, yaitu saudara sesama manusia.
HMI menjadi tempat yang sangat menjunjung tinggi kebersamaan. Di HMI, anak NU dan anak Muhammadiyah dapat berbincang-bincang dengan kepala dingin, menyamakan persepsi dalam hal-hal pokok. Anak NU dan anak Al-Washliyah dapat duduk sama dalam membicarakan kemajuan umat Islam yang akan datang. Dan segenap anak golongan Islam lainnya dapat duduk satu tikar membicarakan dan mempersiapkan diri untuk kemajuan agama dan negara, serta menjunjung tinggi nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan di atas bumi ini.
Oppss, nampaknya tak siap-siap tulisan ini jikalau penulis lanjutkan. Rasanya mengalir bagai air terjun. Tapi, kita usaikan saja sampai di sini. Saya pikir sedikit sudah terjawab kenapa HMI menjadi tempat berhimpunnya mahasiswa Islam. Untuk itu, silahkan berhimpun di HMI dan jangan lupa ajak teman-teman mahasiswa Islam lainnya.
Mohon maaf jika tulisan ini ada yang typo dan tanpa penutup atau apalah itu namanya. Mungkin di tulisan selanjutnya kita dapat berbincang lagi. Sekali lagi, selamat datang dan bergabung teman-teman mahasiswa baru secara umumnya, dan teman-teman mahasiswa baru yang beragama Islam secara khususnya selamat berhimpun di HMI. Insya Allah, saya (Ibnu Arsib) akan bertemu dengan teman-teman jika bergabung di HMI. Semoga.[]

Penulis: Ibnu Arsib (Instruktur HMI dan Penggiat Literasi di Kota Medan)

No comments:

Post a Comment