Ciri-ciri Penulis Idealis dan Industrialis - Yakusa Blog

Yakusa Blog

Mewujudkan Komunitas Intelektual Muslim

Tuesday, 3 September 2019

Ciri-ciri Penulis Idealis dan Industrialis



YakusaBlog- Menurut Direktur Andi Publisher, Joko Mumpuni, pada acara seminar Kiat Menulis dan Strategi Bisnis Penulis TI, 29 April 2006 di Jakarta, membagi dua jenis penulis. Penulis pertama adalah Penulis Idealis dan kedua adalah Penulis Industrialis. Seperti apakah ciri-ciri penulis idealis dan penulis industrialis itu:
Ciri-ciri Penulis Idealis
Pertama, Penulis Idealis saat menulis tidak begitu memperhatikan bagaimana kebutuhan pasar atau pembaca. Dia (penulis) selalu menulis hal-hal yang menurut dia bagus dan berkualitas, tapi tidak perduli apakah tulisannya itu laku (diterima oleh pembaca) atau tidak.
Kedua, Penulis Idealis tidak begitu menyukai campur tangan pihak lain dalam tulisannya. Apa yang ia tulis merupakan harga mati dan tidak boleh diutak-atik.
Ketiga, Penulis Idealis menulis bukan karena mengharap imbalan uang. Imbalan finansial tidak begitu dipentingkan. Yang penting bagi Penulis Idealis adalah kepuasan batin atau hal-hal yang bersifat nonmateri dari apa yang ia tulis.
Keempat, Bagi Penulis Idealis bahwa kesempurnaan sebuah karya tulis lebih penting dari daripada produktivitas. Jadi, biarlah sebuah tulisan digarap dalam waktu panjang, yang penting kualitasnya bagus. Bisa jadi penulis seperti ini hanya menerbitkan satu buku dalam waktu lima tahun.
Ciri-ciri Penulis Industrialis
Selanjutnya tentang bagaimana ciri-ciri Penulis Industrial ini? ciri-cirinya yaitu:
Pertama, Penulis Industrial menulis dengan sangat memperhatikan kebutuhan pasar atau pembaca. Biasanya penulis seperti ini sering bertanya pada penerbit, “Buku jenis apa nih, yang akan tren dalam setahun ke depan?” Jika pernerbit menjawab, “Buku kisah nyata yang mengandung hikmah,” maka Penulis Industrialis akan segera menulis buku yang seperti itu.
Kedua, Penulis Industrialis sangat terbuka dan lapang dada terhadap segala intervensi pihak lain pada karya tulisnya. Apapun masukan dari pihak lain (termasuk penerbit) pada tulisannya, dia akan menerima dengan terbuka, selama masukan itu memberikan manfaat yang positif terhadap daya jual bukunya.
Ketiga, Tujannya menulis adalah imbalan finansial dan itu menjadi tujuan utamanya. Sebelum menawarkan naskah bukunya ke penerbit, dia akan bertanya, “Royaltinya berapa?” Kalau pihak penerbit menjawab, “Delapan persen dari harga buku,” dia akan berkata, “Penerbit X menawari saya royalty sepuluh persen. Mending naskah buku ini saya terbitkan di sana.”
Keempat, Terkadang kesempurnaan karya tidak lebih penting daripada produktivitas bagi penulis industrialis. Bahkan produktivitas merupakan hal yang amat penting. Si Penulis Industrialis mungkin menerbitkan 10 atau 20 buku dalam setahun. Tapi bagaimana kualitasnya? Masih perlu dibicarakan.
Melihat ciri-ciri di atas, Anda masuk kategori yang mana?
Menurut Joko Mumpuni, penulis industrial punya kebiasaan unik. Sebelum mengirimkan naskah, mereka biasaya mengirimkan proposal penerbitan buku. Jika si penerbit tertarik pada proposal itu, maka si penulis mengerjakan buku tersebut dengan serius, karena dia sudah punya jaminan bahwa buku itu akan diterbitkan dan laku di pasaran.[]

Sumber: Indari Mastuti, Ternyata Menulis Itu Gampang, Solo: Samudera, 2011, hal. 60-62.

1 comment: