YakusaBlog- Menurut
Direktur Andi Publisher, Joko Mumpuni, pada acara seminar Kiat Menulis dan
Strategi Bisnis Penulis TI, 29 April 2006 di Jakarta, membagi dua jenis
penulis. Penulis pertama adalah Penulis Idealis dan kedua adalah Penulis
Industrialis. Seperti apakah ciri-ciri penulis idealis dan penulis industrialis
itu:
Ciri-ciri Penulis
Idealis
Pertama,
Penulis Idealis saat menulis tidak begitu memperhatikan bagaimana kebutuhan
pasar atau pembaca. Dia (penulis) selalu menulis hal-hal yang menurut dia bagus
dan berkualitas, tapi tidak perduli apakah tulisannya itu laku (diterima oleh
pembaca) atau tidak.
Kedua,
Penulis Idealis tidak begitu menyukai campur tangan pihak lain dalam
tulisannya. Apa yang ia tulis merupakan harga mati dan tidak boleh diutak-atik.
Ketiga,
Penulis Idealis menulis bukan karena mengharap imbalan uang. Imbalan finansial
tidak begitu dipentingkan. Yang penting bagi Penulis Idealis adalah kepuasan
batin atau hal-hal yang bersifat nonmateri dari apa yang ia tulis.
Keempat,
Bagi Penulis Idealis bahwa kesempurnaan sebuah karya tulis lebih penting dari
daripada produktivitas. Jadi, biarlah sebuah tulisan digarap dalam waktu
panjang, yang penting kualitasnya bagus. Bisa jadi penulis seperti ini hanya
menerbitkan satu buku dalam waktu lima tahun.
Ciri-ciri Penulis
Industrialis
Selanjutnya
tentang bagaimana ciri-ciri Penulis Industrial ini? ciri-cirinya yaitu:
Pertama,
Penulis Industrial menulis dengan sangat memperhatikan kebutuhan pasar atau
pembaca. Biasanya penulis seperti ini sering bertanya pada penerbit, “Buku
jenis apa nih, yang akan tren dalam setahun ke depan?” Jika pernerbit menjawab,
“Buku kisah nyata yang mengandung hikmah,” maka Penulis Industrialis akan
segera menulis buku yang seperti itu.
Kedua,
Penulis Industrialis sangat terbuka dan lapang dada terhadap segala intervensi
pihak lain pada karya tulisnya. Apapun masukan dari pihak lain (termasuk
penerbit) pada tulisannya, dia akan menerima dengan terbuka, selama masukan itu
memberikan manfaat yang positif terhadap daya jual bukunya.
Ketiga,
Tujannya menulis adalah imbalan finansial dan itu menjadi tujuan utamanya. Sebelum
menawarkan naskah bukunya ke penerbit, dia akan bertanya, “Royaltinya berapa?”
Kalau pihak penerbit menjawab, “Delapan persen dari harga buku,” dia akan
berkata, “Penerbit X menawari saya royalty sepuluh persen. Mending naskah buku
ini saya terbitkan di sana.”
Keempat,
Terkadang kesempurnaan karya tidak lebih penting daripada produktivitas bagi
penulis industrialis. Bahkan produktivitas merupakan hal yang amat penting. Si Penulis
Industrialis mungkin menerbitkan 10 atau 20 buku dalam setahun. Tapi bagaimana
kualitasnya? Masih perlu dibicarakan.
Melihat
ciri-ciri di atas, Anda masuk kategori yang mana?
Menurut
Joko Mumpuni, penulis industrial punya kebiasaan unik. Sebelum mengirimkan
naskah, mereka biasaya mengirimkan proposal penerbitan buku. Jika si penerbit
tertarik pada proposal itu, maka si penulis mengerjakan buku tersebut dengan
serius, karena dia sudah punya jaminan bahwa buku itu akan diterbitkan dan laku
di pasaran.[]
Sumber:
Indari Mastuti, Ternyata Menulis Itu
Gampang, Solo: Samudera, 2011, hal. 60-62.
Sangat bermanfaat
ReplyDelete