YakusaBlog- Setahun
kurang lebih kita jalani proses bersama di HMI. Menjalani dinamika organisasi
yang terkadang sangat membosankan dan terkadang sangat mengasyikkan. Semuanya
takkan terlupakan walau usia tak lama mampu bertahan. Aktivitas yang kita
lakukan pun kiranya untuk meneguhkan perjuangan dan memupuk kualitas menjadi
kader umat dan kader bangsa.
Hari-hari
kita begitu sibuk dengan aktivitas kuliah, organisasi, turun ke jalan,
berdiskusi, bersama umat dan aktivitas yang membuat kita menjadi seorang
manusia. Melatih diri untuk menemukan jati diri sebagai seorang mahasiswa,
khususnya sebagai seorang manusia.
Dinamika
demi dinamika kita jalani bersama dan teman-teman kita. Terkadang membuat hati
kesal, dan terkadang membuat tawa terpingkal-pingkal. Terkadang kita semua
sedih, tapi kesedihan itu lepas begitu saja saat kita semua makan bersama di
atas daunan pisang. Terkadang pikiran kita begitu suntuk dan penat. Tapi,
dengan begitu cepat terobati ketika kita ngopi bersama sambil berceloterh ilmu
pengetahuan.
Tiba
lah saat kita pada bulan suci ramadhan. Bulan yang penuh berkah dari Allah Swt.
Bulan yang ditunggu-tunggu oleh banyak umat Islam untuk mempertebal ibadah dan
mengharapkan kemuliaan di bulan suci Ramadhan.
Hari
ini, bulan suci telah berjalan begitu jauh. Senbentar lagi mendekati bulan
kemenangan, di mana setiap muslim merayakan hari kemenangan setelah bulan suci
ramadahn ini.
Yunda,
kamu masih ingat kegiatan kita beberapa hari yang lalu? Kegiatan yang menghiasi
aktivitas kita semua selama menjalankan ibadah bulan suci ini. Ya, kita
sama-sama mengadakan sahur bersama, buka puasa bersama. Buka puasa bersama di sekretariat,
di rumah kader, di rumah alumni dan dan di tempat-tempat yang menurut kita enak
untuk berbuka puasa.
Bukan
hanya berbuka puasa bersama. Kita juga telah melakukan khataman qur’an, membuat
kegiatan berbagi takjil dan juga dengan seikhlasnya memberikan santunan kepada
anak yatim. Kita banyak melakukan kegiatan yang mudah-mudahan meningkatkan spiritual
kita dan semata-mata mengharapkan ridho dari Allah Swt.
Kamu
masih ingat Yunda? Secara asupan intelektual juga tidak kita lupakan. Sebagai kader
HMI, yang terkenal dengan keintelektualannya, kita tidak mau hanya dijadikan
slogan belaka. Kita terus mengadakan diskusi-diskusi baik formal maupun non-formal.
Aku masih ingat beberapa hari yang lalu sewaktu kita mengadakan sahur
beramai-ramai di jalanan. Kita membagi-bagikan makanan sahur dan kemudian kita
ngobrol barang sedikit terkait politik, peniddikan, filsafat, agama dan
khasanah pemikiran lainnya.
Sungguh
asyik apa yang kita rasakan. Sebagai seorang kader yang merantau untuk mencari ilmu
pengetahuan, di HMI kita mendapatkannya. Bukan hanya ilmu pengetahuan, tapi
kita juga mendapatkan saudara yang saling membantu bukan saling sikut menyikut.
Di HMI ini juga, aku menemukanmu yang aku tak tahu kelak kau jadi apaku. Apakah
jadi pendamping hidupku? Atau tetap sebagai temanku atau saudaraku sehimpunan?
Sang Waktulah yang akan menjawabnya.
Tapi,
yang terpenting adalah aku telah menemukanmu. Aku telah bertemu denganmu. Tak peduli
kelak kau jadi apaku. Semampuku aku hanya berusaha. Selebihnya urusan Sang
Penentu segalanya.
Saatnya,
tiba lah hari mudik mulai. Suatu kebudayaan yang tak baru lagi bagi masyarakat
kita. Banyak manusia hilir mudik, pulang kampung, kembali kepada keluarganya
untuk merayakan hari kemenangan, Idul Fitri. Hehee…tentunya menyiapkan THR.
Aku
pun tidak tahan menahan rindu pada keluargaku, semoga menjadi keluargamu juga. Yang
nantinya juga rindu itu akan berganti sehingga menjadi rindu tempat di mana ada
kita berdua, di mana kita dan teman-teman, dan tempat di mana kita terus
menempah diri.
Tibalah
saatnya aku harus mudik, meninggalkanmu sementara untuk kuceritakan pada seisi
rumahku. Tentang pengamalanku, pengalaman kita dan pengalaman kita bersama
teman-teman. Kutitipkan himpunan ini padamu. Mohon kau jaga agar tetap sehat
dan baik-baik saja. Aku hanya pergi barang sebentar. Menemui orang yang telah
melahirnkanku. Menemui orang yang banyak menggendongku sejak kecil. Orang yang mengajariku
banyak hal tentang bagaimana sejatinya menjadi seorang laki-laki. Dan pastinya,
mereka menunggumu juga jika sudah waktunya.
Yunda,
aku mudik. Hubungan kita tak pernah tercabik-cabik. Walau matahari nantinya telah
terik, aku tetap berteriak bahwa kita berdua tetap akan sejuk. Walau arus mudik
padat dan macet, tapi rindu tidak akan pernah seperti kendaraan-kenderaan yang
mengalami arus mudik.
Baca juga: Surat Yunda Untuk Kanda yang Mudik
Baca juga: Surat Yunda Untuk Kanda yang Mudik
Yunda,
kutitipkan himpunan ini lagi padamu. Hanya panjinya yang dapat selalu kubawa
dan kutanamkan selalu di hatiku. Kepergianku hanya barang sebentar. Walau tubuh
nantinya jauh di sana, tapi hati dan pikiranku dekat di himpunan kita ini,
bersamamu.[]
Penulis:
Ibnu Arsib (Bukan siapa-siapa, hanya manusia biasa).
Ket.gbr: Ilustration
Ket.gbr: https://www.facebook.com/
No comments:
Post a Comment