YakusaBlog- Sebentar
lagi Puasa Ramadhan akan usai Kanda. Kamu pun mudik ke kampung halaman, bertemu
keluarga untuk menyambut hari kemenangan. Bermaaf-maafan, bersimpuh sujud di
kaki Orangtua tersayang, mencium tangan mereka yang mulai layu, mencium wajah mereka
yang mulai bergaris. Jangan lupa salamku pada mereka yang telah melahirkan dan
merawat orang yang kukagumi sekaligus kusayangi, yaitu kamu Kanda.
Di
sini, aku terus mengingatmu, mengingat aktivitas-aktivitas kita selama
berhimpunan kurun waktu setahun ini, bahkan dua atau tiga tahun yang lalu. Mengingat
dinamika-dinamika yang kadang membuat kita geram, lelah, capek yang bercampur
senang dan bahagia. Seperti yang kamu katakan sebelumnya.
Saat
kamu mengucapkan kata berpisah untuk sementara waktu, aku terus merenungkan dan
mengingat apa-apa yang kita lewati bersama teman-teman kita di Himpunan ini.
Aku senyum-senyum sendiri mengingat tingkah lakumu yang lucu, serius, mimik
wajahmu yang letih berpikir dan aku rindu celotehan-celotehan ilmu
pengetahuanmu. Tentunya juga bersama teman-teman kita. Teman-teman yang
menghiasi nostalgia kita bersama, di Himpunan ini.
Aku
juga ingat aktivitas-aktivitas kita selama bulan suci ini. Kita sahur bersama
teman-teman, Bukber, bersilaturahmi ke tempat alumni, mengadakan pesantren
kilat yang tak sempat kamu sebutkan sebelumnya, dan juga berbagai macam
kegiatan yang mengasah spiritual, emosional dan intelektual kita.
Sebagai
seorang kader yang terus berproses aku tidak lupa apa yang telah kita dapatkan,
tidak lupa mengucapkan syukur sedalam-dalamnya dengan apa yang kita terima dari
Himpunan ini. Pengalaman dari organisasi yang kita cintai ini mengajarkan kita
banyak hal. Memahami berbagai macam pola pikir dan pola laku kader-kader, de el
el lah pokoknya, kanda.
Nah,
tibalah saatnya kamu mudik. Pulang ke kampung halaman yang kamu rindukan. Sebagaimana
aku merindukanmu saat ini, semenjak kepergianmu yang sementara waktu. Walau sementara,
entah mengapa aku merasa itu sangat lama.
Kanda,
aku tidak dapat menahanmu, tapi ijinkanlah hatiku ikut bersamamu. Bertemu dengan
keluarga yang kamu sayangi, pastinya aku juga menyayanginya. Sampaikanlah salamku pada mereka bahwa aku juga
ingin bertemu mereka yang melahirkan dan merawatmu sejak kecil, hingga aku
melihat betapa berhasilnya mereka merawatmu menjadi sosok yang melengkapi
hidupku.
Aku
juga tidak bisa menahanmu untuk tidak mudik, tapi ijinkanlah do’aku terus
menyertaimu sepanjang jalan hingga selamat sampai tujuan. Semoga do’aku ini
didengar oleh Sang Penyelamat yang mempertemukan kita di Himpunan ini.
Kanda,
keselamatanmu di jalan adalah harta termewah bagiku saat ini. berhati-hati lah
di jalan. Arus mudik begitu padat, dan memang begitulah setiap tahunnya. Masyarakat
kita sudah sangat susah untuk merubah budaya mudik ini.
Pasti
jalan begitu macet, tapi rinduku tidak akan pernah semacet arus mudik. Ingatlah,
berita keselamatan dan sampainya kamu dirumuhmu adalah berita terbaik bagiku
dibanding berita-berita apa pun. Kanda, jangan lupa kirimlah pesan jika sudah
sampai tujuan.
Walau
kanda mudik, aku pastikan hubungan kita tidak akan tercabik-cabik. Tidak lekang
oleh waktu dan jarak. Biar lah debur rindu terus bersuara seperti debur ombak
menyentuh karang. Walau matahari nantinya terik, hubungan kita pasti tetap
sejuk. Walau malam nantinya dingin, hubungan kita tetap terselimuti.
Kamu
titipkan Himpunan itu padaku, supaya aku menjaganya dari tangan-tangan kotor,
Insya Allah akan kujaga dengan semampuku. Dengan bekal idealisme dan semangat
perjuangan yang kamu tanamkan, mudah-mudahan menjadi modal perjuangan.
Kanda yang mudik, hati-hati lah dari
jalan yang garang.
Kanda yang mudik, tetaplah berjuang.
Kanda yang mudik, selamat bertemu
keluarga tersayang.
Kanda yang mudik, janganlah terlambat
pulang.
Kanda yang mudik, aku sangat sayang.[]
Penulis:
Ibnu Arsib (Bukan siapa-siapa, hanya manusia biasa).
Sbr.gbr: https://insta-stalker.com/
Ket.gbr: Ilustration
No comments:
Post a Comment