YakusaBlog- Satu minggu lebih Konferensi HMI Cabang Medan telah berlangsung. Konferensi HMI Cabang Medan berjalan bagai hewan kelabang seribu. Tanda-tanda perbaikan HMI Cabang Medan lewat rapat tahunan ini belum juga diketahui ke mana arahnya. Berjalan begitu lambat sehingga menularkan virus kebosanan dan keapatisan.
Bulan ini adalah bulan suci Ramadhan. Segenap umat Islam bergembira beribadah dengan penuh hikmah. Di masjid-masjid terdengar lantunan ayat-ayat suci Al-qur’an, sedangkan di rumah kita terdengar perdebatan-perdebatan panjang. Umat di bulan ini bermisi meningkatkan ibadah, sedangkan kita masih kehilangan arah.
Pertanyaannya adalah Quo Vadis (Mau di Bawa Kemana) HMI Cabang Medan? Mengapa kita lebih sibuk dalam suksesi ketimbang substansi? Mengapa kita lebih mendahulukan regenerasi, yang dalam kata lainnya pemilihan sosok yang menjadi Ketua Umum HMI Cabang Medan, dibanding evaluasi HMI belakangan ini?
Sebagai seorang Kader HMI Cabang Medan, sebetulnya saya berat untuk menuliskan ini. Akan tetapi, getaran hati untuk menyadarkan saya dan Keluarga Besar HMI Cabang Medan, membuat saya harus berani menuliskannya. Setidaknya dapat menjadi renungan kita bersama.
Secara pribadi saya terlibat di dalamnya untuk saat ini. Sehingga saya sering mengatakan; Ayo kita laksanakan Konferensi dengan baik serta sesuai nilai-nilai konstitusi dan etika berorganisasi! Jangan ada lagi Konferensi yang melahirkan konflik yang membuat HMI Cabang Medan terdegradasi secara kualitatif.
Memperbaiki HMI Cabang Medan adalah tugas kita bersama. Di bulan suci Ramadhan ini, kita melaksanakan Konferensi, sehingga harapan kita masing-masing dari agenda ini dapat melahirkan nilai-nilai suci pula. Bagaimana pun perjalanan HMI Cabang Medan beberapa tahun belakangan ini, secara obyektif kita harus mengevaluasinya. Siapa pun yang terpilih dalam Konferensi ini, ia tentunya adalah Kader terbaik HMI Cabang Medan, asal terpilih dengan penuh etika organisasi dan sesuai rule of game.
Kita sudah muak dengan pola-pola yang memecah belah Kader-kader lewat Konferensi. Kita sudah bosan dengan pola-pola yang tidak menghasilkan apa-apa dari Konferensi. Kita menginginkan Program Kerja yang lahir dari Konferensi kali adalah program kerja yang dapat memenuhi dan menjawab apa yang menjadi permasalahan organisasi HMI, masyarakat atau umat dan negara kita. Melahirkan Rekomendasi dan Momerandum yang dapat berkontribusi dalam pembangunan berbagai aspek. Serta mampu menjawab tantangan jaman.
Empat Calon Ketua Umum
Empat Kader Calon Ketua Umum; Fajar, Akbar, Fadel dan Beny, adalah representatif dari tiga puluh empat Komisariat yang ada di HMI Cabang Medan, yang salah satunya akan menjadi sosok pengemban amanah dari tiga puluh empat Komisariat. Ingat, bukan hanya satu atau beberapa Komisariat saja. Artinya, siapa pun di antara mereka (Fajar, Akbar, Fadel dan Beny) harus siap melayani seluruh Komisariat yang ada di HMI Cabang Medan jika terpilih. Amanah yang dipercayakan harus dilahirkan dari Konferensi yang tidak menyimpang dari etika organisasi. Tidak bertentangan dengan norma-norma organisasi. Harpannya sosok tersebut lahir dari proses Konferensi yang adil tanpa harus membuat arena tersendiri sesuai kepentingan sekelompok.
Hal terberat bagi siapa pun yang terpilih di antara mereka berempat adalah bukan pada saat pencalonan Ketua Umum. Tetapi, bagaimana dapat menjalankan amanah ketika terpilih. Pengurus HMI Cabang Medan tidak dapat berjalan dengan baik tanpa dukungan dan kritikan dari Komisariat-komisariat. Sehingga, dalam Konferensi ini, seluruh Komisariat yang menjadi perwakilan dalam Konferensi harus dilibatkan secara baik dan tanpa menghilangkan aturan, etika, serta norma-norma organisasi HMI.
Empat Kader yang menjadi Calon Ketua Umum pada Konferensi HMI Cabang Medan tahun 2019 ini saya kenal dengan baik. Sebagai seorang Instruktur HMI Cabang Medan, saya pernah bertemu dan berteman baik dengan mereka, baik di forum maupun di luar forum-forum HMI. Saya tahu benar bahwa mereka berempat adalah Kader terbaik bersama ribuan Kader HMI Cabang Medan yang belum berkesempatan mencalonkan diri menjadi Ketua Umum HMI Cabang Medan pada Konferensi kali ini.
Secara emosional saya dekat dengan mereka berempat. Fajar, adalah junior saya di HMI Komisariat UISU. Awal ia ber-HMI ketika saya masih menjadi Pj. Ketua Umum HMI Komisariat UISU. Fajar kami godok untuk menjadi Kader yang loyal dan militan. Dengan segala prestasi yang ia dapat, baik di HMI dan di internal kampus, menjadikan ia Kader HMI yang memiliki potensi. Di Komisariat ia pernah menjadi Kabid PTKP kemudian masih menjadi Ketua BEM UISU. Fajar Maperca dan LK I saat saya masih menjadi Pj. Ketum Komisariat UISU, dan mungkin ia masih ingat ketika saya paksa ia supaya rajin membaca buku dan berdiskusi. Dan banyak lagi kedekatan saya dengan Fajar.
Bagaimana dengan Akbar? Ya, Akbar saya kenal sejak ia menjadi Ketua Umum HMI Komisariat FEBI UIN-SU, walau pada waktu ia menjadi Ketua Umum FEBI UIN-SU masih jarang bertemu karena kesibukan masing-masing. Akan tetapi, saya mengenal ia lebih dekat setelah menjadi Instruktur HMI Cabang Medan. Sama-sama mengelola training LK I dan sering berdiskusi dengan berbagai topik pembahasan.
Selanjutnya dengan Fadel, sosok yang tidak asing bagi Komisariat PAAP USU dan kita semua, sebagaimana Fajar dan Akbar. Saya mengenalnya ketika masih satu kepengurusan periode Mustafa Habib. Lebih dekat saya mengenalnya ketika saya menjadi Pengelolanya saat ia mengikuti Senior Course (SC). Dan kami pernah sama-sama melakukan perjalanan di Jawa untuk mengikuti pertemuan NDP di Sawangan, satu tahun yang lalu. Sebagaimana kebiasaan saya dengan Fajar dan Akbar, seperti berdiskusi, begitu pula saya dengan Fadel.
Dan yang terakhir, dengan Beny Ananda. Saya mengenalnya saat ia mulai aktif ber-HMI di HMI Komisariat FE UISU. Saat ia mengikuti LK I, saya bagian dari Tim Master kepengelolaan. Berlanjut juga saat ia mengikuti LK II, saya juga menjadi Pengelola Training-nya bersama teman-teman Instruktur yang lain. Berdiskusi membicarakan banyak hal sudah sering kami lakukan dalam setiap kesempatan adalah hobi yang tak pernah kami lupakan. Ia juga mulai rajin membaca buku saat kami sering berdiskusi. Hingga sampai saat ini.
Mohon maaf, saya bukan mengumbang, dan tolong jangan panggil saya; Cak Umbang. Hehehe...
Apa yang saya katakan tadi adalah benar sesuai apa yang saya ingat. Mungkin masih banyak yang lain yang tidak mungkin tertuliskan dalam tulisan ringan ini. Kita, sebagai manusia biasa, tentu ada kelebihan dan kekurangannya. Jadi, apa yang menjadi kelebihan dan kekurangannya kita adalah dua sisi yang membuat kita sebagai manusia menjadi berarti. Segala potensi yang dimiliki oleh empat orang tersebut akan saling melengkapi untuk kebaikan HMI Cabang Medan ke depan.
Nah, harapannya, kepada empat orang tersebut, dapat menerapkan nilai-nilai kebaikan dalam berorganisasi HMI. Dalam Konferensi ini, sama-sama menjaga keberlangsungan Konferensi sebagaimana mestinya. Tidak ada langkah-langkah yang membuat HMI semakin terpuruk. Dan jangan sampai menjual harapan-harapan palsu kepada seluruh Keluarga Besar HMI Cabang Medan.
Quo Vadis HMI (Mau di Bawa Kemana) HMI Cabang Medan ini? Ya, marilah kita bawa ke arah kebaikan di tengah-tengah derasnya arus perubahan. Tidak ada yang dapat membawa HMI ini, kecuali kita semuanya. Baik yang menjadi Calon Ketua Umum, para peserta Konferensi dari seluruh Komisariat dan juga segenap Kader serta Alumni HMI Cabang Medan, misi perbaikan organisasi harus di depan.
Penutup
Sebagai kata penutup dalam tulisan yang ringan ini, bagaimana HMI Cabang Medan saat ini dan kedepannya adalah tanggungjawab kita bersama. Tidak mungkin kita menunggu para pendahulu-pendahulu kita untuk memperbaiki HMI. Dinamika boleh ada, akan tetapi dinamika tersebut haruslah menggerakkan pada kebaikan, bukan menjatuhkan ke dalam lubang kehancuran.
Sesuatu yang baik akan melahirkan yang baik pula, sesuatu yang buruk akan melahirkan keburukan pula. Kita kuat jika bersatu padu, kita lemah jika terpecah belah. Kita besar jika saling membesarkan, kita kerdil jika saling mengkerdilkan. Kita tinggi jika saling mendorong ke atas, kita terpuruk ketika saling menjatuhkan.
Terakhir, kepada seluruh Pengurus Komisariat yang ada di HMI Cabang Medan, di tangan kita lah nasib HMI Cabang Medan sekarang. Dua Konferensi belakangan sudah cukup mengajari kita supaya tidak bertindak dan atau membiarkan terulang kembali, sudah saatnya membangun Konferensi yang lebih sehat. Sebagai manusia biasa, saya mohon maaf, pabila ada kata yang salah dan menyinggung perasaan dalam tulisan ringan ini. Wassalam.[]
Penulis: Ibnu Arsib (Bukan siapa-siapa, hanya manusia biasa).
Ket.gbr: Gedung Insan Cita HMI Cabang Medan, Jln. Adinegoro, No. 15.
Bulan ini adalah bulan suci Ramadhan. Segenap umat Islam bergembira beribadah dengan penuh hikmah. Di masjid-masjid terdengar lantunan ayat-ayat suci Al-qur’an, sedangkan di rumah kita terdengar perdebatan-perdebatan panjang. Umat di bulan ini bermisi meningkatkan ibadah, sedangkan kita masih kehilangan arah.
Pertanyaannya adalah Quo Vadis (Mau di Bawa Kemana) HMI Cabang Medan? Mengapa kita lebih sibuk dalam suksesi ketimbang substansi? Mengapa kita lebih mendahulukan regenerasi, yang dalam kata lainnya pemilihan sosok yang menjadi Ketua Umum HMI Cabang Medan, dibanding evaluasi HMI belakangan ini?
Sebagai seorang Kader HMI Cabang Medan, sebetulnya saya berat untuk menuliskan ini. Akan tetapi, getaran hati untuk menyadarkan saya dan Keluarga Besar HMI Cabang Medan, membuat saya harus berani menuliskannya. Setidaknya dapat menjadi renungan kita bersama.
Secara pribadi saya terlibat di dalamnya untuk saat ini. Sehingga saya sering mengatakan; Ayo kita laksanakan Konferensi dengan baik serta sesuai nilai-nilai konstitusi dan etika berorganisasi! Jangan ada lagi Konferensi yang melahirkan konflik yang membuat HMI Cabang Medan terdegradasi secara kualitatif.
Memperbaiki HMI Cabang Medan adalah tugas kita bersama. Di bulan suci Ramadhan ini, kita melaksanakan Konferensi, sehingga harapan kita masing-masing dari agenda ini dapat melahirkan nilai-nilai suci pula. Bagaimana pun perjalanan HMI Cabang Medan beberapa tahun belakangan ini, secara obyektif kita harus mengevaluasinya. Siapa pun yang terpilih dalam Konferensi ini, ia tentunya adalah Kader terbaik HMI Cabang Medan, asal terpilih dengan penuh etika organisasi dan sesuai rule of game.
Kita sudah muak dengan pola-pola yang memecah belah Kader-kader lewat Konferensi. Kita sudah bosan dengan pola-pola yang tidak menghasilkan apa-apa dari Konferensi. Kita menginginkan Program Kerja yang lahir dari Konferensi kali adalah program kerja yang dapat memenuhi dan menjawab apa yang menjadi permasalahan organisasi HMI, masyarakat atau umat dan negara kita. Melahirkan Rekomendasi dan Momerandum yang dapat berkontribusi dalam pembangunan berbagai aspek. Serta mampu menjawab tantangan jaman.
Empat Calon Ketua Umum
Empat Kader Calon Ketua Umum; Fajar, Akbar, Fadel dan Beny, adalah representatif dari tiga puluh empat Komisariat yang ada di HMI Cabang Medan, yang salah satunya akan menjadi sosok pengemban amanah dari tiga puluh empat Komisariat. Ingat, bukan hanya satu atau beberapa Komisariat saja. Artinya, siapa pun di antara mereka (Fajar, Akbar, Fadel dan Beny) harus siap melayani seluruh Komisariat yang ada di HMI Cabang Medan jika terpilih. Amanah yang dipercayakan harus dilahirkan dari Konferensi yang tidak menyimpang dari etika organisasi. Tidak bertentangan dengan norma-norma organisasi. Harpannya sosok tersebut lahir dari proses Konferensi yang adil tanpa harus membuat arena tersendiri sesuai kepentingan sekelompok.
Hal terberat bagi siapa pun yang terpilih di antara mereka berempat adalah bukan pada saat pencalonan Ketua Umum. Tetapi, bagaimana dapat menjalankan amanah ketika terpilih. Pengurus HMI Cabang Medan tidak dapat berjalan dengan baik tanpa dukungan dan kritikan dari Komisariat-komisariat. Sehingga, dalam Konferensi ini, seluruh Komisariat yang menjadi perwakilan dalam Konferensi harus dilibatkan secara baik dan tanpa menghilangkan aturan, etika, serta norma-norma organisasi HMI.
Empat Kader yang menjadi Calon Ketua Umum pada Konferensi HMI Cabang Medan tahun 2019 ini saya kenal dengan baik. Sebagai seorang Instruktur HMI Cabang Medan, saya pernah bertemu dan berteman baik dengan mereka, baik di forum maupun di luar forum-forum HMI. Saya tahu benar bahwa mereka berempat adalah Kader terbaik bersama ribuan Kader HMI Cabang Medan yang belum berkesempatan mencalonkan diri menjadi Ketua Umum HMI Cabang Medan pada Konferensi kali ini.
Secara emosional saya dekat dengan mereka berempat. Fajar, adalah junior saya di HMI Komisariat UISU. Awal ia ber-HMI ketika saya masih menjadi Pj. Ketua Umum HMI Komisariat UISU. Fajar kami godok untuk menjadi Kader yang loyal dan militan. Dengan segala prestasi yang ia dapat, baik di HMI dan di internal kampus, menjadikan ia Kader HMI yang memiliki potensi. Di Komisariat ia pernah menjadi Kabid PTKP kemudian masih menjadi Ketua BEM UISU. Fajar Maperca dan LK I saat saya masih menjadi Pj. Ketum Komisariat UISU, dan mungkin ia masih ingat ketika saya paksa ia supaya rajin membaca buku dan berdiskusi. Dan banyak lagi kedekatan saya dengan Fajar.
Bagaimana dengan Akbar? Ya, Akbar saya kenal sejak ia menjadi Ketua Umum HMI Komisariat FEBI UIN-SU, walau pada waktu ia menjadi Ketua Umum FEBI UIN-SU masih jarang bertemu karena kesibukan masing-masing. Akan tetapi, saya mengenal ia lebih dekat setelah menjadi Instruktur HMI Cabang Medan. Sama-sama mengelola training LK I dan sering berdiskusi dengan berbagai topik pembahasan.
Selanjutnya dengan Fadel, sosok yang tidak asing bagi Komisariat PAAP USU dan kita semua, sebagaimana Fajar dan Akbar. Saya mengenalnya ketika masih satu kepengurusan periode Mustafa Habib. Lebih dekat saya mengenalnya ketika saya menjadi Pengelolanya saat ia mengikuti Senior Course (SC). Dan kami pernah sama-sama melakukan perjalanan di Jawa untuk mengikuti pertemuan NDP di Sawangan, satu tahun yang lalu. Sebagaimana kebiasaan saya dengan Fajar dan Akbar, seperti berdiskusi, begitu pula saya dengan Fadel.
Dan yang terakhir, dengan Beny Ananda. Saya mengenalnya saat ia mulai aktif ber-HMI di HMI Komisariat FE UISU. Saat ia mengikuti LK I, saya bagian dari Tim Master kepengelolaan. Berlanjut juga saat ia mengikuti LK II, saya juga menjadi Pengelola Training-nya bersama teman-teman Instruktur yang lain. Berdiskusi membicarakan banyak hal sudah sering kami lakukan dalam setiap kesempatan adalah hobi yang tak pernah kami lupakan. Ia juga mulai rajin membaca buku saat kami sering berdiskusi. Hingga sampai saat ini.
Mohon maaf, saya bukan mengumbang, dan tolong jangan panggil saya; Cak Umbang. Hehehe...
Apa yang saya katakan tadi adalah benar sesuai apa yang saya ingat. Mungkin masih banyak yang lain yang tidak mungkin tertuliskan dalam tulisan ringan ini. Kita, sebagai manusia biasa, tentu ada kelebihan dan kekurangannya. Jadi, apa yang menjadi kelebihan dan kekurangannya kita adalah dua sisi yang membuat kita sebagai manusia menjadi berarti. Segala potensi yang dimiliki oleh empat orang tersebut akan saling melengkapi untuk kebaikan HMI Cabang Medan ke depan.
Nah, harapannya, kepada empat orang tersebut, dapat menerapkan nilai-nilai kebaikan dalam berorganisasi HMI. Dalam Konferensi ini, sama-sama menjaga keberlangsungan Konferensi sebagaimana mestinya. Tidak ada langkah-langkah yang membuat HMI semakin terpuruk. Dan jangan sampai menjual harapan-harapan palsu kepada seluruh Keluarga Besar HMI Cabang Medan.
Quo Vadis HMI (Mau di Bawa Kemana) HMI Cabang Medan ini? Ya, marilah kita bawa ke arah kebaikan di tengah-tengah derasnya arus perubahan. Tidak ada yang dapat membawa HMI ini, kecuali kita semuanya. Baik yang menjadi Calon Ketua Umum, para peserta Konferensi dari seluruh Komisariat dan juga segenap Kader serta Alumni HMI Cabang Medan, misi perbaikan organisasi harus di depan.
Penutup
Sebagai kata penutup dalam tulisan yang ringan ini, bagaimana HMI Cabang Medan saat ini dan kedepannya adalah tanggungjawab kita bersama. Tidak mungkin kita menunggu para pendahulu-pendahulu kita untuk memperbaiki HMI. Dinamika boleh ada, akan tetapi dinamika tersebut haruslah menggerakkan pada kebaikan, bukan menjatuhkan ke dalam lubang kehancuran.
Sesuatu yang baik akan melahirkan yang baik pula, sesuatu yang buruk akan melahirkan keburukan pula. Kita kuat jika bersatu padu, kita lemah jika terpecah belah. Kita besar jika saling membesarkan, kita kerdil jika saling mengkerdilkan. Kita tinggi jika saling mendorong ke atas, kita terpuruk ketika saling menjatuhkan.
Terakhir, kepada seluruh Pengurus Komisariat yang ada di HMI Cabang Medan, di tangan kita lah nasib HMI Cabang Medan sekarang. Dua Konferensi belakangan sudah cukup mengajari kita supaya tidak bertindak dan atau membiarkan terulang kembali, sudah saatnya membangun Konferensi yang lebih sehat. Sebagai manusia biasa, saya mohon maaf, pabila ada kata yang salah dan menyinggung perasaan dalam tulisan ringan ini. Wassalam.[]
Penulis: Ibnu Arsib (Bukan siapa-siapa, hanya manusia biasa).
Ket.gbr: Gedung Insan Cita HMI Cabang Medan, Jln. Adinegoro, No. 15.
No comments:
Post a Comment