HMI di Tengah Lingkungan yang Berubah - Yakusa Blog

Yakusa Blog

Mewujudkan Komunitas Intelektual Muslim

Friday, 17 May 2019

HMI di Tengah Lingkungan yang Berubah


YakusaBlog- Memasuki abad ke-21(sekarang di abad 21-Red), dunia mengalami perubahan dan memunculkan berbagai kecenderungan baru. Ketika Perang Dingin berakhir, isu politik dan ideology mengalami kemunduran. Kini, isu internasional yang utama adalah ekonomi, dengan berbagai dimensinya. Fenomena ekonomi pasca Perang Dingin yang menonjol. Lahirnya struktur multi polar, pola di mana tiga kekuatan besar yang mendominasi ekonomi dunia, yakni Amerika Serikat, Jepang dan Eropa Barat khususnya Jerman.
Berkembang pula regionalism, semisal terlihat pada Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE), NAFTA, dan Pax Nipponica di Asia Timur dan AFTA di Asia Tenggara. Sedangkan dalam konteks dunia yang makin boderless muncul trend di mana dunia dikuasai oleh swasta-swasta besar yang ruang lingkup usahanya bersifat global dan melampaui batas-batas territorial negara (transnasional). Kekuatan ini sering disebut sebagai perusahaan multinasional atau Multi National Corporation (MNC) yang bergerak dalam berbagai sector ekonomi, seperti perdagangan, pertambangan, industry, jasa dan sebagainya. Kecanggihan operasi MNC ini menjadikan mereka sebagai actor-aktor utama ekonomi politik dunia (global political economy).
Fenomena baru juga sangat mendasar, perkembangan dan kemajuan sains dan tekhnologi. Sains mendapatkan kemajuan sedemikian rupa, dengan berbagai penemuan baru, pada beraneka ragam bidang keilmuan. Sementara tekhnologi juga makin mengedepan, terutama pada tekhnologi transportasi, teknologi komunikasi dan teknologi informasi. Ringkasnya, kemajuan sains dan teknologi ini secara tajam mempengaruhi perkembangan wajah dunia.
Lantaran itu, abad ke-21 ini ini acap disebut sebagai empires of mind. Yang dapat dibaca dari munculnya kecenderungan internasional itu, terjadinya kompetisi ekonomi yang lebih mengedepankan. Dalam pengertian ini, maka eksistensi sebuah negara-bangsa sangat ditentukan oleh kekuatan dan kemampuan ekonominya untuk berkompetisi dengan negara-negara lainnya. kata kuncinya, daya saing.
Orientasi Kader
Dalam arena kompetisi yang makin tajam dan bebas, negara-negara yang lemah daya saingnya tak akan mampu merebut peluang dan memanfaatkannya bagi pembangunan kesejahteraan masyarakat. Justru sebaliknya akan dilindas oleh negara-negara yang lebih siap dan lebih kuat daya saingnya. Inilah kenyataan yang tak bisa dihindarkan. Peta dunia internasional yang berubah itu juga turut berpengaruh pada dinamika kehidupan secara nasional.
Orientasi politik dan ideology mengalami kemerosotan secara pasti. Itu terlihat secara jelas pada akhir tahun 80-an. Dalam konteks dinamika masyarakat dan pembangunan yang demikian tadi, maka HMI sebetulnya tetap mempunyai ruang peran yang cukup. Tinggal bagaimana HMI mampu mengaktualisasikan potensinya secara cermat dan berkualitas, sehingga akan melahirkan perang-peran strategis.
Menghadapi tantangan abad ke-21, di mana dunia akan menjadi global village, yang sangat kompetitif, maka kaum muda Indonesia – temasuk HMI, dituntut mempersiapkan dirinya dengan baik. Karena tantangan abad ke-21 adalah kompetisi dan daya saing, maka kualitas sumber daya manusia, dengan berbagai dimensinya, menjadi sangat strategis bagi kaum muda. Globalisasi, kompetisi, daya saing, dan kualitas, menjadi istilah yang saling terkait erat.
Dalam kenyataan demikian, maka orientasi dinamika HMI tak boleh jatuh pada ruang yang sempit, hanya berpikiran dan berorientasi ke dunia politik. Orientasi pada dimensi politik an sich akan membuat HMI kesulitan mengantisipasi perkembangan dan kecenderungan baru itu.
Mesti makin disadari gerakan politik bagi HMI adalah gerakan politik pembangunan dengan berbagai dimensi yang dilakukan secara kritis, objektif, konstruktif, dan sistemik. Justru dalam konteks tantangan ekonomi ke depan, maka orientasi pada semangat kewirausahaan merupakan salah satu jawaban yang relevan. Sikap dan perilaku kewirausahaan, seperti etos berprestasi, mandiri, tekun, produktif, cermat, dan teliti, kreatif dan inovasi, serta berani mengambil keputusan, sangat penting untuk ditumbuhkan.
Secara umum, pengalaman pada banyak negara menunjukkan, kewirausahaan merupakan faktor determinan bagi kemajuan bangsa. Wirausaha yang tangguh dapat berperan sebagai lokomotif dinamika perekonomian, secara lebih mandiri dan otonom. Bukan hanya pada konteks pertumbuhan ekonomi, tapi juga dalam pengertian pemerataan kepada segenap lapisan ekonomi masyarakat.
Keahlian Profesional
Upaya untuk mengarahkan Kader-kader HMI sebagai pelaku-pelaku ekonomi juga di dalam konteks perjuangan untuk makin mempertebal lapisan kelas menengah di Indonesia, kelas menengah ini, terutama kelas menengah ekonomi, pada yang akan datang akan mempunyai peran dan kontribusi yang besar bagi proses tranformasi sosial. Kelas menengah juga dipercaya menjadi lapisan sosial yang relative independen dan otonom, sehingga mampu menjadi pelaku-pelaku sosial dan ekonomi yang benar-benar tangguh.
Lantas kualitas seperti apa yang mesti diperhatikan oleh Kader-kader HMI? Secara pasti, kualitas dalam era kompetisi yang tajam seperti sekarang ini adalah keahlian professional. Bidang-bidang profesionalisme secara pasti harus makin dipertajam dalam training dan pelatihan HMI. Dalam hal ini, Lembaga Kekaryaan, tak boleh menjadi pajangan structural. Justru harus menjadi ujung tombak dalam meningkatkan keahlian professional para kadernya. Tentu saja, pengembangan profesionalisme tak boleh melunturkan etika, akhlak, dan moralitas baik secara horizontal-sosial maupun secara vertikal teologis.
Profesionalisme yang berjalan sendirian, tanpa dibarengi oleh kukuhnya etika, akhlak dan moralitas akan mudah terperosok pada sikap dan perilaku yang terpuji. HMI sebagai Kader-kader umat dan bangsa mempunyai tanggungjawab untuk melahirkan pelaku-pelaku masa depan yang berkualitas professional dan dibingkai dengan etika, akhlak, dan moralitas yang kuat. Ini adalah dasar yang tumbuhnya sikap dan perilaku sosial yang berkualitas dan bertanggungjawab.

Menghadapi masa depan yang penuh dengan tantangan itu, HMI tak semestinya pesimistis. Sebaliknya justru mesti mengembangkan optimisme. Optimisme adalah energi untuk mengubah tantangan menjadi peluang. Sedang peluang adalah ruang bagi ikhtiar untuk mewujudkan kesuksesan. Optimisme bagi HMI harus menjadi keniscayaan. Karena secara obyektif HMI mempunyai potensi yang cukup besar untuk menjawab berbagai tantangan masa depan.
Pertama, lantaran HMI mempunyai sejarah yang cukup panjang. Proses sejarah ini melahirkan pengalaman, pematangan, konsolidan. HMI sudah teruji untuk mengatasi berbagai problem dan tantangan yang dihadapinya.
Kedua, sampai saat ini HMI adalah organisasi kemahasiswaan yang konsisten melaksanakan pengkaderan, sehingga kuantitas dan kualitas anggotanya dapat dipertahankan.
Ketiga, para alumninya relative terorganisasi secara rapid an mempunyai keterikatan emosi dan komitmen kepada organisasi yang pernah membesarkannya. Para alumninya tersebut ada di berbagai bidang kerja dan pengabdian. Heterogenitas fungsi dan peran ini sangat besar manfaatnya bila disertai jalinan komunikasi yang intensif dan berkualitas. Jika berbagai potensi internal dan eksternal, mampu diaktualisasikan secara sungguh-sungguh dan konsisten, maka HMI akan tetap mampu mempertahankan reputasinya sebagai organisasi yang diperhitungkan. HMI akan secara konsisten menjadi kelompok menengah dan mampu memainkan peran-peran strategis dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.
Harus disadari, untuk mengubah pola pikir dan pola sikap, serta melahirkan orientasi dan kesadaran baru bukanlah perkara gampang. Sebaliknya merupakan pekerjaan besar, dan karenanya luar biasa berat. Jawabannya adalah optimisme, kerja yang sistematis, sungguh-sungguh dan konsisten. Optimisme akan melahirnkan energi psikologis untuk terus berprestasi. Ia suasana kejiwaan bagi tumbuhnya need for achievment.
Sistematis adalah kerja yang terprogram secara rapi dengan target dan tujuan yang terukur. Ini harus diterjemahkan dalam Pedoman Perkaderan dan Mekanisme Organisasi. Konsisten berarti senantiasa menjaga jiwa dan semangat istiqomah untuk tetap berada pada track yang benar dan yang telah ditetapkan. Itulah yang harus terus dirawat oleh HMI pada usianya yang ke-50 tahun ini.[]

Penulis: Anas Urbaningrum (Ketua Umum PB HMI Periode 1997-1999).

Sumber: Harian Surabaya Post, Surabaya, tanggal 4 Februari 1997.
Catatan: Tulisan di atas disadur dari buku HMI Mengayuh Di Antara Cita dan Kritik, karya Agussalim Sitompul, halaman: 565-567.

No comments:

Post a Comment