Secangkir Kopi Kenangan Menyambut 72 Tahun HMI - Yakusa Blog

Yakusa Blog

Mewujudkan Komunitas Intelektual Muslim

Monday, 4 February 2019

Secangkir Kopi Kenangan Menyambut 72 Tahun HMI


YakusaBlog- Seperti biasanya disetiap pagi hari, aku selalu ngopi segelas biar sedikit waras dan kelihatan cerdas sebelum beraktifitas. Tapi, kali ini kopi tanpa gula rasanya kok sedikit manis, ya?
Oh, mungkin karena ada kenangan manis yang tersirat dari tulisan di dinding cangkir. Iya, cangkir itu kemarin diberi oleh adik-adik dari UISU waktu acara silaturraHMI dadakan. Mungkin cangkir ini pengganti proposal di zaman dahulu, atau mungkin juga sebagai hadiah buat senior mereka.
Tak perlu kupikirkan kali hal tersebut, bagiku konsep mengalir sajalah. Adik-adik memberiku cangkir dan aku pun merasa senang, maka mereka telah menyenangkan hati orang yang artinya mereka memperoleh kebaikan dan konsekwensinya adalah pahala buat mereka.
Lalu aku menggunakan cangkir yang mereka berikan untuk kebaikan, yakni memanfaatkannya menjadi cangkir minuman yang akan mengalir disekujur tubuhku, tentu saja mereka senang ketika melihat pemberian mereka berguna dan dimanfaatkan, menyenangkan hati mereka tentu adalah sebuah kebaikan bagiku, maka aku mendapat pahala juga.
Cangkir itu seperti cahaya kilat yang menyambar. Melihat logo HMI dan tulisan Komisariat UISU juga Yakin Usaha Sampai, seketika otakku seperti menyodorkan kenangan-kenangan pahit (seperti kopi yang biasa kuminum) yang akhirnya menjadi sedikit manis. Puluhan peristiwa dan cobaan yang aku jalani 26 tahun lalu di Kampus UISU dan HMI-nya seakan segar kembali dalam tersusun rapi kronologisnya.
Dahulu, aku adalah mahasiswa pendatang di UISU, mencari HMI dan mengikuti perkaderan tanpa ajakan atau bujuk rayu Pengurus HMI UISU ketika itu. Berproses untuk menjadi mahasiswa Islam yang seutuhnya dan menjadi kader sejati Himpunan. Sekarang aku bisa menertawakan ke konyolanku di masa itu.
Yah, di zaman Orde Baru yang sangat serba terkungkung kala itu. Ternyata aku masih berani berdemonstrasi menentang pihak kampus atas ketidakpatuhan mereka terhadap Statuta Universitas dan Peraturan Pemerintah. Lucunya kami mahasiswa yang demo itu hanya berdua; aku dan Lahuddinnur. Kami melakukan aksi duduk selama hampir 10 jam dengan poster di punggung dan dada masing-masing. Padahal 3 tahun sebelum ini, puluhan mahasiswa yang berani demo telah dipecat dari universitas.
Demo yang kami lakukan itu merupakan demontrasi terbanyak dan terlama sepanjang sejarah ada demo sebelum aksi kami. Ya, hampir tiga bulan non-stop setiap hari, dari 2 orang mahasiswa menjadi hingga mencapai 500 mahasiswa.
Pihak Yayasan dan Rektorat selalu mengajak aku bernegoisasi dengan tawaran yang menggiurkan, namun Alhamdulillah sedikit pun aku tidak tergoda untuk menerimanya karena aku anggap itu akan mengkhianati teman-teman dan perjuangan kami.
Ternyata perjuangan kami juga belum berhasil dan akhirnya aku harus hijrah secara akademis. Perjalanan hidup memang tak bisa kita rencanakan, dan aku pasrah mengalir pada takdir. 
Sewaktu ber-HMI, Komisariat kami berkantor di Masjid kampus, kalau beli nasi sebungkus bisa dimakan 4-5 orang kader. Hal lain yang tak terlupakan adalah darah dan daging kader ketika itu pasti ada konstribusi ummat khususnya ibu-ibu perwiritan, karena dari pemberian (sedekah) mereka itulah yang sering disebut Nasi Ummat, yang banyak dan sering dikonsumsi anak-anak Himpunan pada setiap kegiatan-kegiatan organisasinya.
Logikanya, insya Allah para kader atau aktivis Himpunan itu tidak akan mampu darahnya untuk mengkhianati ummat, membiarkan ummat teraniaya, membiarkan ummat sengsara atau mendukung pembodohan kepada ummat. Sepanjang dia menyebut dirinya aktivis himpunan pasti secara otomatis darahnya akan mendidih ketika penguasa menyakiti ummat lewat kebijakan-kebijakannya. Yang menyebut dirinya agent of change atau agent of social control akan memposisikan dirinya di garda terdepan untuk melindungi ummat dan menegur penguasa yang tidak berpihak pada ummat.
Hahahaaa... itu sajalah dulu yang bisa kuceritakan pagi ini yang kebetulan pula Himpunanku sedang bermilad ke 72 tahun. Kopiku ternyata udah kandas bahkan tak berampas. Harapanku dan mungkin Harapan Masyarakat Islam atau bahkan juga Harapan Masyarakat Indonesia, semoga HMI yang didirikan 72 tahun yang lalu persis 2 tahun setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia ini, tetap konsisten dengan perkaderannya, istiqomah dalam melihat dan memperjuangkan kepentingan ummat Islam, serta tetap kommit untuk kemajuan peradaban Bangsa.[]

Penulis: Khoiruddin Nasution (Ketua MD KAHMI Padangsidimpuan 2018-2023 dan Alumni Komisariat UISU-Cabang Medan)

Sumber tulisan: Positingan akun FB Khoruddin Nasution
Sumber gbr: Fb Khoiruddin Nasution

No comments:

Post a Comment