YakusaBlog- Seperti biasanya disetiap pagi hari, aku selalu
ngopi segelas biar sedikit waras dan kelihatan cerdas sebelum beraktifitas.
Tapi, kali ini kopi tanpa gula rasanya kok
sedikit manis, ya?
Oh, mungkin karena ada kenangan manis yang
tersirat dari tulisan di dinding cangkir. Iya, cangkir itu kemarin diberi oleh adik-adik
dari UISU waktu acara silaturraHMI dadakan. Mungkin cangkir ini pengganti
proposal di zaman dahulu, atau mungkin juga sebagai hadiah buat senior mereka.
Tak perlu kupikirkan kali hal tersebut, bagiku
konsep mengalir sajalah. Adik-adik memberiku cangkir dan aku pun merasa senang,
maka mereka telah menyenangkan hati orang yang artinya mereka memperoleh
kebaikan dan konsekwensinya adalah pahala buat mereka.
Lalu aku menggunakan cangkir yang mereka
berikan untuk kebaikan, yakni memanfaatkannya menjadi cangkir minuman yang akan
mengalir disekujur tubuhku, tentu saja mereka senang ketika melihat pemberian
mereka berguna dan dimanfaatkan, menyenangkan hati mereka tentu adalah sebuah
kebaikan bagiku, maka aku mendapat pahala juga.
Cangkir itu seperti cahaya kilat yang
menyambar. Melihat logo HMI dan tulisan Komisariat UISU juga Yakin Usaha
Sampai, seketika otakku seperti menyodorkan kenangan-kenangan pahit (seperti
kopi yang biasa kuminum) yang akhirnya menjadi sedikit manis. Puluhan peristiwa
dan cobaan yang aku jalani 26 tahun lalu di Kampus UISU dan HMI-nya seakan
segar kembali dalam tersusun rapi kronologisnya.
Dahulu, aku adalah mahasiswa pendatang di UISU,
mencari HMI dan mengikuti perkaderan tanpa ajakan atau bujuk rayu Pengurus HMI
UISU ketika itu. Berproses untuk menjadi mahasiswa Islam yang seutuhnya dan
menjadi kader sejati Himpunan. Sekarang aku bisa menertawakan ke konyolanku di
masa itu.
Yah, di zaman Orde Baru yang sangat serba
terkungkung kala itu. Ternyata aku masih berani berdemonstrasi menentang pihak
kampus atas ketidakpatuhan mereka terhadap Statuta Universitas dan Peraturan
Pemerintah. Lucunya kami mahasiswa yang demo itu hanya berdua; aku dan Lahuddinnur.
Kami melakukan aksi duduk selama hampir 10 jam dengan poster di punggung dan
dada masing-masing. Padahal 3 tahun sebelum ini, puluhan mahasiswa yang berani
demo telah dipecat dari universitas.
Demo yang kami lakukan itu merupakan demontrasi
terbanyak dan terlama sepanjang sejarah ada demo sebelum aksi kami. Ya, hampir
tiga bulan non-stop setiap hari, dari
2 orang mahasiswa menjadi hingga mencapai 500 mahasiswa.
Pihak Yayasan dan Rektorat selalu mengajak aku
bernegoisasi dengan tawaran yang menggiurkan, namun Alhamdulillah sedikit pun aku tidak tergoda untuk menerimanya
karena aku anggap itu akan mengkhianati teman-teman dan perjuangan kami.
Ternyata perjuangan kami juga belum berhasil
dan akhirnya aku harus hijrah secara akademis. Perjalanan hidup memang tak bisa
kita rencanakan, dan aku pasrah mengalir pada takdir.
Sewaktu ber-HMI, Komisariat kami berkantor di
Masjid kampus, kalau beli nasi sebungkus bisa dimakan 4-5 orang kader. Hal lain
yang tak terlupakan adalah darah dan daging kader ketika itu pasti ada konstribusi
ummat khususnya ibu-ibu perwiritan, karena dari pemberian (sedekah) mereka
itulah yang sering disebut Nasi Ummat, yang banyak dan sering dikonsumsi
anak-anak Himpunan pada setiap kegiatan-kegiatan organisasinya.
Logikanya, insya
Allah para kader atau aktivis Himpunan
itu tidak akan mampu darahnya untuk mengkhianati ummat, membiarkan ummat
teraniaya, membiarkan ummat sengsara atau mendukung pembodohan kepada ummat.
Sepanjang dia menyebut dirinya aktivis himpunan pasti secara otomatis darahnya
akan mendidih ketika penguasa menyakiti ummat lewat kebijakan-kebijakannya.
Yang menyebut dirinya agent of change
atau agent of social control akan memposisikan dirinya di
garda terdepan untuk melindungi ummat dan menegur penguasa yang tidak berpihak
pada ummat.
Hahahaaa... itu sajalah dulu yang bisa
kuceritakan pagi ini yang kebetulan pula Himpunanku sedang bermilad ke 72
tahun. Kopiku ternyata udah kandas bahkan tak berampas. Harapanku dan mungkin
Harapan Masyarakat Islam atau bahkan juga Harapan Masyarakat Indonesia, semoga
HMI yang didirikan 72 tahun yang lalu persis 2 tahun setelah Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia ini, tetap konsisten dengan perkaderannya,
istiqomah dalam melihat dan memperjuangkan kepentingan ummat Islam, serta tetap
kommit untuk kemajuan peradaban Bangsa.[]
Penulis:
Khoiruddin Nasution (Ketua MD KAHMI Padangsidimpuan 2018-2023 dan Alumni
Komisariat UISU-Cabang Medan)
Sumber tulisan: Positingan akun FB Khoruddin
Nasution
Sumber gbr: Fb Khoiruddin Nasution
No comments:
Post a Comment