YakusaBlog- Manusia diciptakan Allah dengan berpasang – pasangan. “Maha Suci Allah yang telah menciptakan
pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari
diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui” (Qs. Yaa Siin : 36).
Nabi Adam. As sebagai manusia pertama yang diciptakan Allah pun juga memiliki
pasangan yaitu Hawa sebagai Representatif kaum perempuan pertama.
Begitu juga dalam diri manusia, Allah menciptakan Takwa
dan Nafsu yang tidak dapat dipisahkan bagaimanapun caranya, tetapi dapat
dikontrol ataupun dikendalikan oleh seorang manusia yang memiliki keteguhan dan
kecintaan pada Allah Swt sebagai pencipta jagat raya dan zat yang esa.
Allah menciptakan Takwa dan Nafsu pada diri manusia bukan
tanpa sebab, ciptaan Allah tidak mungkin, bahkan tidak ada yang sia – sia
sekalipun. Allah Azza wa Jalla.
“.....
Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau,
maka peliharalah kami dari siksa neraka” (Qs. Ali ‘Imran : 190-191).
Jikalah dalam renungan kita sering berkata “kenapa Allah
menciptakan Nafsu pada manusia?”, “kenapa Allah menciptakan manusia dengan
Takwa saja sehingga manusia tidak ada yang berbuat dosa”, “Allah menciptakan
nafsu pada manusia, nafsu cenderung kepada perbuatan dosa, jadi Allah sengaja
menciptakan dosa pada manusia”, dan masih banyak pertanyaan seputar penciptaan
nafsu pada manusia yang sering sekali kita renungi ketika berbuat salah ataupun
merenungi kejadian dinamika di jaman sekarang ini.
Jawabannya, jika Allah hendak menciptakan manusia tanpa
nafsu, lantas untuk apa manusia diciptakan karena sudah ada ciptaan Allah yang
diciptakan tanpa nafsu, yaitu malikat, kenapa Allah hendak menciptakan manusia
dengan nafsu saja tanpa ada takwa karena telah ada ciptaan yang diciptakan
Allah dengan Nafsu, yaitu iblis. Pasti ada sebab kenapa Allah menciptakan nafsu
pada manusia.
“Sesungguhnya
Tuhanmu akan menyelesaikan perkara antara mereka dengan keputusan-Nya, dan Dia
Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (Qs. An-Naml : 78)
Nafsu identik dengan mempengaruhi manusia untuk melakukan
perbuatan jahat, nafsu juga yang dapat menjerumuskan manusia kedapa dosa, nafsu
juga yang menyebabkan permasalahan di masyarakat, contoh seperti para politikus
yang terjerat bermacam kasus korupsi diakibatkan nafsu yang tak pernah puas
akan kekuasaan, jabatan, harta, dll. Artinya nafsu dianalogikan dengan
perbuatan yang menyimpang.
Akan tetapi dalam (QS. Al-Baqarah : 216) “Boleh jadi, kamu membenci sesuatu, padahal
ia amat baik bagimu...” artinya apa yang dipandang jelek oleh manusia, bisa
jadi ketakwaan atau iman timbul dari hal yang jelek tersebut. Jika Allah
menciptakan manusia hanya memiliki takwa dan tanpa nafsu, lantas bagaimana
mengukur keimanan seseorang, lantas bagaimana melihat kejujuran seseorang,
lantas bagaimana seseorang tersebut diuji oleh Allah sehingga dari ujian
tersebut dapat menaikkan keimanan/takwa seorang yang diberi ujian tersebut.
Kesimpulannya ialah tak selamanya nafsu tersebut
dipandang jelek karena ia juga menjadi bagian dari jiwa manusia itu sendiri
yang tak dapat dipisahkan, apabila kita membencinya, apa bedanya kita membenci
diri kita sendiri. Permasalahannya terberat adalah bagaimana seorang manusia
dapat mengendalikan nafsu yang ada dalam jiwanya dengan benar, sehingga dari
nafsu tersebut meningkatlah keimanan seseorang pada Tuhannya, Allah Swt.[]
Penulis: Muhammad Muqaffa, Instruktur HMI Cabang Medan, Mahasiswa UISU
Terimakasih, artikelnya sangat bermanfaat buat saya
ReplyDeleteSemoga tulisan tentang takwa nya menjadi amal sholeh buat penulis dan semua yang membantu menyebarkan.
ReplyDelete