Intoleran Menjadi Penghambat Suatu Kemajuan - Yakusa Blog

Yakusa Blog

Mewujudkan Komunitas Intelektual Muslim

Tuesday 25 December 2018

Intoleran Menjadi Penghambat Suatu Kemajuan


YakusaBlog- Perbedaan adalah pemersatu, dalam istilah pancasila disebut dengan sebutan “Bhineka Tunggal Ika” yang artinya berbeda-beda tetap satu. Perbedaan dimasyarakat mewarani kehidupan dunia, perbedaan antar jenis kelamin, perbedaan bentuk, perbedaan antar suku budaya, perbedaan antar domisilis, perbedaan antar negara, bahkan perbedaan antar agama.

Indonesia berjuang bersama dalam perbedaan dalam meraih kemerdekaan negara Indonesia, suku jawa takkan mampu memerdekakan Indonesia sendirian tanpa dibantu suku Bugis, suku Melayu takkan mampu memerdekakan Indonesia sendirian tanpa dibantu suku Minang, suku Batak, suku Mandailing, suku Aceh, dan suku lainnya yang sangat banyak di Indonesia ini, artinya setiap suku, ras berperan bersama dalam memperjuangkan negara Indonesia. Begitu juga peran agama dalam memperjuangkan negara Indonesia. Islam, Nasrani, Budha, Hindu, dan lainnya bersama berperan dalam memperjuangkan kemerdekaan negera.
Indonesia bukan negara Amerika pada abad ke-17 sampai 1960an yang sangat rasis, membedakan sikulit hitam dan sikulit putih, si-Kristen, si-Budha, si-Islam, si-Yahudi dan lainnya, Indonesia juga tak perlu seperti kelompok Ku Klux Klan (KKK) yang sanagat menentang warga Amerika berkulit hitam sampai-sampai melakukan pembantaian pembunuhan terhadap yang berkulit hitam.

Indonesia, warga negaranya yang bermayoritas 87% penduduknya muslim harusnya sudah paham masalah plural atau kemajemukan dalam bertoleransi antar suku, antar bangsa, antar agama. Nabi Muhammad Saw tak pernah mengajarkan intolerensi antar manusia ciptaan Allah, begitu juga Islam. lakum dinukum waliyadin (Bagiku agamaku, bagimu agamamu). QS. 109:6.  Artinya tidak ada paksaan dalam memeluk agama Islam, QS. 2:256. Akan tetapi dakwah Islamiyah harus terus di suarakan kepada setiap insan baik Muslim ataupun non Muslim sebagai mana perintah Allah kepada nabi Muhammad Saw.

Dalam Islam juga tak kenal siapa saya siapa anda, dari golongan mana saya dari golongan mana anda, artinya Islam tak memandang suku, ras, budaya perbedaan dalam memeluk Islam, selagi manusia tersebut mempercayai Allah dalam hatinya, diucapkan dengan lisan bahwa Allah adalah Tuhan yang Esa dan Nabi Muhammad adalah Rasul Allah lalu dia mengamalkan setiap kewajiban yang telah diperintahkan Allah dalam agama Islam, maka manusia tersebut berhak memilih agama Islam sebagai kebahagiannya, karena memang Islamlah agama yang menuntun manusia kepada jalan kebahagiaan dijanjikan Allah yang di Mus’ab kan, sehingga timbullah Alquran seperti yang kita lihat sekarang.

Dalam Islam itu sendiri banyak perbedaan, antara lain dalam hadist Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, ‘Kaum Yahudi telah terpecah menjadi tujuh puluh satu (71) golongan atau tujuh puluh dua (72) golongan, dan kaum Nasrani telah terpecah menjadi tujuh puluh satu (71) atau tujuh puluh dua (72) golongan, dan ummatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga (73) golongan, 8 Mazhab yang telah ditetapkan melaui sikap para ulama dan tokoh Islam seluruh Dunia, yang tertuang dalam sebuah keputusan bersama yang terkenal dengan sebutan Risalah Amman, Konferensi ini diadakan di Amman, Yordania, dengan tema “Islam Hakiki dan Perannya dalam Masyarakat Modern” (27-29 Jumadil Ula 1426 H. / 4-6 Juli 2005 M.), Mazhab tersebut antara lain ialah: 4 Mazhab Ahlulsunnah Waljama’ah, Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali, 2 Mazhab Syi’ah, Ja’fari dan Zaydi, 2 Mazhab lainnya, Ibadi dan Zahiri.

Permasalahan dewasa yang terjadi di Internal ukhuwah umat Islam ialah, seolah anti terhadap perbedaan mazhab yang tidak sesuai dengan mazhab yang ia jalani, terutama bagi fundamentalis yang seolah mengkafirkan sesama umat muslim apabila berbeda keyakinan mazhab dengannya. Umat muslim harunya telah selesai dalam berdebatan perbedaan mazhab karena Islam adalah agama yang toleransi.

Pemikiran umat Islam seakan terpola oleh kebudayaan barat, strategi barat, yang berupaya memecah belah ukhuwah Islamiyah antar umat muslim sehingga runtuhnya benteng umat muslim karena sesungguhnya kekuatan umat muslim apabila mereka bersatu padu seperti bangunan yang kokoh. “Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh”. QS. As Shaf:4.

Negara Indonesia sulit untuk maju apabila permasalahannya masih berkutub antar perbedaan, sehingga bagaimana untuk berpikir panjang dalam memajukan negara sedangkan masih memikirkan perdebatan perbedaan. Yaitu Plural.

Islam memang agama Plural yang menerima perbedaan agama untuk dapat hidup dilingkungan sekeliling mereka, akan tetapi Islam bukanlah agama Pluralisme yang menyamakan antar sesama agama ataupun menyamakan syariat agama. Contoh dalam masalah pemimpin, Alquaran jelas melarang memilih seorang pemimpin non muslim. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi auliya bagimu; sebahagian mereka adalah auliya bagi sebahagian yang lain....” QS. 5:51.

Kebanyakan sebagian orang hanya memandang Islam sebagai agama In-Toleransi dari sepucuk ayat dari surah saja, padahal masih banyak lagi surah yang mengajarkan umat muslim untuk berbuat baik dan saling menolong sesama manusia, QS. 2:195, QS. 5:2, QS. 10:26, QS. 16:128, QS. 29:69, QS. 67:2 dan masih banyak surah dalam Alquran yang mengajak umat mulsim untuk berbuat baik antar sesama manusia.[]

Penulis: Muhammad Muqaffa, Instruktur HMI Cabang Medan, Mahasiswa UISU

No comments:

Post a Comment