YakusaBlog- Pemuda, kata “pemuda” identik dengan definisi sosok anak lelaki atau perempuan yang menuju tahap dari remaja ke tahap pengdewasaan. Sosok pemuda juga sering dikatakan anak yang masih “bau kencur”, anak “kemarin sore”, dll. Pola pikir masyarakat Indonesia telah terpolah menganggap pemuda tidak dapat berperan banyak dalam banyak hal, apalagi perihal negara.
Golongan tua dianggap lebih mapan dan mampuh dalam
melakukan perihal tersebut, sosok paternalistik
golongan tua membuat sosok pemuda diterbelakangkan padahal kita dapat lihat dan
bercemin ke kacamata lampau setelah Jepang menyerah pada sekutu tanggal 14
Agustus 1945, status Jepang tidak lagi memerintah Indonesia tetapi hanya
berfungsi sebagai penjaga, yakni menjaga situasi, kondisi seperti pada masa
perang dan adanya perubahan-perubahan di Indonesia. Sampai Sekutu mengambil
alih kekuasaan atas semua wilayah jajahan Jepang. Tentu saja kemerdekaan tidak
mungkin bisa didapat dari Jepang.
Pada tanggal 15 Agustus 1945, para pemuda dipimpin Chaerul
Saleh, setelah berdiskusi mengadakan rapat untuk membicarakan pelaksanaan
proklamasi kemerdekaan. Salah satu hasilnya yaitu mendesak Bung Karno dan Bung
Hatta memproklamirkan kemerdekaan malam
itu juga atau paling lambat 16 Agustus 1945.
Alhasil Pada malam itu pula, kira-kira pukul 10 malam, di
Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta di kediaman seorang ulama “Faradj bin Martak”
dibacakannya untuk perama kali teks proklamasi kemerdekaan Negara Indonesia.
Seandainya kita berada di kediaman tersebut dan
menyaksikan golongan tua yang sangat terikat dengan perjanjian Jepang bertikai
dengan golongan muda yang mendesak agar dipercepatnya pembacaan teks proklamasi
kemerdekaan yang menyatakan Indonesia telah terlepas dari Jepang dan bebas
merdeka karena menganggap Indonesiasudah cukup kuat untuk menyatakan kemerdekaannya.
Tahun 1-3 Oktober 1966, kembali golongan muda khususnya
mahasiswa berdemonstran di depan Istana Merdeka mengatas namakan aliansi KAMI
(Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia). Mereka menuntut agar Presiden Soekarno memberi
pertanggung jawaban tentang peristiwa G-30 S/PKI. Kejadian ini mengakibatkan
terjadinya bentrokan fisik dengan pasukan Garnizun sehingga memakan korban. Peristiwa
inipun mengakibatkan presiden Soekarno harus turun dari jabatannya sebagai
Presiden Indonesia.
Tahun 21 Mei 1998, adalah tahun yang tak dapat dilupakan
rakyat Indonesia persoalan di Ibu Kota perihal jatuhnya mata uang Rupiah
Indonesia yang mengakibatkan kerusuhan, Para Mahasiswa kembali turun ke jalan
berdemonstran dengan mengatakan diri mereka dengan sebutan Kesatuan Mahasiswa,
alhasil dari kejadian tersebut kembali terjatuhnya Presiden Indonesia yang
ke-2, Presiden Soeharto.
Dari awal kemerdekaan Indonesia, peran progresif pemuda
pada negara Indonesia tidak lain untuk kemajuan negara Indonesia, semangat
pemuda, khususnya Mahasiswa Indonesia yang kritis menjati pendorong ataupun
desakan pada golongan tua agar lebih serius dalam memperhatikan kemakmuran
rakyat maupun sumberdaya alam negara Indonesia.
Disaat para golongan tua tidak mempu lagi dalam
menjalankan tugasnya sebagai kepemerintahan Negara Indonesia dalam hal ini
penyelewengan yang hanya mementingkan individual dan berdampak negatif pada
Negara, maka sudah seharusnya tangan-tangan pemuda mengepal dalam menghantam
pemerintahan.
Dalam buku yang ditulis Said Muniruddin, Bintang Arasy:
yang dapat memajukan suatu negara adalah Pemimpin yang berhenti zhalim dan
rakyat yang sudah cerdas, kritis tidak gampang dibodohi oleh pemimpin yang
mencoba melakukan tindakan jahat dalam kepemerintahan negara. Mahasiswa adalah
orang-orang yang terpelajar yang memiliki peluang besar dalam mengkritisi hal
tersebut, mahasiswa juga memiliki perang aktif dalam membantu rakyat awam yang
kebanyakan tidak taumenau perihal tersebut. Itu sebabnya mahasiswa seringkali
disebut sebagai penyambung lidah rakyat atau anak kandung rakyat.
Melihat kemajuan jaman yang tak dapat dibendung arus
kemajuan jaman yang terus berjalan sehingga mau tak mau Indonesia juga
mengikuti arus kemajuan jaman tersebut, akan tetapi cepat atau lambatnya
Indonesia dalam kemajuan tersebut bergantung pada pemerintah dan rakyat negara
ini sendiri.
Sudah seharusnya para pemuda lebih produktif dalam menyingkapi
hal tersebut untuk lebih ber-Inovasi dan Kreatif dalam menciptakan hal baru
yang berkaitan dengan kemajuan jaman, dikarenakan pemuda yang harusnya lebih
berperan banyak dalam menciptakan kemajuan dikarenakan kepemikiran pemuda yang
lebih produktif, sudah seharusnya para pemuda dapat memimpin kedudukan
strategis di instansi-instansi pemerintahan ataupun perusahan. Sekarang adalah
eranya pemuda yang lebih produktif untuk kemajuan teknologi yang lebih maju.
Akan tetapi masalah dewasa sekarang ini, Indonesia, ada
sekitar 81 juta penduduk yang termasuk dalam generasi milenial. Artinya sekitar
32% dari total populasi di Indonesia adalah pemuda. Pertanyaannya: Mampukah
kelompok 32% ini menjadi change agent
dan iron stock untuk Indonesia?
Siapkah mereka untuk membangun dan meneruskan Indonesia? Ini yang menjadi
tantangan terbesar bagi generasi milenial Indonesia.[]
Penulis: Muhammad Muqaffa, Instruktur HMI Cabang Medan, Mahasiswa Ekonomi UISU
Thanks infonya. Oiya ngomongin generasi milenial, ternyata saat ini ada loh platform pengembangan dana buat generasi tersebut. Dan katanya sih menguntungkan banget. Selengkapnya, temen-temen bisa cek di sini: pengembangan dana untuk milenial
ReplyDeleteYuk di lihat http://www.niajaniar.com/2019/10/pinjaman-online-bunga-rendah.html
ReplyDelete