Peran Pemuda Sebagai Golongan Muda di Era Milenial - Yakusa Blog

Yakusa Blog

Mewujudkan Komunitas Intelektual Muslim

Wednesday, 19 December 2018

Peran Pemuda Sebagai Golongan Muda di Era Milenial


YakusaBlog- Pemuda, kata “pemuda” identik dengan definisi sosok anak lelaki atau perempuan yang menuju tahap dari remaja ke tahap pengdewasaan. Sosok pemuda juga sering dikatakan anak yang masih “bau kencur”, anak “kemarin sore”, dll. Pola pikir masyarakat Indonesia telah terpolah menganggap pemuda tidak dapat berperan banyak dalam banyak hal, apalagi perihal negara.

Golongan tua dianggap lebih mapan dan mampuh dalam melakukan perihal tersebut, sosok paternalistik golongan tua membuat sosok pemuda diterbelakangkan padahal kita dapat lihat dan bercemin ke kacamata lampau setelah Jepang menyerah pada sekutu tanggal 14 Agustus 1945, status Jepang tidak lagi memerintah Indonesia tetapi hanya berfungsi sebagai penjaga, yakni menjaga situasi, kondisi seperti pada masa perang dan adanya perubahan-perubahan di Indonesia. Sampai Sekutu mengambil alih kekuasaan atas semua wilayah jajahan Jepang. Tentu saja kemerdekaan tidak mungkin bisa didapat dari Jepang.

Pada tanggal 15 Agustus 1945, para pemuda dipimpin Chaerul Saleh, setelah berdiskusi mengadakan rapat untuk membicarakan pelaksanaan proklamasi kemerdekaan. Salah satu hasilnya yaitu mendesak Bung Karno dan Bung Hatta memproklamirkan kemerdekaan  malam itu juga atau paling lambat 16 Agustus 1945.

Alhasil Pada malam itu pula, kira-kira pukul 10 malam, di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta di kediaman seorang ulama “Faradj bin Martak” dibacakannya untuk perama kali teks proklamasi kemerdekaan Negara Indonesia.

Seandainya kita berada di kediaman tersebut dan menyaksikan golongan tua yang sangat terikat dengan perjanjian Jepang bertikai dengan golongan muda yang mendesak agar dipercepatnya pembacaan teks proklamasi kemerdekaan yang menyatakan Indonesia telah terlepas dari Jepang dan bebas merdeka karena menganggap Indonesiasudah cukup kuat untuk menyatakan kemerdekaannya.
Tahun 1-3 Oktober 1966, kembali golongan muda khususnya mahasiswa berdemonstran di depan Istana Merdeka mengatas namakan aliansi KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia). Mereka menuntut agar Presiden Soekarno memberi pertanggung jawaban tentang peristiwa G-30 S/PKI. Kejadian ini mengakibatkan terjadinya bentrokan fisik dengan pasukan Garnizun sehingga memakan korban. Peristiwa inipun mengakibatkan presiden Soekarno harus turun dari jabatannya sebagai Presiden Indonesia.

Tahun 21 Mei 1998, adalah tahun yang tak dapat dilupakan rakyat Indonesia persoalan di Ibu Kota perihal jatuhnya mata uang Rupiah Indonesia yang mengakibatkan kerusuhan, Para Mahasiswa kembali turun ke jalan berdemonstran dengan mengatakan diri mereka dengan sebutan Kesatuan Mahasiswa, alhasil dari kejadian tersebut kembali terjatuhnya Presiden Indonesia yang ke-2, Presiden Soeharto.

Dari awal kemerdekaan Indonesia, peran progresif pemuda pada negara Indonesia tidak lain untuk kemajuan negara Indonesia, semangat pemuda, khususnya Mahasiswa Indonesia yang kritis menjati pendorong ataupun desakan pada golongan tua agar lebih serius dalam memperhatikan kemakmuran rakyat maupun sumberdaya alam negara Indonesia.

Disaat para golongan tua tidak mempu lagi dalam menjalankan tugasnya sebagai kepemerintahan Negara Indonesia dalam hal ini penyelewengan yang hanya mementingkan individual dan berdampak negatif pada Negara, maka sudah seharusnya tangan-tangan pemuda mengepal dalam menghantam pemerintahan.

Dalam buku yang ditulis Said Muniruddin, Bintang Arasy: yang dapat memajukan suatu negara adalah Pemimpin yang berhenti zhalim dan rakyat yang sudah cerdas, kritis tidak gampang dibodohi oleh pemimpin yang mencoba melakukan tindakan jahat dalam kepemerintahan negara. Mahasiswa adalah orang-orang yang terpelajar yang memiliki peluang besar dalam mengkritisi hal tersebut, mahasiswa juga memiliki perang aktif dalam membantu rakyat awam yang kebanyakan tidak taumenau perihal tersebut. Itu sebabnya mahasiswa seringkali disebut sebagai penyambung lidah rakyat atau anak kandung rakyat.

Melihat kemajuan jaman yang tak dapat dibendung arus kemajuan jaman yang terus berjalan sehingga mau tak mau Indonesia juga mengikuti arus kemajuan jaman tersebut, akan tetapi cepat atau lambatnya Indonesia dalam kemajuan tersebut bergantung pada pemerintah dan rakyat negara ini sendiri.

Sudah seharusnya para pemuda lebih produktif dalam menyingkapi hal tersebut untuk lebih ber-Inovasi dan Kreatif dalam menciptakan hal baru yang berkaitan dengan kemajuan jaman, dikarenakan pemuda yang harusnya lebih berperan banyak dalam menciptakan kemajuan dikarenakan kepemikiran pemuda yang lebih produktif, sudah seharusnya para pemuda dapat memimpin kedudukan strategis di instansi-instansi pemerintahan ataupun perusahan. Sekarang adalah eranya pemuda yang lebih produktif untuk kemajuan teknologi yang lebih maju.

Akan tetapi masalah dewasa sekarang ini, Indonesia, ada sekitar 81 juta penduduk yang termasuk dalam generasi milenial. Artinya sekitar 32% dari total populasi di Indonesia adalah pemuda. Pertanyaannya: Mampukah kelompok 32% ini menjadi change agent dan iron stock untuk Indonesia? Siapkah mereka untuk membangun dan meneruskan Indonesia? Ini yang menjadi tantangan terbesar bagi generasi milenial Indonesia.[]

Penulis: Muhammad Muqaffa, Instruktur HMI Cabang Medan, Mahasiswa Ekonomi UISU 


2 comments:

  1. Thanks infonya. Oiya ngomongin generasi milenial, ternyata saat ini ada loh platform pengembangan dana buat generasi tersebut. Dan katanya sih menguntungkan banget. Selengkapnya, temen-temen bisa cek di sini: pengembangan dana untuk milenial

    ReplyDelete