Pemikir Politik Kaum Intelektual Melawan Politik Kaum Kotor - Yakusa Blog

Yakusa Blog

Mewujudkan Komunitas Intelektual Muslim

Saturday, 15 December 2018

Pemikir Politik Kaum Intelektual Melawan Politik Kaum Kotor



YakusaBlog- “Apabila politik kotor, puisi yang akan membersihkannya, apabila politik bengkok, sastra yang akan meluruskannya” JF. Kennedy

Banyak yang berkata bahwasanya politik itu kotor, politik itu keji, politik itu merusak, politik itu membunuh, politik itu menjatuhkan, dll. Melihat dari kacamata sekarang ini memang pernyataan tersebut tidak berbanding terbalik dari beberapa pernyataan orang-orang mengenai politik tersebut.
Akan tetapi akankah selamanya politik seperti demikian, mungkin jawabannya “Iya” apabila sudah tidak ada orang-orang yang sadar dan resah mengenai hal tersebut, atau telah hilang sosok kesatria cahaya atau juga sosok insan kamil yang memiliki sifat Rasullah yang resah dengan tindakan zhalim jahiliyah.

Kita tidak dapat terlepas dari namanya politik, tanpa sadar dalam kehidupan keseharian kita juga ada unsur politik didalamnya, seperti saat memilih pakaian yang ingin dipakai, memilih makanan untuk pertama kali dimakan yang telah disediakan di meja makan, menyusun jadwal semua itu adalah politik.

Apa yang dilakukan telah direncanakan, disusun untuk kepentingan tersendiri itulah defenisi politik secara sederhana. Dalam pendidikan di sekolah, universitas produk makanan juga terdapat unsur politik. Pernahkah kita berpikir kenapa pada para pelajar harus menggunakan seragam yang telah ditetapkan oleh negara seperti SD, SMP, SMA? Lalu kenapa pada perguruan tinggi keseragaman pakaian tersebut tidak diwajibkan, lalu kenapa perlu ada Ujian Nasional atau lainnya? itu adalah produk dari politik yang mana berfungsi untuk menyelesaikan problem perselisihan yang bertimpangan.

Tetapi faktanya sekarang memang politik dikenal dengan hal-hal yang licik, dikaitkan dengan kekuasaan yang menghalalkan segala cara untuk memenangkan pemilu ataupun jabatan.

Lalu apa sebenarnya politik itu, pengertian politik itu sendiri menurut berbagai ahli sangat beragam, tergantung bagaimana melihat politik dari sudut pandang yang seperti apa. “Politics is simply the activity .. that solution to the problem of order which chooses conciliation rather than violence and coercion, and chooses it as an effective way by which varying interests can discover that level of compromise best suited to their common survival.  Stocker,  Why Politics Matters, New York: MacMillan Palgrave, 2006.” Politik menurut Stocker ini adalah aktifitas yang mengutamakan solusi atas suatu masalah melalui konsiliasi dibanding kekerasan dan paksaan, dan politik ini sebagai jalan yang efektif untuk mengakomodasi semua kepentingan dalam kompromi untuk menghasilkan keputusan terbaik bersama.

Jadi, sebenarnya politik itu adalah kegiatan yang mulia, karena politik mengatur dan mengakomodasi semua kepentingan untuk mencapai kompromi demi kepentingan bersama. Dengan adanya politik, keteraturan dapat diciptakan dan dapat digunakan untuk mencapai kesejahteraan bersama. Sehingga Peter Merkel mengatakan bahwa, “Politics at its best is a noble quest for a good order and justice” (Politik dalam bentuk sempurnanya adalah usaha mulia untuk menggapai tatanan sosial yang baik dan adil). Ungkapan itu benar adanya, namun saat ini politik mengalami penurunan makna akibat oknum-oknum yang terlibat dalam politik melakukan kejahatan-kejahatan korupsi, dan pemerintahan yang sewenang-wenang. Akibat ulah sebagian oknum itulah makna mulia politik menjadi buruk dimata masyarakat.

Politik dalam Islam pun telah ada pada saat pemilihan Khalifah Rasyidin Abu Bakar ash shiddiq, berpolitik untuk menghalau masalah yang dapat merusak keadaan khususnya umat Islam pada saat itu.

Sebagai pemuda kita tidak dapat terus-terusan mengatakan anti-politik, politik kotor, ataupun politik tai kucing tanpa ada tindakan pembenahan dari pemikir tersebut. Peran pemuda sangat dibutuhkan dalam hal ini terkhususnya mahasiswa yang sudah sangat kenal dengan politik yang telah bermain pada Organisasi Intra Kampus HMJ, BEM, DPM.

Mesti perlu peran nyata ketika seseorang bermain politik yang kotor dalam merebut kekuasaan salah satu cara melawan politikus tersebut ialah harus ikut terjun juga dalam politik tersebut, akan tetapi jangan sampai terikut harus menerapkan politik kotor seperti lawan politik.
Ikut berpolitik untuk menghalau seseorang yang memiliki kepentingan jahat dalam kekuasaan yang memanfaatkan politik.

Ketika orang yang memiliki kepentingan individu ataupun golongan nya sendiri memegang kekuasaan dalam suatu jebatan (khususnya di Pemerintahan Mahasiswa) maka ia dapat dengan leluasa merealisasikan kepentingannya tersebut. Oleh sebab itu orang-orang pemikir intelektual yang benci akan hal tersebut harus ikut ambil peran dalam memperebutkan kekuasaan tersebut.

Dalam buku Dr. Ali Syari’ati, Ideologi Kaum Intelektual, Kaum Intelekual atau rausyanfikir adalah kelompok orang yang merasa terpanggil untuk memperbaiki masyarakatnya, menangkap aspirasi mereka, merumuskannya dalam bahasa yang dapat dipahami setiap orang, menawarkan strategi dan alternatif pemecahan masalah.

Hal yang terkadang sangat disayangkan adalah hilangnya pemikiran intelektual tersebut sehingga apabila sejenjangan telah terjadi hal yang biasa dilakukan oleh mahasiswa yang tidak memiliki kekuasaan di kampus ialah berdemo ketika orang yang berkuasa telah dapat melakukan apapun untuk membentengi kekuatan demonstran tersebut.

Pemikiran sadar dalam menghalau politik kotor tersebut tidak dapat dilakukan hanya dengan satu kepala pemikir, ia juga membutuhkan pemikir-pemikir lain yang satu pemikiran untuk bergerak bersama dengan terorganisasi sehingga mampu melawan orang-orang yang bermain politik kotor tersebut.

“Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” QS. Ash Shaff:4.[]



Penulis: Muhammad Muqaffa, Instruktur HMI Cabang Medan

No comments:

Post a Comment