Melihat Kembali Kejadian Bangsa dan Mahasiswa dari Orde Lama, Baru, dan Sekarang - Yakusa Blog

Yakusa Blog

Mewujudkan Komunitas Intelektual Muslim

Saturday 22 September 2018

Melihat Kembali Kejadian Bangsa dan Mahasiswa dari Orde Lama, Baru, dan Sekarang



YakusaBlog- 1-3 Oktober 1966, menjadi cerita sejarah yang selalu diingat para mahasiswa kala itu disaat Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) menuntut pertanggung jawaban presiden Soekarno terhadap Gerakan 30 September 1965 yang dilakukan sebuah partai komunis PKI dalam berupaya melakukan tindakan refresif terhadap para jendral-jendral Indonesia atau sering dikenal G30SPKI. Pada tahun 1967, Presiden Soekarno diberhentikan dari jabatannya sebagai presiden pada sidang istimewa MPRS (Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara) dan pada tahun yang sama bapak Soeharto menggantikan jabatannya sebagai Presiden Republik Indonesia.

Prahara kembali menghantam Indonesia dalam siklus 30 tahunan. Kemelut politik pada pertengahan dekade 1960-an kembali berulang menjadi krisis multidimensional yang berulang dengan adanya krisis moneter pada pertengahan tahun1997-an. Salah urus kenegaraan pada tahun 1960-an telah membawa Indonesia dalam kesulitan ekonomi yang sangat berat. Inflasi mencapai 650%. Korupsi merajalela. Barang kebutuhan pokok sehari-hari mengalami kelangkaan dimana-mana. Kondisi buruk tersebut diperparah oleh krisis politik yang akhirnya memuncak pada tanggal 30 September 1965.

Memasuki dasawarsa 1990-an, pemerintahan Orde Baru mula menampakkan kekurangannya, bermunculya korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) secara signifikan. Kritikan-kritikan beberapa kali dilontarkan dari garis rakyat dan para mahasiswa. Akan tetapi kritkikan tersebut tidak mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintahan saat itu. Krisis moneter pun terjadi diera kepemimpinan bapak Soeharto yang menjabat menjadi presiden kala itu.

Krisis moneter itu menyebabkan peningkatan jumlah pengangguran terbuka, dari 4,68 Juta orang pada tahun 1997, menjadi 5,46 Juta orang pada tahun 1998, demikian juga angga setengah pengangguran meningkat dari 28,2 juta jiwa pada 1997 menjadi 32,1 juta jiwa pada tahun1998.

Kecemasan-kecemasan sudah terasa di tubuh bangsa Indonesia, terutama kecemasan itu sangat terasa oelh rakyat kelas bawah yang sangat terpuruk merasakan bagaimana krisis moneter yang sangat menyulitkan untuk membeli kebutuhan pokok sehari-hari. Kecemasan rakyat itu akhirnya terefleksikan dalam aksi-aksi unjuk rasa, terutama dimotori kalangan MAHASISWA.

Pada awalnya aksi unjuk rasa tersebut belum tercium bau agar presiden Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya. Pada akhirnya rangkaian aksi yang memuncak dan meletusnya tragedi terbunuhnya empat Mahasiswa Trisakti pada 12 Mei 1998 yang sangat membekas bagi kalangan Mahasiswa hingga pada saat ini. Disaat kalangan Mahasiswa Trisakti melakukan aksi dengan menyampaikan suara dari rakyat bawah, tetapi dihadang oleh Aparat keamanan lalu terjadilah bentrokan dan menewaskan empat Mahasiswa Trisakti akibat tertembak peluru tajam dari pihak Aparat.

Kerusuhan-kerusuhan terus terjadi saat itu hingga pada 21 Mei 1998 di gedung DPR/MPR jam 09.00 presiden Soeharto menyatakan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden Republik Indonesia dan digantikan oleh wakil presidennya Bacharuddin Jusuf Habibie yang menjabat sebagai presiden Republik Indonesia.

Jika kita lihat dari kaca mata masa lalu, peristiwa dan sebab pada masa lalu tidak berbanding terbalik dengan peristiwa sekarang. Pada tahun 2018, Negara Indonesia mengalami kelemahan nilai mata uang Rupiah kisaran Rp. 14.000 per dolar AS. Jika hal ini terus terjadi, maka sangat berdampak bagi tubuh Bangsa Indonesia, terlepas kemungkinan berdampak seperti tahun 1998, kemungkinan juga berdampak lebih parah dari tahun sebelumnya.

Atas dasar demikian para aliansi Mahasiswa di berbagai Nusantara menggelar Aksi demo menuntut Kinerja presiden Jokowi dalam menghadapi menurunnya nilai mata uang tersebut. Akan tetapi lagi-lagi aksi untuk rasa tersebut selalu dihadang oleh pihak Aparat dan terjadilah gesekan antar Mahasiswa dan Pihak Keamanan sehingga bentrokan tak terelakkan dan tindakan Refresif pun terjadi bagi Mahasiswa.

Kita melihat dari kaca mata masa Orde Baru, pihak Keamanan melakukan tindakan Refresif terhadap mahasiswa yang berakibat tewasnya 4 Mahasiswa Trisakti dan beberapa Mahasiswa terluka akibat tindakan tersebut, pada Aksi yang digelar Aliansi Mahasiswa di berbagai Nusantara, masih terdapat tindakan-tindakan Refresif terhadap Mahasiswa yang menjadi korban.

Kita pasti tidak ingin pristiwa kelam tahun 1998 terulang kembali pada tahun dan era sekarang, tetapi seruan-seruan aksi Mahasiswa akan terus bernaung dan bergema dalam melawan kezhaliman-kezhaliman di Negeri Pertiwi ini. Fungsi Mahasiswa sebagai Agent Of Control dan  harga diri Mahasiswa yaitu sebuah pemikiran yang kritis, peka akan situasi yang terjadi di Negerinya adalah harta yang berharga bagi diri jiwa Seorang Mahasiwa.

Kita mungkin telah diajarkan oleh abang atau kakak senior tentang fungsi Mahasiswa sewaktu ospek, dan kita mungkin telah diajarkan nyanyian-nyanyian Mahasiswa Darah Juang, Buruh Tani dan lagu lainnya. Tetapi apakah kita gunakan hal tersebut dalam situasi yang sedang kemaruh seperti sekarang ini, ataukah hanya duduk diam melihat para Mahasiswa lain menyuarakan pendapatnya tentang derita rakyat dari kelas bawah. Hidup Rakyat. Hidup Mahasiswa.[]

Penulis: Muhammad Muqaffa

No comments:

Post a Comment