Orang-Orang Islam Indonesia yang Reaksioner? - Yakusa Blog

Yakusa Blog

Mewujudkan Komunitas Intelektual Muslim

Saturday, 7 April 2018

Orang-Orang Islam Indonesia yang Reaksioner?


Yakusablog-Ada seorang teman yang menyatakan pendapatnya pada saya bahwa beberapa tahun ini orang-orang Islam Indonesia itu gerakannya reaksioner. Ketika ada suatu sindiran atau statemen dari seseorang yang terindikasi mencemooh agama Islam atau orang Islam di Indonesia, maka berbondong-bondong turun ke jalan dan mengadukannya ke pihak kepolisian.
Pendapat teman saya itu ada benarnya juga. Menurut saya, ada orang-orang Islam di Indonesia ini bukan hanya reaksioner, tapi juga apologetik. Ada Orang-orang Islam di Indonesia ini terlalu fanatik buta. Bahkan saya melihat ada beberapa tokoh-tokoh Islam di Indonesia mengeluarkan pendapat yang provokatif dan menunjukkan Islam sebagai sloganistik belaka.
Beberapa orang Islam yang bergabung dalam suatu kelompok-kelompok Islam lebih terlihat gerakannya pada sesuatu yang konkret. Jika ada orang yang menghujat, mereka langsung mempengaruhi masyarakat Islam dan kemudian menggerakkannya. Saya heran, mengapa kelompok-kelompok itu yang menjadikan agama Islam sebagai barang dagangan politik tidak diprotes. Para tokoh-tokoh politik yang latar belakangnya kita ketahui adalah orang-orang yang dzalim, ketika dia mau mencalonkan diri di pimpinan eksekutif atau juga dilembaga legislatif, para tokoh-tokoh agama itupun ikut membantunya.
Jika orang-orang Islam saat ini di Indonesia dikatakan tidak progresif, maka mereka pun mengeluarkan suara-suara apologi (pembelaan). Mereka mengungkit-ungkit sejarah bagaimana tokoh-tokoh Islam di Indonesia dahulu kala berperan dalam memerdekakan Indonesia ini. Hal itu memang betul, tapi hari ini keturuannya menghapuskannya dengan sikap reaksioner dan apologetik mereka.
Ada kelompok-kelompok Islam di Indonesia ini sibuk mengurusi dan menuntut jika ada seseorang yang dianggap tokoh masyarakat menghina Islam, akan tetapi mereka tidak menuntut mahalnya sembako hari ini, mahalnya biaya pendidikan, mahalnya biaya kesehatan, tanah kita dikuasai Asing dan yang lebih sederhananya lagi kelompok-kelompok itu tidak pernah bergerak apabila anak-anak atau pemuda-pemuda Islam tidak shalat.
Terkadang pun saya melihat, hari ini Islam hanya tinggal sloganistik dan simbolik. Mungkin dapat kita sebut “Islam Sloganistik” dan “Islam Simbolik”. Orang-orang Islam di Indonesia ini lebih memfokuskan pada slogan-slogan dan simbolik. Kita lupa akan substansi atau esensi agama Islam. Hal-hal yang strategis di Indonesia ini tidak pernah dijamah mereka, misalnya menggagas ekonomi mandiri yang Islami, menuntut supaya menerapkan hukum yang Islami. Yang saya lihat di sini adalah bersemayamnya kemunafikan dan kemusyrikan.
Lebih mirisnya lagi adalah, kelompok-kelompok Islam hari ini tidak mampu menunjukkan atau menciptakan calon-calon pemimpin yang Islami. Anehnya, banyak yang merapat kepada elit-elit partai politik yang mana latar belakangnya itu dzalim. Banyak tokoh-tokoh agama Islam di Indonesia ini merapat kepada kelompok elit politik yang telah banyak merenggut nyawa orang lain pada masa Orde Baru.
Bahkan kadang saya mendapatkan pidato-pidato yang bahasanya halus, tapi mengarah kepada perpecahan umat manusia di Indonesia ini. Banyak tokoh-tokoh agama Islam menyampaikan QS. Al-Maidah ayat 51 agar tidak memilih pemimpin atau teman setia dan atau sahabat dari kelompok Nasrani, tapi mereka menutupi, tidak menyampaikan QS. Al-Maidah ayat 81 dan ayat 82. Terkadang saya melihat, firman-firman suci dalam Al-Qur’an dikutip sesuai dengan kepentingan.
Jika gerakan-gerakan seperti itu terus yang ditunjukkan oleh kelompok-kelompok Islam yang ada di Indonesia ini, ada kekhawatiran bahwa ajaran Islam itu menyeramkan, orang-orang Islam itu ditakuti bukan karena sikap dan sifatnya yang mencerminkan kedamaian dan juga kenyamanan. Islam tidak terasa lagi sebagai rahmatan lil ‘alamin. Tapi rahmat bagi para penindas, rahmat bagi pemerintah yang memanfaatkan agama, rahmat bagi  elit-elit politik dan rahmat bagi para pemodal-pemodal (kapitalis).[]
Penulis: Ibnu Arsib (Instruktur HMI Cabang Medan)

No comments:

Post a Comment