Apakah Out Put Konkrit Dari NDP HMI? - Yakusa Blog

Yakusa Blog

Mewujudkan Komunitas Intelektual Muslim

Sunday, 8 April 2018

Apakah Out Put Konkrit Dari NDP HMI?


YakusaBlog-Pastinya mayoritas Kader-kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Alumni-alumni HMI mengetahui Nilai-Nilai Dasar Perjuangan HMI (NDP HMI). Baik itu Kader-kader HMI sebelum diformalkannya NDP HMI di Kongres Malang tahun 1969, baik itu ketika perubahan nama dari NDP menjadi Nilai-Nilai Identitas Kader (NIK), hingga kembali lagi berganti nama menjadi NDP.
Seiring dengan perkembangannya, terkait mengenai NDP itu juga, setelah Orde Baru pernah terjadi pergantian isi atau pembahasannya. Maksud saya, NDP HMI terjadi berbagai versi (pembuatnya), NDP yang tertua itu disusun oleh Nurcholish Madjid (Cak Nur), Endang Saefuddin Anshari, dan Sakib Mahmud, ini adalah NDP yang diformalkan di Kongres IX di Malang 1969. Selanjutnya, ada NDP HMI yang disusun oleh Andito yang menjadi pembahasan NDP-ers HMI Cabang Bandung, dan NDP yang ketiga adalah NDP yang disusun oleh Ust. Arianto, yang sering dikenal NDP Versi Makassar. Akan tetapi, NDP yang masih dimasukkan dalam dokumen resmi (Naskah Hasil-Hasil Kongres HMI yang sekarang) adalah NDP versi Cak Nur.
Secara mayoritas Kader-kader HMI se-Nusantara, NDP versi Cak Nur inilah yang masih terus menjadi bahan kajian di dalam organisasi HMI, baik dalam Training formal HMI maupun non-formal. NDP HMI ini juga menjadi materi wajib dalam training-training formal HMI. Dan dalam tulisan sederhana ini, sesuai dengan judul tulisan ini NDP yang saya bicarakan adalah NDP HMI yang ada dalam Naskah Hasil-Hasil Kongres HMI yang sekarang, NDP versi Cak Nur.
Dalam kesempatan ini, mohon maaf saya tidak membahas bagaimana sejarah perumusan NDP HMI, polemik version NDP, tidak membicarakan bagaimana kedudukan NDP dalam organisasi HMI dan tidak juga membahas secara detail isi dari Bab-bab NDP HMI. Dalam kesempatan kali ini, saya coba membicarakan tentang apa yang menjadi hasil (produk) atau out put konkrit dari NDP HMI. Mengapa setiap kader HMI diwajibkan (walaupun masih ada yang tidak mempelajarinya secara mendalam) untuk mempelajari, memahami dan mengamalkan NDP HMI?
Pernah juga ada seorang kader HMI bertanya pada saya, ketika saya selesai menjelaskan materi NDP HMI dalam diskusi pendalam NDP. Ia bertanya, “Bang, mengapa hari ini masih ada kader-kader HMI yang tidak mengamalkan NDP HMI itu.” Muncul suatu kebanggaan dalam pikiran saya, mungkin dia sudah mulai paham seberapa pentingnya NDP HMI bagi kader-kader. Akan tetapi, secara praktinya, apa yang dibicarakan dalam NDP HMI secara teks tidak direalisasikan oleh kader-kader HMI itu sendiri.
Saya menjelaskan padanya dengan optimis, bahwa hari ini masih ada kader-kader HMI dan mungkin juga alumni HMI yang mengamalkan NDP HMI. Akan tetapi, persentasinya sangat sedikit dibanding jutaan kader-kader HMI dan alumni HMI yang ada di negara Indonesia ini.
Saya juga menjelaskan pada seorang kader yang mulai memahami  dan mengetahui seberapa penting NDP HMI itu. Terkait mengenai ini, ada beberapa tahapan yang harus dilalui oleh kader-kader kita, yang mana semakin tinggi tahapannya maka semakin rendah jumlah persentasi kadernya. Tahap pertama, sangat banyak jumlahnya kader-kader yang telah membaca teks NDP HMI. Dari tahap ini maka akan menuju tahap kedua, yaitu tahap mengetahui. Di tahap yang kedua ini akan berkurang jumlahnya, karena hanya dibaca begitu saja, mungkin itu karena disuruh oleh seniornya atau instruktur di dalam forum. Selanjutnya, dari mengetahui kemudian menuju tahap yang ketiga, yaitu memahami. Di tahap yang ketiga ini, jumlahnya semakin menurun. Tidak dibiasakannya mengkaji NDP menjadi salah satu faktornya. Banyak kader-kader kita merasa sangat berat untuk mempelajari NDP. Menurut saya, itu tidak berat, tinggal metode mempalajarinya yang harus kita cari dan kuatkan. Metode mempalajari NDP tidaklah ada aturan baku, setiap kader diperbolehkan untuk menggunakan metode apapun asal tidak mengikis nilai-nilai pembahasan NDP, seperti nilai tauhidnya. Terkadang juga ada ketidak-tepatan (bukan kesalahan) metode penyampaian atau metode memahamkan dari seorang instruktur NDP dan juga narasumber NDP kepada kader-kader yang ingin memahmi NDP HMI. Untuk itu, diharapkan setiap kader dan instruktur NDP mempunyai kekreatifan dalam mempelajari, menyampaikan dan memahami NDP HMI.
Tahap terakhir yang paling sedikit jumlahnya adalah menjalankan atau mengamalkan NDP HMI. Setelah membaca, mengetahui, dan memahami maka tugas terberatnya adalah mengamalkannya dalam kehidupan berorganisasi dan dalam kehidupan sehari-hari di luar aktivitas HMI. Bahkan harus diamalkan ketika selesai ber-HMI, yaitu saat menjadi alumni HMI. Secara sederhananya masih banyak kader-kader HMI yang meninggalkan shalat wajib.
Ketika tahap-tahap itu diselesaikannya, nyatalah bahwa NDP HMI menciptakan (memproduksi-bukan secara pengertian ekonomi) secara konkret manusia-manusia yang berkualitas. Nah, inilah yang dimaksudkan Insan-Insan Kamil. Kader-kader atau alumni HMI-lah yang menjadi Insan-Insan Kamil. Inilah yang menjadi jawaban atas judul pada tulisan sederhana ini.
Bagaimanakah yang dimaksudkan Insan Kamil itu dalam NDP HMI sehingga dia menjadi out put yang nyata dari NDP HMI?
Dalam teks NDP HMI pada Bab II: Pengertian-Pengertian Dasar Tentang Kemanusiaan menyebutkan bahwa, Insan Kamil itu adalah seorang manusia sejati, yang mana kegiatan mental dan fisiknya merupakan suatu keseluruhan. Kerja jasmani dan kerja rohani bukanlah dua kenyataan yang terpisah. Dia tidak mengenal perbedaan antara kerja dan kesenangan. Kerja baginya adalah kesenangan, dan kesenangan ada dalam dan melalui kerja. Insan Kamil ini mempunyai kepribadian, merdeka, memiliki jatidirinya sendiri. Menyatakan keluar corak perorangannya dan mengembangkan kepribadian dan wataknya secara harmonis.
Insan Kamil tidak mengenal perbedaan antara kehidupan individual dan komunal. Tidak membedakan antara dia sebagai perorangan dan sebagai anggota masyarakat. Hak dan kewajiban serta kegiatan-kegiatan untuk dirinya adalah juga sekaligus untuk sesama umat manusia. Baginya tidak ada pembagian dua (dikotomi) antara kegiatan-kegiatan rohani dan jasmani, pribadi dan masyarakat, agama dan politik ataupun dunia dan akhirat.
Kesemuanya itu dimanifestasikan dalam suatu kesatuan kerja yang tunggal dari pancaran niatnya. Dengan tujuan mencari kebaikan, keindahan, kebenaran dan berbakti kepada Kebenaran, yaitu Allah Swt. Sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Bayyinah ayat 5, “...Mereka tidaklah diperintahkan kecuali untuk berbakti kepada Tuhan dengan mengikhlaskan agama (kebaikan) semata-mata kepada-Nya secara hanief (mencari kebenaran), menegakkan shalat dan mengeluarkan zakat. Itulah dijalan hidup (agama) yang benar.
Insan Kamil adalah seorang yang bekerja dengan ikhlas, artinya seluruh amal perbuatannya benar-benar berasal dari dirinya sendiri dan merupakan pancaran langsung dari kecendurangannya yang suci dan murni. Ia menyerahkan dirinya (seluruh hidupnya) untuk memperoleh ridha Allah Swt. Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 267. Suatu pekerjaan dilakukannya karena keyakinan akan nilai pekerjaan itu sendiri bagi kebaikan dan kebenaran, bukan karena hendak memperoleh tujuan lain yang nilainya lebih rendah atau pamrih.
Insan Kamil bekerja dengan ikhlas, lawan dari ikhlas adalah pamrih. Kerja yang ikhlas akan mengangkat nilai-nilai kemanusian pelakunya dan memberinya kebahagiaan. Hal itu akan menghilangkan sebab-sebab suatu jenis pekerjaan ditinggalkan, dan kerja atau amal akan menjadi kegiatan kemanusiaan yang paling berharga. Keikhlasan adalah kunci kebahagiaan hidup manusia. Tidak ada kebahagiaan sejati tanpa keikhlasan, dan keikhlasan akan selalu menimbulkan kebahagiaan.
Inilah (Insan Kamil) yang menjadi out put atau produk konkrit dari NDP HMI atau lebih besarnya out put dari HMI itu sendiri. Insan Kamil ini merupakan suatu “Kepribadian HMI” . Cak Nur mengatakan, dalam tulisannya yang berjudul 20 Tahun HMI Berjuang yang dibukukan oleh Sejarwan HMI, Agussalism Sitompul dengan judul HMI Mengayuh Di Antara Cita Dan Kritik, Kepribadian HMI (Insan Kamil) ini mempunyai esensi, yaitu “Dasar Keseimbangan”. Maksud dari dasar keseimbangan itu adalah keseimbangan antara tugas-tugas duniawi dan ukhrowi, antara kerja ilmu dan kerja iman, keseimbangan antara pemenuhan kewajiban intelektual dan ulama. Keseimbangan ini merupakan suatu “Complete Integration” (Integrasi yang lengkap) dan tidak terpisahkan satu dari lainnya dalam suatu pribadi (insan) yang integral.
Dengan penjelasan-penjelasan di atas, sudah seharusnya kita memenuhi tahapan-tahapan dalam mempelajari NDP HMI sehingga kita dapat menjadi Insan-Insan Kamil sebagaimana yang dimaksudkan tadi. Kiranya NDP HMI tidak jadikan hanya sekedar naskah-naskah tua. Tidak menjadikannya hanya sekedar dokumen resmi tanpa menggali esensi dan mengamalkan nilai-nilai kebaikannya.
Sebagaimana yang disebutkan dalam Sejarah Perumusan NDP HMI yang dituliskan oleh Cak Nur, NDP HMI sebagai nilai-nilai dasar yang mempengaruhi cara berpikir kita (kader-kader HMI) dan pandangan hidup kita (kader-kader HMI) harus diaplikasikan dalam kehidupan berorganisasi atau setelah berorganisasi (Alumni HMI).[]

Penulis: Ibnu Arsib
Instruktur HMI Cabang Medan

No comments:

Post a Comment