YakusaBlog- Dengan memperingati Milad HMI yang ke-71 tahun. Kita mencoba sejenak
mengenang Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) telah berkiprah selama 71 tahun (1947-2018) dan telah menjadi bagian dari budaya, sosial, dan historis bangsa
Indonesia. HMI merupakan salah satu elemen anak bangsa Indonesia yang memiliki
peran besar dalam menata
dan memajukan pembangunan di Negeri ini. Sebagai organisasi kemahasiswaan
tertua dan terbesar, HMI telah berpartisipasi aktif dalam setiap fase pembangunan
dan geliat perubahan bangsa ini. Peran kepeloporan HMI tersebut sesungguhnya
merupakan kewajiban sosiologis dan idiologis organisasi.
HMI merupakan
organisasi kemahasiswaan yang berbasis pada ajaran Islam dengan bercirikan rahmantalil
alamin. Misi yang diemban oleh HMI
adalah misi keislaman yang luhur. Masyarakat yang dicita-citakan HMI adalah
masyarakat yang baldhotun toyyibatun Warobbun Ghofur. Bagi HMI, Islam tidak sekedar identitas simbolik
belaka melainkan sebagai spirit dan sumber nilai. (Aulia Kosasih dan Moh Ilyas,
2013:37)
HMI tidak bisa
dilepaskan sama sekali dari perjalanan sejarah Indonesia, terutama pasca proklamasi kemerdekaan. Indonesia merupakan
rumah bagi HMI untuk mengabdi dan berjuang mewujudkan suatu peradaban bangsa
yang tinggi, luhur dan bermartabat. Ketika terjadi Agresi Militer Belanda II, HMI bahkan turut serta
dalam mengangkat senjata mengusir para penjajah Kolonial. Sewaktu Kolonialisme senjata
itu berakhir, maka HMI berjuang membela bangsa dengan sikap-sikapnya yang kritis,
sumbangsih pemikiran, pembinaan dikalangan kaum muda, gerakan sosial
kemahasiswaan, pembelaan terhadap kaum tertindas.
Pada saat Pancasila
ideologi
negara hendak disingkirkan oleh pihak-pihak tertentu pada masa orde
lama, maka HMI tampil di depan
melakukan pembelaan terhadap Pancasila. Namun Pancasila pada masa Orde Baru hendak ditunggangi untuk
melegitimasi pelaku pemerintah otoriter
dan korup, maka lagi-lagi HMI paling depan untuk melakukan kritik dan
penentangan. Di sinilah
dapat kita lihat bahwa HMI adalah pembela yang konsisten atas negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan
Pancasila sebagai idiologi negara.
Berkuasanya ekonomi
neoliberal dan perilaku pejabat pemerintah yang koruptif, membuat kehidupan
rakyat kecil menjadi semakin sengsara. Kekuasaan politik untuk kepentingan
elite serta penyelenggaraan negara
yang tidak becus, membuat rakyat kecil terbenam semakin jauh di dalam kubangan kemiskinan. Kenyataan
kemiskinan tersebut bukan suatu kejadian alamiah, melainkan nampak seperti sebuah upaya pemiskinan secara sistematis. Ya!
Bangsa ini memiliki tanah yang sangat kaya akan sumber alamnya namun sayang
semua semua itu tidak juga mampu mengangkat perekonomian rakyat. Angka kemiskinan semakin meningkat. Tindakan kriminalitas
di kota semakin rumit karean faktor
ekonomi.
Sebagai bagian dari
warga bangsa ini, HMI sungguh sangat prihatin, dan setiap saat menyerukan
adanya perubahan dan perbaikan kehidupan rakyat, utamanya mereka yang lemah dan
terpinggirkan. HMI selalu mengingatkan pemerintah
untuk membawa negeri ini sebagai mana cita-cita para pendiri bangsa tercantum dalam amanat UUD 1945 dan tercantum
dalam batang tubuh Pancasila
pada sila kelima, yaitu keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
HMI
tidak hanya meletakkan dirinya sebagai warga Indonesia, melainkan juga sebagai anggota
masyarakat suatu negara
( negara
Indonesia), tetapi juga merupakan bagian dari ummat manusia (kemanusiaan)
secara universal. Maka dari itu HMI dalam peran perjuangannya turut serta dalam
mengupayakan tatanan yang adil dan bermartabat dalam kancah dunia. Dalam
beberapa kesempatan, HMI menggalang kekuatan-kekuatan kaum muda di dunia untuk
melakukan pembelaan terhadap masyarakat di negeri yang tengah dirundung prahara
politik dan ekonomi. HMI mengusahakan pula pertemuan-pertemuan internasional
antar pemuda mahasiswa untuk saling berbagi informasi dan merapatkan barisan
menentang kezaliman yang berusaha menguasai dunia internasional. Hal ini dapat kita
tarik contoh penggalangan dana yang dilakukan kader HMI untuk membantu Muslim Rohingnya-Myanmar yang mengalami kasus ketimpangan
sosial, begitu juga sama halnya pada kasus yang terjadi pada saudara kita Muslim di Palestina.
HMI Merajut Impian
Apapun
yang diimpikan manusia, akan selalu menarik untuk dibicarakan, dipikirkan bahkan direnungkan, begitu pula dengan HMI. Keberadaannya
selalu menjadi buah bibir, bahan isu dan bahan diskusi yang bisa memakan waktu
berjam-jam. Ini tidak lain meski usianya sudah lanjut, HMI seolah perempuan
cantik yang selalu menjadi incaran para pengagumnya.
HMI
dilirik dan dikejar oleh banyak orang, karena ia merupakan representasi gerakan
mahasiswa yang telah teruji dari zaman ke zaman. HMI telah memberikan
kontribusi yang tak bisa dinapikan keberadaannya, baik pada aspek keummatan
maupun kebangsaan. Sumbangsih HMI inilah yang membuat HMI menjadi besar,
termasuk sumbangsih dalam mengantarkan kader-kadernya pada posisi terbaik di
negeri ini.
Namun
tentu saja ia tak lepas dari
kelebihan dan kekurangannya. Kendati sejarah HMI telah
melahirkan kejayaan, namun hal itu terus
meredup seiring berjalannya waktu. Maka impian demi impian kembali bersemi,
bagaimana kejayaan itu bisa kembali ke pundak HMI.
Tidak
hanya pada kejayaan HMI secara organisatoris, namun juga kontribusinya terhadap
ummat dan bangsa. HMI harus bertekad menjadikan dirinya sebagai wadah
penghimpun dan penyalur aspirasi ummat dan bangsa. Namun sudah barang tentu
optimalisasi HMI sebagai organisasi pengkaderan dan perjuangan yang modern,
dinamis, dan religious tidak dilupakan. Sebab hal itu beriringan dengan upaya
mewujudkan kemaslahatan bagi ummat dan kemandiriaan bagi bangsa.
Dalam
mewujudkan itu semua HMI dalam budaya intelektual dan spiritual harus
diperkuat. HMI tidak boleh terlena dengan intelektualisme namun harus diiringi
dengan tindakan spiritualnya juga. HMI harus bersinergi meneguhkan keduanya
sebagai sebuah karakter. Untuk mensukseskan cita-cita ini, internal HMI harus
memperkuat pengkaderan dan fungsi organisasi.
Dalam
aspek eksternalnya HMI harus melakukan beberapa hal berikut, yaitu melakukan
pengewalan otonomi daerah, pengawalan terhadap penegakan hukum, penguatan
demokrasi, optimalisasi peran HMI sebagai motor pertumbuhan ekonomi rakyat, dan
optimalisasi peran HMI terhadap seluruh lembaga penyelenggaraan negara dalam mewujudkan masyarakat adil
dan makmur yang diridhoi Allah SWT.
Mengingat
betapa besarnya perjuangan Ayahanda Lafran Pane beserta teman-temannya untuk
bangsa ini dalam milad HMI yang ke 71 tahun
ini keluarga besar HMI mendapatkan kabar
baik dengan diangkatnya ayahanda Lafran
Pane sebagai Pahlawan
Nasional tepatnya pada tanggal 9 November
2017. Ayahanda Lafran Pane memang pantas mendapatkan gelar pahlawan karena
begitu banyak kontribusi HMI terhadap bangsa bukan hanya pada ranah politik
namun juga dalam aspek ekonomi, sosial, dan hukum.[]
Penulis: Nur Sajidah
Kader HMI Cabang Medan, Komisariat FEBI UINSU.
No comments:
Post a Comment