Pengabdian HMI Untuk Negeri Tercinta - Yakusa Blog

Yakusa Blog

Mewujudkan Komunitas Intelektual Muslim

Saturday, 10 February 2018

Pengabdian HMI Untuk Negeri Tercinta


YakusaBlog- Dengan memperingati Milad HMI yang ke-71 tahun. Kita mencoba sejenak mengenang Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) telah berkiprah selama 71 tahun (1947-2018) dan telah menjadi bagian dari budaya, sosial, dan historis bangsa Indonesia. HMI merupakan salah satu elemen anak bangsa Indonesia yang memiliki peran besar dalam menata dan memajukan pembangunan di Negeri ini. Sebagai organisasi kemahasiswaan tertua dan terbesar, HMI telah berpartisipasi aktif dalam setiap fase pembangunan dan geliat perubahan bangsa ini. Peran kepeloporan HMI tersebut sesungguhnya merupakan kewajiban sosiologis dan idiologis organisasi.
HMI merupakan organisasi kemahasiswaan yang berbasis pada ajaran Islam dengan bercirikan rahmantalil alamin. Misi yang diemban oleh HMI adalah misi keislaman yang luhur. Masyarakat yang dicita-citakan HMI adalah masyarakat yang baldhotun toyyibatun Warobbun Ghofur. Bagi HMI, Islam tidak sekedar identitas simbolik belaka melainkan sebagai spirit dan sumber nilai. (Aulia Kosasih dan Moh Ilyas, 2013:37)
HMI tidak bisa dilepaskan sama sekali dari perjalanan sejarah Indonesia, terutama pasca proklamasi kemerdekaan. Indonesia merupakan rumah bagi HMI untuk mengabdi dan berjuang mewujudkan suatu peradaban bangsa yang tinggi, luhur dan bermartabat. Ketika terjadi Agresi Militer Belanda II, HMI bahkan turut serta dalam mengangkat senjata mengusir para penjajah Kolonial. Sewaktu Kolonialisme senjata itu berakhir, maka HMI berjuang membela bangsa dengan sikap-sikapnya yang kritis, sumbangsih pemikiran, pembinaan dikalangan kaum muda, gerakan sosial kemahasiswaan, pembelaan terhadap kaum tertindas.
Pada saat Pancasila ideologi negara hendak disingkirkan  oleh pihak-pihak tertentu pada masa orde lama, maka HMI tampil di depan melakukan pembelaan terhadap Pancasila. Namun Pancasila pada masa Orde Baru hendak ditunggangi untuk melegitimasi pelaku pemerintah otoriter  dan korup, maka lagi-lagi HMI paling depan untuk melakukan kritik dan penentangan. Di sinilah dapat kita lihat bahwa HMI adalah pembela yang konsisten atas negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Pancasila sebagai idiologi negara.
Berkuasanya ekonomi neoliberal dan perilaku pejabat pemerintah yang koruptif, membuat kehidupan rakyat kecil menjadi semakin sengsara. Kekuasaan politik untuk kepentingan elite serta penyelenggaraan negara yang tidak becus, membuat rakyat kecil terbenam semakin jauh di dalam kubangan kemiskinan. Kenyataan kemiskinan tersebut bukan suatu kejadian alamiah, melainkan nampak seperti sebuah upaya pemiskinan secara sistematis. Ya! Bangsa ini memiliki tanah yang sangat kaya akan sumber alamnya namun sayang semua semua itu tidak juga mampu mengangkat perekonomian rakyat. Angka  kemiskinan semakin meningkat. Tindakan kriminalitas di kota semakin rumit karean faktor ekonomi.
Sebagai bagian dari warga bangsa ini, HMI sungguh sangat prihatin, dan setiap saat menyerukan adanya perubahan dan perbaikan kehidupan rakyat, utamanya mereka yang lemah dan terpinggirkan. HMI selalu mengingatkan pemerintah untuk membawa negeri ini sebagai mana cita-cita para pendiri bangsa  tercantum dalam amanat UUD 1945 dan tercantum dalam batang tubuh Pancasila pada sila kelima, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
HMI tidak hanya meletakkan dirinya sebagai warga Indonesia, melainkan juga sebagai anggota masyarakat suatu negara ( negara Indonesia), tetapi juga merupakan bagian dari ummat manusia (kemanusiaan) secara universal. Maka dari itu HMI dalam peran perjuangannya turut serta dalam mengupayakan tatanan yang adil dan bermartabat dalam kancah dunia. Dalam beberapa kesempatan, HMI menggalang kekuatan-kekuatan kaum muda di dunia untuk melakukan pembelaan terhadap masyarakat di negeri yang tengah dirundung prahara politik dan ekonomi. HMI mengusahakan pula pertemuan-pertemuan internasional antar pemuda mahasiswa untuk saling berbagi informasi dan merapatkan barisan menentang kezaliman yang berusaha menguasai dunia internasional. Hal ini dapat kita tarik contoh penggalangan dana yang dilakukan kader HMI untuk membantu Muslim Rohingnya-Myanmar yang mengalami kasus ketimpangan sosial, begitu juga sama halnya pada kasus yang terjadi pada saudara kita Muslim di Palestina.
HMI Merajut Impian
Apapun yang diimpikan manusia, akan selalu menarik untuk dibicarakan, dipikirkan bahkan direnungkan, begitu pula dengan HMI. Keberadaannya selalu menjadi buah bibir, bahan isu dan bahan diskusi yang bisa memakan waktu berjam-jam. Ini tidak lain meski usianya sudah lanjut, HMI seolah perempuan cantik yang selalu menjadi incaran para pengagumnya.
HMI dilirik dan dikejar oleh banyak orang, karena ia merupakan representasi gerakan mahasiswa yang telah teruji dari zaman ke zaman. HMI telah memberikan kontribusi yang tak bisa dinapikan keberadaannya, baik pada aspek keummatan maupun kebangsaan. Sumbangsih HMI inilah yang membuat HMI menjadi besar, termasuk sumbangsih dalam mengantarkan kader-kadernya pada posisi terbaik di negeri ini.
Namun tentu saja ia tak lepas dari kelebihan dan kekurangannya. Kendati sejarah HMI telah melahirkan kejayaan, namun hal itu terus meredup seiring berjalannya waktu. Maka impian demi impian kembali bersemi, bagaimana kejayaan itu bisa kembali ke pundak HMI.
Tidak hanya pada kejayaan HMI secara organisatoris, namun juga kontribusinya terhadap ummat dan bangsa. HMI harus bertekad menjadikan dirinya sebagai wadah penghimpun dan penyalur aspirasi ummat dan bangsa. Namun sudah barang tentu optimalisasi HMI sebagai organisasi pengkaderan dan perjuangan yang modern, dinamis, dan religious tidak dilupakan. Sebab hal itu beriringan dengan upaya mewujudkan kemaslahatan bagi ummat dan kemandiriaan bagi bangsa.
Dalam mewujudkan itu semua HMI dalam budaya intelektual dan spiritual harus diperkuat. HMI tidak boleh terlena dengan intelektualisme namun harus diiringi dengan tindakan spiritualnya juga. HMI harus bersinergi meneguhkan keduanya sebagai sebuah karakter. Untuk mensukseskan cita-cita ini, internal HMI harus memperkuat pengkaderan dan fungsi organisasi.
Dalam aspek eksternalnya HMI harus melakukan beberapa hal berikut, yaitu melakukan pengewalan otonomi daerah, pengawalan terhadap penegakan hukum, penguatan demokrasi, optimalisasi peran HMI sebagai motor pertumbuhan ekonomi rakyat, dan optimalisasi peran HMI terhadap seluruh lembaga penyelenggaraan negara dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT.
Mengingat betapa besarnya perjuangan Ayahanda Lafran Pane beserta teman-temannya untuk bangsa ini dalam milad HMI yang ke 71 tahun ini keluarga besar HMI  mendapatkan kabar baik  dengan diangkatnya ayahanda Lafran Pane sebagai Pahlawan Nasional tepatnya pada tanggal 9 November 2017. Ayahanda Lafran Pane memang pantas mendapatkan gelar pahlawan karena begitu banyak kontribusi HMI terhadap bangsa bukan hanya pada ranah politik namun juga dalam aspek ekonomi, sosial, dan hukum.[]

Penulis: Nur Sajidah
Kader HMI Cabang Medan, Komisariat FEBI UINSU.

No comments:

Post a Comment